11

12 6 0
                                    

Rei berjalan beriringan dengan gadis yang menyandang Nama Tanaka Yuki itu. Keduanya bungkam, hanya terdengar gesekan roda koper yang Yuki seret beradu dengan jalanan. Sebenarnya Rei sudah mengenal gadis di sampingnya itu dari sekolah dasar, namun Rei tak pernah menduga jika ibunya akan ikut campur dalam urusan asmaranya.

“Biar aku yang membawanya,” Rei mengambil alih koper yang didorong Yuki, membuat gadis itu menoleh karena tindakan tiba-tiba Rei sebelum akhirnya menarik sudut bibirnya membentuk senyuman manis dan mengangguk kecil.

“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Rei setelah keheningan mengambil alih mereka berdua beberapa menit lalu, Yuki yang berjalan di samping Rei menoleh sesaat dan setelah itu kembali memperhatikan jalanan di depannya.

“Urusan pekerjaan, untuk beberapa bulan aku bekerja disalah satu rumah sakit di Ibukota,” Rei mangut-mangut, dengan mulut membentuk hurup O. “Aku minta maaf sudah merepotkanmu,” lanjut Yuki.

“Tidak apa-apa,” Rei menjawab singkat, pria itu sedikit menggelengkan kepalanya.

Tanaka Yuki, atau lebih akrab disapa Yuki itu adalah gadis yang cantik dengan rambut yang selalu dibiarkan tergerai. Gadis itu memang seumuran dengan Rei, namun karena kepintaran otaknya ia lulus lebih cepat dan kini tengah menjalani propesinya sebagai seorang perawat.

Seperti yang sudah diceritakan di atas, Yuki adalah teman lama Rei saat ia masih berada di sekolah dasar. Dulu mereka tidak terlalu akrab, namun karena keluarga Rei memiliki hubungan cukup erat dengan keluarga gadis itu mereka menjadi dekat.

“Sudah larut, sebaiknya kita segera pulang,” dengan koper digenggaman tangannya pria jangkung itu berjalan mendahului Yuki, tidak tahan dengan keheningan yang selalu saja menyelimutinya ketika bersama gadis itu.

“Eh?” Rei menghentikan langkahnya tanpa aba-aba, membuat tubuh mungil Yuki yang tengah lengah menubruk pungung pria itu dan jatuh terduduk di jalanan. Yuki mengaduh pelan, sebelum pada akhirnya tangan Rei terulur dihadapannya untuk kembali membantunya bangkit.

Yuki menjawab uluran tangan Rei, meski awalnya gadis itu ragu namun pada akhirnya ia melakukannya dan mengangkat tubuhnya. "Maaf” Seru Rei yang hanya dijawab dengan gelengan kepala kecil oleh Yuki.

"Kenapa berhenti mendadak?” gadis itu menoleh pada Rei, membersihkan bagian belakang celananya yang kini kotor.

“Aku tidak mungkin membawamu ke apartemenku” jawab Rei yang dijawab dengan satu kata oleh Yuki ‘Ya’.

"Tapi kau tidak perlu khawatir, aku yakin Hinami akan senang hati memberikanmu tempat menginap di apartemennya” kali ini pria itu tersenyum cerah, menunjukkan cengiran khasnya yang selalu Yuki sukai. Namun sepertinya tidak untuk saat ini, gadis itu hanya mengerjit heran. “Siapa itu Hinami?” tanyanya.

“Dia teman dekatku, tapi kau tidak perlu khawatir dia gadis yang baik. Aku yakin dia pasti menerimamu” ujar Rei yang hanya dijawab dengan anggukan kepala oleh Yuki. Jika boleh jujur, gadis di samping Rei itu sedikit merasa risih dengan hal itu, apalagi saat pria jangkung itu bilang jika gadis bernama Hinami itu adalah teman dekatnya. Apa memang hanya sekedar teman dekat?

Rei membawanya ke dalam sebuah bus yang berhenti di halte, setelah tiba di pemberhentian bus berikutnya keduanya turun dan berjalan menuju tempat yang Rei sebut adalah gedung apartemen milik gadis bernama Hinami.

Meski sedikit merasa tidak nyaman saat Rei membicarakan gadis itu dengan antusiasnya, Yuki tetap mencoba tersenyum dan mendengarkan semua ocehan Rei tentang gadis itu. Sepertinya gadis yang bernama Hinami itu adalah orang yang istimewa di mata Rei, lihat saja cara bicaranya saat ini yang sedang asik membahas tentang tabiat gadis bernama Hinami itu.

OboemasuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang