04

29 6 0
                                    

Hinami yang baru saja selesai menyelesaikan kelasnya kini terlihat sibuk merapikan buku-bukunya di atas meja, gadis itu membenarkan posisi kacamata sesaat yang merosot ke bawah.

Lelah dengan penjelasan dosennya barusan, ia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan untuk sekedar membaca buku maupun melihat-lihat disana. Gadis itu melangkah sendirian di koridor kampus yang terlihat ramai, jika boleh jujur, ia merasa sedikit tidak nyaman dengan semua keramaian ini.

“Anaya-chan, matte! *Anaya, tunggu!” sebuah seruan dari arah punggungnya membuat Hinami menoleh dengan gerakan cepat. Anaya, apa mungkin?

Hinami melirik kesana kemari mencari sosok yang dicarinya, telinganya tidak salah bukan? Barusan ada orang yang menyerukan nama Anaya.

"Oh ya ampun Hinami, gunakan otakmu sedikit. Mungkin itu Anaya yang berdeba” Hinami menggerutu dalam diam, kembali melanjutkan langkahnya dengan perasaan yang mulai janggal. Bagaimana mungkin ia pikir Anaya juga bersekolah disini, benar-benar dugaan bodoh.

“Oke Hinami, tenangkan pikiranmu. Jangan berpikir aneh-aneh dengan mengira Anaya juga berada di tempat ini” Gadis itu masih terlihat menggerutu dalam diam, kesal dengan dirinya sendiri yang selalu saja sensitif jika menyangkut hal tentang persahabatannya.

Ingin segera membuatnya nyaman, dengan langkah cepat gadis itu menggerakan kedua kakinya menuju perpustakaan. Suasana koridor yang ramai membuat gadis berkacamata itu semakin merasa tidak nyaman.

Tiba di tempat tujuan, gadis berkacamata itu melangkah menuju jajaran rak yang terdapat deretan buku yang tertata rapi disana. Oke, akhirnya perasaannya kembali tenang ketika melihat deretan buku-buku yang tertata rapi di dalam rak. Merasa tertarik dengan satu dua buku, ia mengeluarkannya dari rak, membaca sedikit ulasan bukunya lalu pergi ke meja yang disediakan perpustakaan untuk para pembaca.

Gadis itu membuka buku yang baru saja diambilnya barusan, membacanya halaman perhalaman hingga tak sadar jika sejak beberapa menit yang lalu seseorang memperhatikan tepat disampingnya.

Orang itu tersenyum lembut pada gadis berkacamata itu, sengaja tidak mengganggunya karena tahu jika ia melakukannya ia akan membangunkan seekor singa yang siap menerkamnya.

“Kacamatanya merosot tuh” orang itu berseru, dan yang diajak bicara masih tidak bergeming. Gadis itu hanya membenarkan posisi duduknya sekaligus membenarkan posisi kacamatanya yang katanya merosot itu.

“Sudah hampir setengah jam loh" orang itu kembali berseru, sepertinya sudah bosan tidak dianggap kehadirannya oleh sang gadis yang hanya terfokus pada buku di tangannya. Merasa terganggu, gadis itu menutup buku dihadapannya, menoleh ke asal suara dan mendapati Rei tengah tersenyum tepat ke arahnya.

“Ada apa?” gadis itu berseru pelan, takut jika petugas perpustakaan mengusirnya hanya karena ia meladeni pria disampingnya itu.

“Pergi latihan” ucap Rei yang dijawab dengan dehaman oleh Hinami.

Gadis itu membereskan buku-bukunya, bersiap pergi bersama pria itu ke tempat latihan.

Begitulah Rei, jika ia berkata seperti itu artinya adalah mengajak gadis dihadapannya untuk menemaninya berlatih. Sebenarnya Hinami ingin sekali menolak setiap ajakannya itu, namun entah kenapa melihat orang-orang bermain musik membuatnya selalu merasa nyaman.

Rei yang melihat Hinami mulai beranjak dari posisinya dan membereskan buku-bukunya tersenyum cerah, tak ingin membiarkan gadis itu kerepotan membereskan buku-bukunya sendirian Rei ikut turun tangan. Membawakan beberapa buku di tangan gadis itu dan menyimpannya kembali di tempat semula.

“Yuk pergi sekarang” ajak pria jangkung itu. Namun gerakan Hinami yang memperlihatkan buku di tangannya pada Rei membuat pria jangkung itu menghela napas, ia sudah hafal betul kode itu. Apalagi jika bukan acara meminjam buku perpustakaan.

OboemasuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang