18

19 7 2
                                    

Musim dingin semakin berlalu, kini salju yang turun mulai berkurang, mungkin sebentar lagi musim semi akan tiba dan membawa kehangatan di setiap penjuru.

Sepanjang musim dingin ini, waktunya tak pernah lepas bersama Haruo. Apalagi sekarang ia mengajari adiknya bermain biola yang membuatnya harus lebih banyak bersama pria itu. Entah mengapa sejak Rei pergi ke Okinawa rasanya ia menjadi semakin denkat dengan pria yang menyandang nama Haruo itu, entah itu dalam rangka latihan untuk festival nanti maupun yang lainnya.

Seperti hari ini, gadis berkamacamata itu tengah terduduk di sudut kedai kopi dan memperhatikan Haruo yang sedang bermain piano di atas panggung kecil di tengah para pengunjung kedai. Dengan secangkir coklat panas di hadapannya gadis itu terlihat tersenyum kecil, membalas senyuman yang Haruo lontarkan padanya di atas sana.

“Aku akan pulang minggu depan, kau tidak merindukkan ku bukan?” itu pesan dari Rei yang Hinami terima beberapa detik lalu, sejak tiga minggu lalu ia tak pernah lagi bertemu Rei karena perginya pria itu ke Okinawa. Dan menbaca pesan Rei barusan ujung bibir Hinami tertarik, melukis senyum kecil di wajahnya. Dengan gerakan cepat, jari jemari Hinami yang lentik lincah di atas layar ponselnya.

“Kau terlalu percaya diri Rei. Tapi tak apa, aku senang kau bisa kembali lagi” balas Hinami dengan senyum kecil yang masih menghiasi wajahnya.

Baru saja gadis itu hendak menyimpan kembali ponselnya, benda itu sudah bergetar lagi, menandakan ada pesan masuk. “Maaf membuatmu menunggu lama, ngomong-ngomong apa yang sedang kau lakukan?” itu balasan dari Rei.

“Aku bersama Haruo, kau tahu ternyata pria itu pintar memasak. Dia mengajariku memasak saat Natsumi menginap di apartemenku” balas Hinami antusias begitu mengingat kejadian itu.

Saat itu, mungkin sekitar satu minggu lalu Natsumi merengek ingin ikut ke apartemen gadis berkacamata itu. Setelah mendapat izin dari kedua orang tuanya gadis kecil itu dengan antusias perjalan ke kamarnya dengan bantuan tongkat, membuka isi lemarinya dan memasukkan beberapa pakaiannya ke dalam tas.

“Apa yang kau lakukan?” tanya Haruo yang sepertinya baru saja pulang dari pekerjaannya sebagai seorang pianis disalah satu kedai kopi.

“Menginap di rumah Hinami-neesan” jawab Natsumi dengan cerianya.

Mendengar jawaban adiknya pria itu melirik Hinami yang hanya memperhatikan di atas kursi belajar milik Natsumi, pria itu mengangkat dagunya pada gadis berkacamata itu dengan ekspresi bertanya seolah mengucapkan “Apa maksudnya?”

“Selama dua hari adikmu akan tinggal bersamaku” jawab Hinami singkat yang di jawab dengan anggukan kepala mantap oleh Natsumi.

Dan singkat cerita, di hari terakhir Natsumi berada di apartemen Hinami, kakaknya datang menjemput. Melihat kedua gadis itu belum makan apapun untuk sarapan mereka Haruo menyempatkan diri untuk meminjam dapur milik Hinami, mengambil alih dapur milik gadis berkacamata itu dan sibuk dengan bahan-bahan masakannya sendiri.

“Aku baru tahu jika ada wanita yang tidak bisa memasak” ejek Haruo dengan tangan yang sibuk membolak-balik masakannya di atas wajan.

“Eh, kata siapa aku tidak memasak. Aku bisa memasak mie rebus dan tamagoyaki” ucap Hinamu tak terima diremehkan seorang pria seperti Haruo.

Di depan sana, Haruo tertawa kecil. Setelah memindahkan masakannya ke atas piring saji pria itu membawanya ke meja makan dan menatap gadis berkacamata itu dalam-dalam. “Bocah sekolah dasar juga melakukannya jika hanya itu” ucapnya sembari melirik Natsumi yang tersenyum cerah ke arahnya.

“Urusee! *berusik!” Hinami berseru garang, gadis berkacamata itu yang awalnya hanya terduduk di atas kursi meja makan beranjak dari posisinya. Mengambil dua butir terur dari dalam kulkas dan menunjukkannya kepada pria yang kini terduduk di kursi meja makan sembari menatapnya dengan alis yang dibiarkan naik turun.

OboemasuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang