Udara dingin lagi-lagi membuat tubuh seorang pria mengigil meskipun telah di selimuti selimut tebal, penghangat ruangan yang di pasang di kamarnya tidak begitu membantu. Dengan mata yang masih terlihat berkunang-kunang pria itu mendudukkan tubuhnya di samping tempat tidur, terdiam sesaat di tempatnya itu untuk mengumpulkan semua nyawanya yang masih tertinggal di alam mimpi.
Beberapa menit terdiam di tempatnya akhirnya pria itu beranjak dari posisinya, dengan langkah yang dipaksakan pria itu berjalan ke luar kamar. Mengusap wajahnya yang terasa kebas lalu pergi ke arah kamar adiknya untuk membangunkan gadis itu agar segera bersiap untuk pergi sekolah.
Begitu pria itu masuk ke dalam, ujung bibirnya tertari membentuk senyum. Kini matanya tengah mendapati Natsumi yang tertidur lelap dengan menyenderkan kepalanya ke bahu Hinami. Keduanya tidur dengan posisi terduduk dan buku dongeng bertengger di atas pangkuan Hinami yang terlelap. Sepertinya gadis itu tertidur saat membacakan dongeng untuk adiknya itu, bahkan ia sampai lupa membuka kacamata yang kini terlihat merosot ke bawah matanya.
Haruo melangkah mendekat dengan perlahan, tidak ingin membuat gadis berkacamata itu terbangun. Dengan hati-hati pria itu membangunkan Natsumi yang berada di samping tubuh Hinami. Menggoyangkan tubuhnya pelan dan setelahnya pria itu mendapati mata indah milik adik perempuannya itu.
“Sstt jangan terlalu berisik” ucap Haruo setengah berbisik dengan telunjuk di depan mulutnya sembari melirik Hinami yang masih terlelap.
Natsumi sendiri mengosok kedua kelopak matanya, menoleh ke arah samping dan mendapati Hinami disana. Gadis kecil itu tersenyum cerah setelah itu mengangguk.
“Baiklah, kakak keluar dan kau bersiaplah. Kakak tunggu di meja makan” seru Haruo yang di jawab dengan anggukan kepala oleh Natsumi.
Setelah tubuh kakaknya itu tidak terlihat lagi Natsumi beranjak dari posisinya dengan bantuan tongkatnya, gadis itu pergi ke arah kamar mandi untuk bersiap pergi ke sekolah.Lima belas menit berkutat dengan ini itu kini gadis kecil itu mendudukkan tubuhnya di samping tempat tidur, membenarkan posisi dasinya sebelum mendapati Hinami telah terbangun di sebelahnya.
“Ohayou” Sapa Natsumi dengan senyum cerianya.
Hinami tersenyum, ikut menjawab sapaan gadis kecil di hadapannya itu sebelum pada akhirnya mengingat sesuatu. Oh ya ampun, ia ketiduran saat menunggu hujan reda kemarin.“Ayo pergi sarapan neesan” ajak Natsumi yang hanya di jawab dengan anggukan oleh Hinami.
●●●
Haruo tengah sibuk menghangatkan makanan yang sudah disiapkan ibunya untuk sarapan mereka, ibu dan ayahnya itu memang tidak pernah ikut sarapan bersama karena alasan pekerjaan. Pukul lima pagi, keduanya sudah berada di tempat mereka bekerja dan sebagai kakak Haruolah yang menyiapkan segalanya untuk adik perempuannya itu yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
“Ohayou” sapa Natsumi bersamaan dengan Hinami yang membantu mendudukkan tubuh gadis kecil itu di kursi meja makan.
Haruo tersenyum, mengangguk kecil lalu memberikan mangkuk nasi pada mereka. “Makanlah, ibu sudah menyiapkanya” ujarnya sebelum ikut mendudukkan tubuhnya di atas kursi yang kosong disana. Pria itu juga tak lupa memberikan semangkuk sup miso kepada keduanya.
“Aku pikir Neesan akan pulang begitu hujannya reda, tapi ternyata tidak. Terimakasih untuk dongeng semalam” ucap Natsumi dengan mulut masih sibuk mengunyah makanan. “Aku suka saat keempat kucingnya bisa kembali pulang ke rumah majikannya itu” lanjutnya.
Hinami yang tadinya hanya makan dalam diam menoleh pada gadis kecil itu, tersenyum kecil sembari menganggukan kepalanya. “Kalian berdua terlihat lucu saat tertudur, apalagi kau yang tertidur dengan kacamata yang masih menempel di wajahmu” ucap Haruo yang sontak membuat kedua gadis dihadapannya menoleh. Namun berbanding terbalik dengan Natsumi yang menoleh dengan tatapan ceria, Hinami malah menatap pria itu dengan tatapan tidak suka.
“Coba lohat ini, kalian lucu bukan?” Haruo kembali berseru, mengeluarkan ponselnya dari saku dan menunjukkan sebuah foto yang menampilkan dua orang gadis yang tengah tertidur pulas dengan posisi duduk.
“Eh, kapan kau mengambilnya?! Aku minta hapus?!” Hinami berseru garang, tangannya yang bebas berusaha mengambil alih ponsel milik Haruo, namun pria itu terlalu gesit dan tindakan Hinami selalu meleset.
“Aku minta hapus!”
“Kenapa di hapus, kalian terlihat lucu di dalam foto ini” Haruo mengangkat ponselnya ke atas, membuat Hinami yang badannya lebih pendek dari Haruo kesulitan untuk menjangkau benda itu meski gadis itu sudah berjitjit.
“Dasar pendek” ledek Haruo yang malah membuatnya mendapatkan serangan dari gadis berkacamata itu, dengan sekuat tenaga gadis berkacamata itu mengangkat kakinya dan menginjak kaki pria itu hinggang membuatnya mengaduh kesakitan.
“Siapa suruh bermain-main denganku” Hinami berseru dingin, kembali ke kursinya tanpa mengiraukan foto itu lagi.
“Siapa suruh tubuhmu itu pendek” Haruo masih tak mau kalah, dengan mulut yang mengunyah makanannya pria itu menatap gadis berkacamata dihadapannya dengan alis yang dibuat naik turun.
“Aku tidak pendek, hanya kau saja yang lebih tinggi dariku” seru Hinami masih dengan suara yang dibuat dingin.
Haruo yang berada dihadapan Hinami hendak kembali menjawab perkataan gadis itu, namun sepertinya nasib sial tengah menimpanya di detik itu hingga membuat pria itu tersedak.
“Payah, jika makan ini seharusnya diam” Hinami tersenyum puas, dan beberapa kali gadis itu juga terlihat tertawa begitu mendapati wajah Haruo yang memerah karena faktor tersedaknya.
“Niisan kalah” Natsumi yang berada disamping Hinami ikut berseru. Hinami menoleh ke arah gadis itu, tersenyum penuh kemenangan dan bertos ria bersama Natsumi.
“Adik penghianat” Haruo kembali menyuapkan makanannya ke dalam mulut begitu keadaannya kembali membaik.
Selesai sarapan, Haruo menggendong Natsumi ke dalam mobil. Hinami yang berada di belakang hanya mengikuti pria itu dari belakang sembari membawakan tongkat milik gadis kecil itu. “Kau duduk di depan bersamaku” ucap Haruo sembari membukakan pintu untuk gadis berkacamata itu yang hanya di jawab dengan anggukan kepala oleh Hinami.
Haruo yang berada di depan kemudi sesekali melirik ke arah Hinami yang duduk di sampingnya, pria itu sesekali terlihat cekikikan begitu melihat tubuh Hinami yang berbalut mantel tebal dengan kaos yang masih sama seperti yang ia kenakan kemarin sore. “Apa yang kau perhatikan, jika sedang mengemudi fokuslah ke depan sana” Hinami yang menyadari dirinya sedang diperhatikan oleh pria di sampingnya itu berseru dingin, sedangkan Natsumi yang duduk di kursi belakang hanya tersenyum kecil melihat orang di depannya seperti kucing dan tikus sejak sarapan tadi.
“Kau terlihat menggemaskan dengan kaos yang kebesaran itu” ujar Haruo dengan pandangan yang terfokus pada jalanan di depannya.
Hinami memutar bola matanya malas, sembari melirik jalanan di depannya gadis itu berujar “terserah kau saja”
“Aku dengar Rei pergi ke Okinawa, tadi pagi ia meneleponku dan izin tidak ikut latihan selama musim dingin” ujar Haruo yang seketika membuat gadis berkacamata di sampingnya menoleh dengan ekspresi kaget.
“Eh, hontou?! Kenapa Rei tidak memberitahuku?”
“Dia bilang ponselmu tidak bisa dihubungi” Haruo menjawab lagi, dan dengan gerakan cepat gadis berkacamata di sampingnya mengambil ponselnya yang berada di saku celana, mencoba menyalakannya tapi handphonenya tetap tidak menyala.
“Pantas” gumam Hinami sebelum kembali memasukan ponselnya ke dalam saku celananya lagi. “Kau pikir kenapa ia pergi tiba-tiba seperti ini?” tanya Hinami sembari melirik ke arah Haruo yang tengah serius memperhatikan jalanan.
“katanya kakeknya sakit”
“Jadi begitu, semoga kakeknya Rei cepat sembuh” gumam Hinami.
●●●
Pukul 10.00 gadis berkacamata itu sudah tiba di apartemennya, beberapa menit lalu pria bernama Haruo itu mengantarnya sampai di depan gedung apartemennya setelah mengantar Natsumi ke sekolahnya. Tanpa mampir sebentar untuk sekedar minum, pria itu sudah pergi duluan dengan alasan ada pekerjaan di kedai kopi. Sebenarnya Hinami sendiri sudah tahu soal itu, saat pergi bersama Rei ke kedai kopi itu mereka sering melihat Haruo yang bermain piano maupun gitar di atas panggung kecil di tengah-tengah meja para pengunjung.
Hinami memutar hendel pintunya yang tidak lagi terkunci, mendorongnya dan melangkah masuk ke dalam apartemennya. Beberapa hari lalu Yuki sudah pindah ke apartemennya sendiri, jadi gadis berkacamata itu sudah tidak lagi mendapati gadis perawat itu di apartemennya. Sebenarnya Hinami berasa kecewa karena Yuki harus pergi dari apartemennya, entah mengapa gadis itu merasa tidak lagi kesepian saat melihat Yuki yang tersenyum ke arahnya.
Hinami mendudukkan tubuhnya di atas sofa, menyalakan penghangat ruangan dan melepas mantel sekaligus sepatu yang masih ia kenakan. Gadis itu tetap dalam posisinya itu untuk beberapa saat, ia hanya melepaskan kacamatanya dan menyimpannya di atas meja setelah itu kembali menyenderkan kepalanya ke sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oboemasu
Teen FictionTujuanku ke Ibukota memang ingin lari dari masalahku, lari dari luka yang selalu membuat air mataku jebol dan tak bisa di tampung. Aku tahu ini tindakan bodoh, tapi aku berharap dengan perginya aku luka ini akan sembuh. Tapi buktinya? Semuanya tetap...