24

18 3 0
                                    

“Aku lapar, ayo cari makan,” ajak Hinami yang masih berdiri di hadapan Haruo.

Haruo mengerjit, sedari tadi gadis itu menangis sampai sesenggukan dan kali ini ia malah meminta makan? “Kau gadis yang aneh” tutur Haruo sembari tersenyum kecil.

“Kau yang aneh, kau suruh aku tidak menangis tadi, dan sekarang kau ingin aku menangis lagi. Aku sekarang ingin makan, bukan menangis” Hinami menjawab kesal, jika boleh jujur gadis itu benar-benar malu karena harus menangis di depan Haruo, bahkan tadi pria jangkung itu sembat menarik tubuhnya dalam dekapannya yang menurut Hinami teranya nyaman. Dan entah mengapa, untuk mengalihkan rasa malunya itu ia malah kepikiran makanan dan berniat untuk mengajak pria itu makan.

Haruo mengangkuk, tangan pria itu kini terlihat menggenggam pergelangan tangan Hinami dan menyeret gadis itu ke tempat makan sesuai permintaan gadis berkacamata itu.

Dalam diam, diam-diam Haruo memperhatikan Hinami yang sibuk dengan makanannya. Apa sebesar itu rasa rindunya pada ketiga sahabatnya itu? Jika bisa Haruo ingin membantu gadis itu dan mengembalikan kembali persahabatan mereka. Bagaimanapun, senyuman Hinami terlalu berharga saat ini.

“Hei, berhenti memperhatikanku seperti itu” ujar Hinami sembari melirik Haruo tajam.

Haruo mengalihkan pandangannya ke arah lain, malu sendiri karena ketahuan jika ia tengah memperhatikan gadis itu. Sembari mencoba mengalihkan pandangannya tak tentu arah pria itu berucap “Siapa yang memperhatikanmu, kau terlalu percaya diri”

“Payah” seru Hinani sebelum memasukkan makanannya ke dalam mulut.

Haruo menoleh, tersenyum kecil begitu melihat Hinami yang tengah mengunyah makanannya dengan muka kesal “Sepertinya lucu melihatmu memakai gaun putih itu” gumam Haruo yang seketika mendapat tatapan horor dari gadis di hadapannya. “Ada apa?” Haruo bertanya bingung, takut sendiri dengan tatapan tajam yang dilontarkan gadis berkacamata itu.

“Jangan harap aku akan memakainya” ucap Hinami dingin sebelum kembali berkutat dengan makanannya.

Haruo tersenyum kecil, pria itu menggelengkan kepalanya pelan sebulum kembali pada makanan di hadapannya.

Selepas acara makan, Hinami menarik pria itu untuk menemaninya ke tempat aksesoris. Entah mengapa, meskipun penampilan gadis itu terkesan seperti pria namun di sisi lain ternyata ia memiliki sisi wanita juga. Coba lihat sekarang, dengan mata penuh binar gadis itu melihat-lihat gantungan kunci yang terlihat manis dihadapannya.

“Coba lihat, benda ini menggemaskan bukan?” ujar Hinami sembari menunjukkan sebuah gantungan kunci berbentuk kucing tepat di depan wajah Haruo.

Haruo mengangguk, tersenyum kecil dan mengambil alih benda itu dari tangan Hinami. “Kau menyukai gantungan kunci?” tanyanya.

“Ya seperti itulah, aku senang mengkoleksinya” Hinami menjawab, namun pandangan gadis itu tidak teralihkan dari benda-benda mungil di hadapannya itu.

“Aku tidak pernah melihatmu menggunakan gantungan kunci” tutur Haruo, ikut melihat-lihat benda yang ada di sana.

“Aku takut mereka hilang, karena itu aku tidak ingin memakainya” Hinami menjawab, tangan gadis itu kini menggenggam 3 buah gantungan kunci yang Haruo pikir akan dibeli gadis berkacamata itu.

“Gantungan kunci digunakan untuk menjadi hiasan tas atau yang lainnya, lalu untuk apa kau membelinya jika tidak digunakan?”

“Untuk dilihat” jawab Hinami senang sembari membawa benda digenggamannya itu pada petugas toko untuk membayarnya.

Hampir seharian penuh gadis berkacamata itu hambiskan waktunya bersama Haruo, setelah pukul 18:00 ia baru pulang ke tempat menginapan, bersiap untuk acaranya yang akan dilaksanakan malam ini. Begitu Hinami membuka pintu kamarnya, dilihatnya Anaya yang telah siap dengan gaunnya tengah terduduk di samping tempat tidur sembari membaca buku di pangkuannya. Anaya menoleh, tersenyum kecil sebelum kembali terfokus pada bukunya.

OboemasuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang