[06] Target

2.1K 232 86
                                    

Suasana markas terlihat mencekam. Tempat yang awalnya berisikan delapan orang, kini bertambah empat orang lain. Empat orang dengan kondisi terikat di kursi masing-masing.

"Bagaimana kondisi mereka?" tanya Yoongi. Namja pucat itu terlihat tengah berdiri di hadapan empat orang itu. Menatap dingin kearah empat orang yang mencurigakan di bandara hari ini.

"Mereka baik-baik saja, hyungnim. Efek obat biusnya akan segera menghilang." ucap Minho.

"Bagaimana kondisimu, Changbin-ah?" Yoongi beralih menatap Changbin yang sudah berada disana.

"Gwaechanseumnida, hyungnim. Park seonsaengnim sudah mengeluarkan pelurunya dan menjahitnya. Lukanya akan sembuh beberapa hari lagi, hyungnim." jawab Changbin.

"Dahaengida. Jika sampai terjadi hal yang lebih buruk, si brengsek itu akan mendapat ganjarannya." Yoongi menatap salah satu orang dari empat orang itu. Orang yang sudah membuat Changbin terluka.

Tak lama, empat orang itu mulai tersadar dari pingsannya. Mulai mengedarkan pandangan mereka. Bingung berada di mana mereka sekarang.

"Dimana ini?" ucap seorang namja dengan jaket merah.

"Siapa kalian? Lepaskan aku." ucap namja dengan topi hitamnya.

"Aku tak akan membuat kalian kesulitan." Yoongi berjalan mendekat kearah empat namja itu. "Katakan siapa kalian yang sebenarnya, maka kalian akan aku bebaskan."

Empat namja itu terdiam. Mereka sama sekali tak ingin buka suara. Yoongi menaikkan sebelah alisnya melihat kebisuan dari empat namja itu. Sepertinya keempatnya lebih memilih diam membisu. Tak ada pilihan, Yoongi mengangkat tangan kanannya. Felix berjalan memberikan sebuah iPad di tangan Yoongi. Yoongi melihat layar iPad itu. Terpampang beberapa foto dan data diri.

"Kim Wonho. Dua puluh delapan tahun. Snipper jarak jauh." ucap Yoongi sambil membaca tulisan yang ada di layar iPadnya.

"Im Changkyun. Dua puluh tahun. Hacker. Lee Juheon. Dua puluh dua tahun. Snipper jarak jauh. Dan Yoo Kihyun. Dua puluh tiga tahun. Penyerang jarak dekat."

Yoongi mendongakkan kepalanya. Menatap empat namja yang terkejut karena perkataan Yoongi baru saja. Yoongi berjalan mendekat dan berhenti beberapa langkah dari empat namja itu.

"Dan masih banyak lagi informasi kalian di sini. Apa aku perlu membacakan semuanya? Sampai ke kehidupan masa lalu kalian?" tanya Yoongi. Ia mengedarkan pandangan dinginnya ke empat namja itu.

"Jika kami mengatakan yang sebenarnya, apa kau benar-benar akan melepaskan kami?" tanya namja dengan jaket merah, Kim Wonho.

"Aku tak pernah menjilat ludahku sendiri, Wonho-ssi." Yoongi menatap dengan tatapan serius.

"Jadi, kalian satu komplotan?" Taehyung buka suara. Namja itu berjalan mendekat kearah Yoongi.

"Aniya. Kami bukan satu komplotan." jawab namja bertopi hitam, Lee Juheon.

"Bukan satu komplotan? Tapi, Wonho-ssi menyebut kalian 'kami' tadi." Taehyung mengernyitkan dahinya.

"Kami memang bukan satu komplotan. Hanya aku dan Juheon yang berada dalam satu komplotan. Sedangkan dua namja itu. Aku tak mengenal mereka sama sekali." ucap Wonho.

"Benarkah? Bagaimana kalau kalian hanya berpura-pura untuk menjalankan rencana b kalian?" Taehyung menatap angkuh Wonho dan Juheon. Tak peduli jika dua namja itu lebih tua dari dirinya.

"Aku berani bersumpah. Aku tak mengenal dua namja itu. Aku mengatakan yang sebenarnya." ucap Juheon. Nada bicaranya terdengar menyakinkan Taehyung.

Angel's Flower [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang