[13] Closer

1.6K 188 93
                                    

Klikk!! Klikk!!

Suara pelatuk yang sudah di tarik dan siap melontarkan peluru, terdengar di sebuah ruangan. Dengan target di salah satu ujungnya. Ada dua namja yang tengah berlatih dengan senapan masing-masing.

Dorr!! Dorr!!

Dua tembakan yang berasal dari satu senapan berhasil menembus target dengan sangat pas. Tepat mengenai tengah lingkaran.

"Kemampuan menembakmu tak bisa di sepelekan, Changbin-ah." puji Minho yang awalnya hendak berlatih menembak, tetapi malah terkagum dengan kemampuan menembak milik Changbin.

"Aku mendapatkannya karena berlatih, hyung. Jika kau berlatih dengan giat, kau akan mendapatkannya." jawab Changbin, menurunkan senapannya dan berjalan menuju long sofa. Sudah ada Hyunjin yang duduk disana.

"Itu bukan karena latihan, hyung. Kau memiliki bakat alami dengan senapan. Kenapa kau tak menjadi snipper seperti Felix, hyung?" tanya Hyunjin setelah Changbin mendudukkan dirinya disana.

"Aku memang di lahirkan untuk menjadi penembak jitu." Changbin memasang wajah percaya dirinya. Membuat Minho dan Hyunjin memasang wajah menyesal sudah memuji namja dark itu.

"Tapi, Felix lebih menyukainya. Dan aku lebih suka mengajari Felix menembak dari pada menjadi penembak." lanjut Changbin dengan helaan nafas panjang. Membuat Hyunjin memasang wajah bersalah karena telah membawa nama Felix.

"Changbin hyung, mian." Hyunjin memasang wajah bersalahnya.

"Gwaenchanayo, Hyunjin-ah. Mungkin ini sudah takdir yang harus aku dan Felix jalani. Meski aku merasa, Felix masih hidup."

"Seyakin itukah dengan firasatmu, Changbin-ah?" tanya Minho, yang ikut bergabung dengan dua rekannya itu.

"Ne, hyung. Firasatku mengatakan dengan kuat, jika Felix masih hidup. Dan aku sangat berharap jika itu benar-benar terjadi, hyung."

"Tetaplah berpikir positif dan perkuat firasatmu. Aku yakin, ikatan kalian berdua sangatlah kuat." Minho menepuk bahu Changbin. Mencoba menyalurkan dukungannya pada rekan yang lebih muda satu tahun di bawahnya.

Minho sangat tau, bagaimana firasat yang selalu Changbin miliki. Ikatan antara Changbin dan Felix tak bisa di anggap sepele. Mereka memang bukan saudara kandung, tapi ikatan mereka bisa melebihi ikatan saudara kembar. Sangat kuat dan saling berhubungan. Bahkan Minho sangat iri dengan ikatan keduanya.

Jika saja aku memiliki firasat seperti Changbin, kau tak akan meninggal secepat itu, Jisung-ah.

Puk!!

"Lino hyung? Hyung melamun?"

Sebuah tepukan ringan dan suara lembut itu terdengar di telinga Minho. Membuat namja kalem itu tertarik kealam sadarnya. Sudah ada Jihun dengan tangan berada di bahunya.

"Oh, Jihun-ah? Wae geurae?" tanya Minho dengan wajah sedikit terkejut. Ia juga melihat Woojin yang mendecih dan menggelengkan kepalanya.

"Hyung melamun sejak tadi. Bahkan Ujin sudah memanggil berkali-kali, hyung tetap saja tak menanggapinya." ucap Jihun dengan menunjuk Woojin melalui dagunya.

"Oh, mianhae, Ujin-ah. Aku hanya sedikit melamun."

"Sedikit melamun apa, hyung? Aku berteriak seperti orang kesetanan juga, kau tak akan sadar."

"Separah itukah aku melamun?"

"Tanyakan saja pada Hyunjin dan Changbin. Aku sudah hampir mati meneriakimu sejak tadi, hyung." ucap Woojin dengan wajah malasnya.

Angel's Flower [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang