14

11 5 0
                                    

Untuk minggu ini sepertinya suasana hati Haruo dan Kazu sebagai ketua club sedang membaik, kedua lelaki itu memberikan satu minggu penuh tanpa latihan bagi seluruh anggota club mereka. Namun tidak untuk gadis berkacamata yang menyandang nama Hinami, gadis itu harus tetap datang ke kediaman Haruo untuk mengajar Natsumi. Janji Haruo saat membujuknya dulu benar-benar ia tepati, pria itu membayar Hinami sesuai dengan yang mereka sepakati dulu.

Di lantai atas kediaman Haruo, seperti biasanya Hinami memberi waktu istirahat selama lima belas menit setelah setengah jam penuh sibuk dengan nada ini dan itu. Dengan penghangat ruangan yang membuat keduanya tidak memerlukan jaket tebal, kedua gadis itu terlihat asik berbincang. Hinami yang bagai sedang berhadapan dengan seorang pendongeng cilik dengan khidmat berada di kursinya, gadis bernama Natsumi itu benar-benar pintar bercerita.

Saking asiknya mendengarkan celotehan gadis kecil di depannya gadi berkacamata itu sampai lupa jika mereka telah melewati waktu istirahatnya, tapi ya sudahlah, toh Natsumi sendiri tengah asik dengan celotehannya.

“Apa ada yang memesan coklat panas!” sebuah seruan dari arah anak tangga membuat Natsumi menghentikan obrolannya sesaat, keduanya menoleh ke asal suara dan mendapati seorang pria tengah tersenyum hangat dengan nampan berisi tiga cangkir coklat panas yang masih terlihat mengepulkan asapnya.

“Aku!!” Natsumi berseru kegirangan, gadis kecil itu mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi.

Sang kakak melangkah mendekat, sebelah tangannya sengaja ia letakkan di belakang badannya agar terlihat seperti seorang pelayan sungguhan. “Maaf nona kecil, sepertinya ini tidak ada di daftar pesanaan anda” ucap Haruo dengan suara yang dibuat-buat dam malah terkesan aneh di telinga Hinami dan adiknya.

“Niisan pelayan yang buruk” Natsumi menggerutu kesal dengan pipi mengembung karena kakak laki-lakinya itu tidak membiarkan tangan kecil miliknya menyentuh cangkir berisi coklat itu.

Haruo tertawa, begitupun dengan Hinami yang melihatnya. Karena gemas Haruo mencubit pipi adiknya, sebelum menyondorkan cangkir berisi coklat yang ia bawa. “Ini coklat spesial untuk nona kecil yang tak kalah spesial” ucap Haruo yang berhasil membuat adik perempuannya itu tersenyum cerah sebelum merebut cangkir itu dari sang kakak.

Natsumi meniupi coklat dalam cangkirnya sebelum menyeruputnya, gadis itu tersenyum ceria begitu coklat tersebut menuncur tanpa halangan di tenggorokannya. “Niisan, katakan pada Hinami-neesan jika dulu kita ini adalah pasangan pemain ice skating terbaik” seru gadis itu setelah meletakkan cangkirnya di atas meja.

Haruo menoleh pada adiknya, mengangguk kecil sebelum menoleh ke arah Hinami. “Dia benar, kau tidak percaya? Haruskah aku membuktikannya?” seru Haruo yang didukung Natsumi dengan tepukan tangan penuh rasa antusias.

Hinami tersenyum, menggelengkan kepalanya kecil sembari berucap. “Baiklah, aku percaya”.

“Wajah neesan tidak menunjukkan seperti apa yang neesan katakan” ucap Natsumi berhasil membuat warna baru di wajah gadis berakacamata itu, dengan sedikit rasa malu gadis bercakacamata itu hanya bisa tersenyum dengan kikuk ke arah kedua kakak beradik itu.

“Apa kau membutuhkan bukti? Aku bisa saja membuktikanmu saat ini juga jika kau memang bersedia ikut denganku ke tempat ice skating” ucap Haruo yang secara otomatis membuat Hinami menatap bingung.

“Hah?”

“Natsumi ikut! Sepertinya menyenangkan bisa pergi ke tempat itu lagi. Ayo jawab ya Neesan!” Natsumi berseru kegirangan, tangan gadis itu kini sibuk menggoyang-giyangkan tubuh Hinami.

“Tapi latihannya?”

“Tinggalkan saja, kali ini Natsumi bukan sedang mau berlatih musik. Ayo katakan ya neesan!”

OboemasuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang