Pukul 21:45, saat acara latihan besar-besaran telah selesai Hinami segera melangkah menuju kamarnya, menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur dan mulai memejamkan matanya. Latihan terakhir ini benar-benar melelahkan, entah itu Kazu maupun Haruo keduanya benar-benar berubah total tadi. Saat seseorang membuat kesalahan sekecil apapun, kedua pria itu pasti menampakan tanduk dan taring mereka seolah ingin menerkan orang itu. Bahkan Hinami sendiri terkena amukan Haruo saat ia lupa akan nada yang harus dimainkannya.
“Ini, Haruo menutipkan ini untukmu” sebuah seruan dari arah pintu membuat kelopak mata gadis itu kembali terbuka, Hinami melirik ke arah suara, mendudukkan tubuhnya dan menatap Anaya yang berjalan mendekat ke arahnya dengan sebuah gaun pendek berwarna putih di tangannya.
Hinami menerima gaun itu, memperhatikan benda di tangannya itu sebelum kembali menatap Anaya dengan tatapan yang terlihat tak mengerti sama sekali soal gaun ini. Dari tatapannya, gadis itu seolah bertanya “untuk apa?”.
“Kau harus memakainya saat acara nanti, aku juga dapat” jawab Anaya yang seolah mengerti dengan tatapan bingung gadis di hadapannya.
Hinami mengangguk kecil, gadis itu meletakkan gaunnya sembarangan di sisi tubuhnya sebelum kembali menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. Baru saja gadis itu memejamkan matanya beberapa detik, mata itu kembali terbuka dengan tatapan tak percaya.
“Tunggu, sejak kapan Anaya berbicara selancar tadi? Bukannya selama ini gadis itu selalu bungkam di depannya” gumam Hinami dalam diam sembari melirik Anaya yang baru saja masuk ke dalam kamar mandi.
Pukul 22:00, Anaya sudah selesai membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya dengan pakaian baru. Dilihatnya Hinami yang telah terlelap di tempat tidurnya. Gadis itu ternyata tidak berubah, coba lihat dia, dengan sepatu yang masih menempel di kakinya dan bahkan masih memakai kacamata dia bisa terlelap tanpa memperdulikan apapun.
Anaya berjalan mendekat, meraih gaun yang tadi di berikannya yang tergeletak begitu saja di samping tubuh Hinami dan meletakkannya di gantungan baju. Jika diingat-ingat, sudah lama sekali Anaya tidak melihat sahabatnya itu memakai gaun. Tunggu, apakah Hinami masih sahabatnya?
“Jangan kau pikir aku akan mau memakai gaun itu” Itu suara Hinami, Anaya menoleh cepat ke arah gadis itu yang kini telah terlihat mendudukan tubuhnya di samping tempat tidur dan sibuk membuka sepatu yang masih menempel di kakinya. “Aku alergi dengan gaun” lanjut Hinami sembari meletakkan sepatunya sembarangan.
“Kau tidak bisa menolak, semua orang di klub akan marah besar jika kau tidak memakainya. Bukannya sudah ditetapkan jika wanita memakai gaun dan pria memakai setelah jas” jawab Anaya yang tak mengerti dengan jalan pikiran gadis dihadapannya itu, sekeras apapun ia menolak ia yakin yang lain akan lebih keras kepala untuk memaksanya memakai gaun itu. Apalagi Kazu dan Haruo, sebagai ketua klub mereka pasti akan melakukan apapun agar semuanya berjalan dengan lancar dan sesuai dengan rencana.
“Aku tak peduli, kenapa mereka tidak memberikanku setelan jas saja? Bukankah itu lebih baik” Hinami tak mau kalah, gadis itu melirik gaun putihnya yang tergantung di gantungan baju dengan tatapan tidak suka.
Anaya tersenyum kecil mendengar jawaban gadis di hadapannya itu, setelah mendudukan tubuhnya di samping gadis berkacamata itu Anaya berucap “Kau tidak pernah berubah”.
“Tidak ada yang berubah, kecuali pandangan kita akan 3F” ujar Hinami sebelum bangkit dari posisinya dan melangkah menuju kamar mandi.
Di sana, Anaya hanya mematung, sedikit tercengang dengan jawaban yang dilontarkan Hinami barusan. Mau bagaimanapun, sekeras apapun gadis itu mencoba melupakan kata itu ia selalu gagal. Ia kenal kata itu, kata yang ia buat bersama ketiga sahabatnya itu beberapa tahun lalu. Jika dipikir-pikir, apakah sang pemilik nama itu masih ada?
KAMU SEDANG MEMBACA
Oboemasu
Teen FictionTujuanku ke Ibukota memang ingin lari dari masalahku, lari dari luka yang selalu membuat air mataku jebol dan tak bisa di tampung. Aku tahu ini tindakan bodoh, tapi aku berharap dengan perginya aku luka ini akan sembuh. Tapi buktinya? Semuanya tetap...