19

20 6 0
                                    

Jika saja ia lupa ia sedang berada di atas panggung dan dikelilingi oleh pengunjung kedai mungkin pria itu sudah lupa pada nada permaian musiknya, hampir setengah jam menunggu gadis itu datang dan kini ia melihatnya tengah menikmati coklat panasnya sembari menontonnya dari pojok kedai. Melihat gadis itu menatap ke arahnya Haruo tersenyum kecil, begitu pula dengan gadis berkacamata di pojok sana.

Lelah dengan bermain piano hampir satu jam akhirnya semuanya selesai juga, dengan langkah lebar Haruo menyeret kakinya ke arah meja di mana gadis berkacamata itu dengah terlihat asik dengan ponselnya. Setelah mendudukkan tubuhnya di atas kursi di hadapan gadis itu Haruo terlihat asik memperhatikan raut wajah Hinami yang terfokus pada layar pnselnya.

“Maaf menunggu lama?” ujar Haruo yang pada akhirnya membuat perhatian gadis itu beralih padanya.

“Tidak apa-apa, aku yang seharusnya minta maaf karena datang terlambat” Hinami tersenyum, membenarkan posisi duduknya setelah memasukkan ponselnya ke dalam saku mantel dan mengangguk kecil.

“Baiklah, karena pekerjaanku di sini sudah selesai ayo kita pergi. Aku akan menepati janjiku kemarin soal acara jalan-jalan untuk malam ini” Haruo  berujar, beranjak dari posisi duduknya yang di jawab dengan anggukkan kepala oleh gadis berkacamata di hadapannya.

Setelah menghabiskan waktu sore bersama di sebuah musium Haruo membawa gadis berkacamata itu ke tempat ice skating, sebanarnya ia dan Kazu sudah membuat rencana untuk pergi ke sana dan di sinilah ia sekarang, dengan Hinami bersamanya dan Anaya yang bersama Kazu.

Kejadian saat di musium barusan sebenarnya sedikit membuat pria itu kaget dan merasa tidak percaya pada dirinya sendiri, ternyata gadis menyebalkan yang ia temui beberapa tahun lalu di tempat itu adalah gadis berkacamata yang kini tengah tersenyum ke arahnya. Itu sungguh membuatnya terkejut, saat itu ia bahkan berharap tidak akan bertemu gadis itu lagi, namun nyatanya pada saat ini ia ingin selalu bertemu dengannya. Apa semuanya hanya kebetulan?

Setelah pergi menyewa sepatu khusus untuk meluncur di atas permukaan es pria itu kembali ke tempat gadis bermakacamata itu menunggunya, dari jauh dilihatnya Hinami yang tengah melamun dengan pandangan yang mengarah pada lalu lalang orang di lapangan.

“Hei, kenapa melamun? Ayo pakai sepatumu dan pergi menuncur” ujar Haruo mengitu bosan karena gadis di sampingnya itu tetap tidak bergeming dan sibuk dengan pikirannya sendiri.

“Apa?” gadis berkacamata itu menoleh padanya, wajahnya yang kebingungan sedikit membuat Haruo tergelitik dan tersenyum kecil.

“Kau iri pada mereka? Coba lihat Kazu dan Anaya terlihat begitu romantis bukan? Kita tidak boleh kalah dari mereka” pria itu akhirnya kembali bersuara begitu melihat ke arah pandangan gadis berkacamata itu menatap sejak tadi.

“Aku tidak mengerti apa yang kau katakan Haruo” jawab Hinami acuh tak acuh sembari mengenakan sepatunya.

“Ada sesuatu di matamu” seru Haruo yang secara otomatis membuat Hinami menghentikan aktivitasnya barusan dan membuka kacamatanya, gadis itu menggosok kelopak matanya dan setelahnya menoleh pada pria itu lagi. “Apa masih ada?” tanyanya dengan ekspresi wajah yang menggemaskan di mata pria itu.

“Ada, aku yakin kau tidak akan bisa menghilangkannya”

“Eh, memangnya ada apa di mataku?”

Haruo tidak menjawab untuk beberapa saat, sebelum pada akhirnya entah mengapa kata itu tiba-tiba saja meluncur dari mulutnya tanpa halangan, dengan perasaan kikuk pria itu memilih untuk pergi meluncur ke tengah lapangan. Setidaknya dengan begitu gadis berkacamata itu tidak bisa melihat wajahnya yang dipenuhi rona merah. “Ai *Cinta" ucapnya beberapa detik lalu sebelum meninggalkan Hinami yang mematung di tempatnya.

OboemasuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang