[특별한 제2회]

1.9K 131 125
                                    

"Appa?"

Jungkook melongokkan kepalanya kedalam ruang kerja Namjoon. Mencari keberadaan appanya. Tapi, ternyata Namjoon tidak berada disana.

Puk.

"Kkamjagiya!" Jungkook menoleh cepat ketika bahunya di tepuk pelan. Ia melihat Tuan Kim yang mengangkat sebelah alisnya.

"Haraboji." (Kakek.)

"Neo mwohae? Appareul chajaseo?" (Kau sedang apa? Mencari appamu?)

"Ne, haraboji. Harabojineun appa eodi asimnikka?" (Ya, kek. Kakek tau appa dimana?) Jungkook menatap penuh pada Tuan Kim.

"Namjoon baru saja pergi. Haraboji tak tau ia pergi kemana, tapi ia terlihat terburu-buru. Kenapa mencari appamu?" Tuan Kim menatap penasaran kearah Jungkook.

"Ah, aniyo, haraboji. Eobseo." Jungkook menggeleng dengan senyuman kelincinya.

"Meski haraboji baru dua tahun tinggal bersama dengan kalian, tapi haraboji tau. Kau sedang berbohong kan, Jungkook-ah?" ucap Tuan Kim. Jungkook hanya bisa tertawa canggung. Ia tak bisa berbohong jika di depan harabojinya.

"Katakan pada haraboji. Sepertinya ada sesuatu yang sangat penting." pinta Tuan Kim.

"A-ah, itu.." Jungkook ragu, tapi melihat wajah menuntut Tuan Kim membuatnya menghela nafas panjang. Jungkook mendekatkan diri pada Tuan Kim dan membisik pada harabojinya.

Ekspresi bingung dengan kerutan jelas di dahi terlihat setelah Jungkook selesai berbisik. Tuan Kim menatap cucu bungsunya itu. Jungkook hanya tersenyum tipis dengan alis saling bertaut.

"Kau berhutang banyak cerita pada haraboji, Jungkook-ah." ucap Tuan Kim, memeringati. Jungkook hanya tertawa canggung sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Geurae. Haraboji akan membantumu. Mungkin akan sedikit melibatkan halmonimu juga."

"Jinjjayo, haraboji?" Jungkook menatap dengan mata berbinarnya.

"Ne. Dan kurasa haraboji dan halmoni memiliki rencana tersendiri nanti." Tuan Kim menyunggingkan senyum miringnya. Entah apa yang direncakan Tuan Kim, tapi melihat senyum harabojinya itu membuat Jungkook begidik ngeri.

"Araseo, haraboji. Naega meonjo gagesseumnida." (Baiklah, kek. Aku pergi dulu.)

Jungkook membungkuk pada Tuan Kim. Berjalan pergi meninggalkan harabojinya. Namja kelinci itu melangkahkan kakinya ke pintu depan. Tangannya sibuk mengotak atik ponselnya. Menghubungi seseorang.

"Pureunsaek." (Biru.)

.

.

.

Ting..

"Oeseo eoseyo." (Selamat datang.)

Sambutan seorang pelayan cafe terdengar riang. Cafe yang tidak terlalu ramai meski tempatnya nyaman dan sejuk. Mungkin letak cafe yang tak begitu strategis membuatnya menjadi sepi.

"Silahkan menunya." ucap seorang pelayan, menyodorkan buku menu pada seorang namja pucat namun terhalang oleh masker hitamnya.

"Latte." singkatnya. Mengembalikkan buku menunya.

"Ne, algaesseumnida. Silahkan tunggu sebentar." Pelayan itu berjalan pergi. Meninggalkan namja pucat itu.

Yoongi, namja itu, mengawasi seluruh isi cafe. Ini cukup nyaman untuk ukuran sebuah cafe. Tapi mungkin letak yang kurang di perhitungkan membuat cafe ini jarang di singgahi. Pelayannya juga tak terlalu banyak, hanya beberapa.

Angel's Flower [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang