[04] Hate

2.5K 264 63
                                    

Seorang namja pucat terlihat berjalan santai. Dengan tangan yang tengah membawa beberapa berkas. Namja itu memasuki sebuah ruangan yang berada di ujung sebuah lorong panjang.

Brugh!

Namja yang tidak lain adalah Yoongi itu meletakkan berkas yang dibawanya di atas meja. Ia menarik kursi dan duduk disana. Mulai membuka berkas yang baru saja di bawanya.

"Oh? Good morning, Chairman Kim!"

Yoongi mengangkat pandangan sebentar ketika mendengar suara orang lain. Lalu kembali melihat berkas di depannya setelah mengetahui siapa pemilik suara itu.

"Sapaanmu terdengar seperti sebuah ejekan di telingaku. Waeyo, Mark Tuan?" tanya Yoongi tanpa mengalihkan pandangannya.

"Aku sudah berbaik hati menyapamu, chairman. Tapi, kau menganggapnya ejekan? Jahat sekali." ucap Mark Tuan, wakil chairman of student council di kampusnya.

"Aku tidak memintamu menyapaku. Dan berhenti memanggilku chairman."

"Araseo, araseo. Kau ini aneh sekali, Yoongi-ya. Kau menjabat chairman of student council di kampus ini. Tapi, kau tidak mau di panggil chairman."

"Terdengar aneh di telingaku. Jika kau tak memiliki pekerjaan, bantu aku mengurus berkas sialan ini." ucap Yoongi dengan nada dinginnya. Mark menarik kursi dan duduk di dekat meja Yoongi. Namja itu mulai membantu Yoongi mengurus berkas-berkas itu.

Ya, Kim Yoongi adalah orang penting di kampusnya. Namja itu menjabat sebagai chairman of student council di kampus. Bukan di fakultas. Melainkan di universitasnya. Namja pucat itu sangat populer di kampusnya. Bahkan namanya sudah menjadi hal paling berpengaruh untuk menarik para mahasiswa yeoja baru untuk berbondong-bondong mendaftar di universitasnya. Meski mereka harus melewati tes yang sangat ketat. Ya, begitulah. Sosok Yoongi di kampusnya.

"Bagaimana olimpiadenya? Kau sudah selesai mengurusnya?" tanya Yoongi di sela-sela kegiatannya memeriksa berkas itu.

"Olimpiade?" Mark menoleh kearah Yoongi, bingung. Yoongi menggerakkan matanya, menatap tajam kearah Mark.

"A-ah, o-olimpiade fisika itu? Ne, aku sudah mengurusnya. Banyak yang sudah mendaftar. Jadi hentikan tatapan membunuhmu itu, Yoongi-ya." ucap Mark dengan menapilkan senyuman lebarnya. Jujur saja, namja itu takut melihat tatapan Yoongi.

"Jal hae."(Kerja bagus.) Yoongi kembali menatap berkas di tangannya. Mulai memeriksanya.

"Emm.. adikmu juga ikut olimpiade itu." ucap Mark sambil membuka berkas yang baru. Ia sudah selesai memeriksa berkas yang sebelumnya. Bahkan lebih cepat dari Yoongi.

"Nae dongsaengi? Maldo andwae. Mana mungkin Taehyung mau mengikuti olimpiade ini. Anak itu terlalu malas untuk mengikuti hal-hal, yang katanya, membuang waktu ini. Maldo andwae." Yoongi menggelengkan kepalanya, tak percaya.

"Aniya. Taehyungi aniya. Adikmu yang terakhir. Jungkook. Aku melihat namanya di berkas formulir pendaftaran." ucap Mark, menaruh berkasnya di tumpukan yang sudah selesai di periksa.

Yoongi terdiam ketika mendengar perkataan Mark. Tapi kemudian, ia kembali melanjutkan kegiatannya. Meletakkan berkas itu ke tumpukan yang lain. Mark terlihat sibuk mengamati ekspresi Yoongi sejak tadi.

"Kau tidak senang, Yoongi-ya?" tanya Mark yang hanya mendapati wajah datar namja pucat itu.

"Untuk apa?" Yoongi masih memasang wajah datarnya. Bahkan tak mengalihkan pandangannya sedikitpun.

Angel's Flower [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang