[31] Saishū (Finale)

2K 179 201
                                    

Brakk!!

Bugh!

Bugh!!

Brugh!!

Suara pukulan demi pukulan terdengar. Ruangan yang berantakan semakin berantakan dan kacau. Serpihan-serpihan barang yang pecah berserakan dimana-mana. Kondisi tak jauh berbeda dengan dua namja yang ada disana.

Darah terlihat dari luka robek kecil di sudut bibir serta pelipis mereka. Lengan baju yang terkoyak. Luka karena sabetan pisau masing-masing. Meski terlihat sudah kacau, keduanya masih kokoh berdiri dengan pisau ditangan.

"Tangguh juga dirimu. Kukira kau akan menangis seperti bayi ketika terkena pisauku." ejek salah satu namja. Im Changkyun.

"Aku bukan anak kecil yang tumbuh dengan segala kemanjaan. Aku ditempa di tempat yang sangat keras. Meski tak ada hukum rimba, tapi semua benar-benar dibentuk menjadi pribadi yang kuat. Luka kecil seperti ini bukan apa-apa bagiku." ucap namja bergingsul itu. Park Woojin.

Woojin dan Changkyun bersitatap. Sorot mata tajam keduanya terlihat saling membunuh. Jika ditelaah, kondisi Woojin saat ini yang cukup parah. Ia harus menjadi tameng bagi Jihun. Woojin tau, Changkyun sengaja menargetkan Jihun, agar dirinya menjadi tameng bagi sahabatnya itu. Berbicara tentang Jihun, namja chubby itu tengah sibuk bermain dengan laptopnya.

"Ah, membosankan." gumamnya. Jihun menekan tombol enter setelah mengetikkan sebuah kode disana. Dan dirinya berdiri, kemudian berbalik. Menatap dua namja di belakangnya.

"Hoy, kalian sudah selesai bermainnya? Disini sangat membosankan." ucap Jihun. Namja itu mengeluarkan pisaunya. Memainkan sembari berjalan menuju dua namja itu.

"Ya, kau terluka?" heran Jihun, melihat kearah Woojin.

"Menurutmu? Aku berusaha melindungimu, saekkiya." kesal Woojin. Ia seperti diremehkan oleh sahabatnya ini.

"Araseo araseo. Gomawo, eoh?" Jihun menepuk-nepuk bahu Woojin. Ia menoleh kearah Changkyun. "Saatnya kau bermain denganku, Changkyun-ssi." ucapnya, tersenyum miring.

"Aku pastikan kau bernasib sama dengan rekanmu itu. Atau mungkin lebih parah." sarkas Changkyun.

"Jangan terlalu banyak membual. Buktikan saja ucapanmu itu."

Setelahnya, Jihun mengayunkan pisaunya dengan cepat. Changkyun sigap menghindarinya. Menahan serangan Jihun dengan pisaunya. Tapi, bukan Jihun namanya kalau namja itu tak bisa menunjukkan kelihaiannya.

Bugh!

Sret!!

Changkyun mundur beberapa langkah. Tangannya memegang ulu hatinya yang terasa nyeri. Jihun benar-benar berbeda dengan Woojin. Woojin hanya fokus pada pisaunya. Tapi Jihun? Namja itu bisa menggunakan tangan kirinya untuk melemparkan pukulannya. Jihun bermain dengan kedua tangannya.

"Sialan! Kau benar-benar berbeda dengan rekanmu itu." umpat Changkyun. Lengannya terasa perih karena sabetan dari Jihun.

"Aku sudah terlalu bosan. Jadi aku akan bersenang-senang." santai Jihun, memainkan pisaunya.

"Aku pastikan mulut sialanmu itu tak akan bisa berucap lagi." sarkas Changkyun. Ia sudah terlalu kesal dengan ucapan merendahkan dari Jihun.

"Jangan hanya membual. Lakukan saja jika bisa." ejek Jihun.

Changkyun kembali mengayunkan pisaunya. Mencoba menyerang Jihun. Dan tentu saja di tangkis oleh Jihun dengan pisaunya. Dua namja itu sibuk dengan pertarungan mereka. Sedangkan Woojin, melirik kearah laptop dan melihat kode yang di tuliskan oleh Jihun.

Angel's Flower [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang