6. Please

303 33 0
                                    

20:00

"Kau benar2 tdk berubah, masih saja takut pada film horor"
Kini elin dan hyunjin berada dlm studio film, setelah menghabiskan waktu berjalan jalan tadi sore kini mrk berdua menonton film dan yg memaksa menonton film horor adl elin, padahal hyunjin ingin menonton film aladdin

"Kau itu berpikir dgn apa? Film horor tentu bertujuan utk menakuti penonton"
Cela hyunjin yg kini memegang lengan elin dgn kuat padahal adegan pada film tsb belum pada scene horor

"Tapi kau terlalu berlebihan"

"Terserah kau mau mengejekku yg pasti film horor itu menyeramkan, seperti kau"
Hyunjin memelankan suaranya pada kalimat terakhir

"Apa kau bilang? Aku menyeramkan maksudmu?"
Elin meninggikan suaranya yg membuat semua penonton lain menoleh ke arah mrk berdua
"Diamlah, dan makan popcorn mu"
Ucap elin kesal

Hyunjin kemudian memilih memakan popcornya dgn tangan satunya lagi memegang lengan elin

Selesai menonton elin dan hyunjin langsung pulang, elin yg meminta padahal hyunjin masih ingin berkeliling, tapi elin bilang dia baru saja pulang dri paris dan bukan itu saja, hyunjin kan baru saja pulih dari penyakit mematikannya

"Elin tidur di kamar ku yah?"
Ucap nyonya hwang dan elin hanya tersenyum mengangguk dan mengikuti nyonya hwang ke kamarnya

"Bibi tdk keberatan aku menginap disini?"
Kini elin memilih memanggil nyonya hwang dgn bibi

"Tentu tidak sayang, kau itu sudah seperti anak bibi sendiri"
Elin dan nyonya hwang duduk di tepian kasur
"Saat kau kecil dan ketika dtg bermain ke rumah bibi, bibi sangat senang, karena kau hyunjin bahagia sewaktu ia bermain dgn mu"

Nyonya hwang mengusap lembut surai elin
"Bibi tau kau pasti merasa sedih ketika hyunjin yg menjauhimu, tapi itu semua ia lakukan semata mata agar membuatmu tak bersedih ketika ia nanti pergi, tapi lihatlah sekarang, tuhan berkehendak lain, sepertinya tuhan tak rela kalau persahabatan kalian hancur"

"Apa hyunjin memberitahu bibi segalanya?"

"Ya, hyunjin menceritakan pada bibi semua nya, rencana bodohnya bersama temannya itu"
Elin terkekeh mendengar nyonya hwang bilang seperti itu, mengingatkan pada elin sang nyonya hwang yg selalu menyayanginya sejak kecil

"Saat di paris, kami selalu mengajak hyunjin berjalan jalan, kami selalu bersedih setiap saat ketika ia selalu mengatakan bahwa jika ia nanti tiada, ia harus di makamkan di korea agar kau selalu bisa menziarahi makamnya, kami bersedih mendengar ia mengatakan hal yg pada akhirnya tak jadi itu, dia juga pernah bilang, kalau elin menikah nanti suruh elin dtg ke makamku bersama suaminya"
Mendengar itu elin merasa sesak, ia berpikir bahwa bisakah ia hidup tanpa hyunjin dan bahkan menikah, elin rasa itu tak mungkin karena tanpa hyunjin ia seperti kehilangan 1 bagian besar dlm hidupnya

"Dia bilang seperti itu?"

"Ya, dia selalu berbicara bagaimana jika kau nanti tau bahwa dia sudah tiada, tapi aku bersyukur itu tak terjadi, ikatan persahabatan kalian kuat, elin, boleh bibi meminta sesuatu drimu?"

"Tentu boleh"

"Dont leave hyunjin, apapun yg terjadi, dia membutuhkanmu lebih dri kami"

"But im scared, malah hyunjin yg akan pergi dri ku"

"If thats happened, so you both make a promise, tetap stay satu sama lain"

"Sudah, bahkan berkali kali"

"So, tetap percaya satu sama lain, maka persahabatan kalian akan terbentuk sempurna"
Elin tersenyum, mendengar apa yg dikatakan nyonya hwang

07:00

"Hari ini jam kuliahku sampai jam 10 pagi, jadi aku pulang cepat"
Ucap elin pada hyunjin yg sedang fokus menyetir mobil elin

"Aku juga akan pulang bersama mu, hari ini aku mau ke apartemen mu"

"Terserah kau"
Sesampainya di kampus elin dan hyunjin langsung turun dri mobil dan menuju kelas masing2, kls elin dan hyunjin berbeda karena hyunjin memilih mengambil jurusan ekonomi sementara elin jurusan Sastra

Hyunjin awalnya kesal saat ia tau bahwa elin jurusan Sastra, jadi, ia tak bisa sekelas dgn elin

"Elin? Bisa kau ceritakan apa yg terjadi kemarin? Aku benar2 pusing tadi malam mengingat mu"
Ucap yeji yg kini duduk menghadap elin, mata pelajaran saat ini kebetulan belum masuk sang dosen pengajar

"Nan gwenchana, aku kemarin hanya sedikit terkejut"

"Terkejut bagaimana? Kau jelas langsung menangis, dan di tambah lagi jaemin dtg dan langsung pergi saat aku memberitahu nya knp kau sampai menangis"

"Ceritanya panjang, aku akan menceritakannya lain kali"

"Hwang yeji!! Papan nya ada di depan bukannya di belakang wajah elin"
Tiba2 dtg dosen yg masuk ke kls yg membuat yeji langsung memutar bangkunya sambil tersenyum kikuk, sementara mahasiswa lain tertawa

"Kau harus benar2 menceritakan padaku"
Yeji kembali menoleh ke belakang elin kali ini dgn tatapan horor yg ttp saja terlihat lucu bagi elin

🌻🌻🌻

11:30

"Wah elin kamarmu benar2 rapi sekali"
Hyunjin terpukau melihat kamar elin yg ada di apartemen tsb terlihat begitu rapi dan tertata dgn baik

"Tentu, tak seperti kamarmu yg sudah seperti goa tak berpenghuni"
Ejek elin sambil duduk di bangku meja belajarnya, dan hyunjin berbaring di atas kasur

"Enak saja, aku juga pernah membersihkan kamarku"

"Dasar, membersihkan kamar itu harus rutin bukannya di bilang pernah seperti itu"
Hening, tak ada lagi pembicaraan antara keduanya, sampai akhirnya hyunjin yg memulai, hyunjin kini masih di posisi berbaring diatas kasur elin sambil menatap langit2 kamar

"Kau tau? Saat aku menjalani pemulihan di paris, aku hanya memikirkan apa jadinya org2 yg aku syg jika aku pergi, dan itu termasuk kau"

"Ibumu sudah menceritakannya padaku tdi malam"
Hyunjin langsung bangkit duduk dan menatap elin

"Oh yah? Apa saja yg dia ceritakan?"

"Dasar bodoh, kenapa kau bilang jika aku menikah nanti aku harus mengunjungi makammu"

"Dia cerita itu juga? Aish ibu benar2"

"Sekarang aku mau bertanya, kau pikir setelah aku tau kau meninggal maka aku akan hidup dan bahagia?"
Kini elin menatap hyunjin dgn wajah sedih, hyunjin menunduk, elin pun menghampiri hyunjin dan mengacak rambut hyunjin

"Dasar, sudahlah sekarang kau sudah sembuh dan tak jadi pergi, aku sangat bersyukur utk itu, dan satu hal yg ingin aku minta, jangan merahasiakan apapun dariku, karena kita sahabat"

"Kau benar2 menyayangi ku sebagai sahabat?"
Tanya hyunjin dgn menatap elin dlm

"Tentu"
Yg membuat elin mrsa aneh kini hyunjin malah mendekatkan wajahnya ke elin
"A-apa yg kau lakukan?"

Elin semakin memundurkan wajahnya tapi hyunjin malah makin mendekat hingga jaraknya hanya beberapa senti saja

Drrt drrt

Daan akhirnya sebuah telepon berdering yg merupakan kepunyaan hyunjin, hyunjin agak terlihat kecewa, memangnya apa yg ingin ia lakukan tadi?

"Yeobseyo, nee ayah ada apa?"
Suara hyunjin terdengar memelas

"Cepatlah pulang, ada yg harus dibicarakan"

"Penting?"

"Sangat penting, segeralah pulang kami menunggumu"

Tuuut
Telpon di matikan sepihak oleh tuan hwang




Bingung banget sama part ini, soalnya aku udah publish tapi suka ngilang, muter balik terus publish udah sampe 5x

Ini wattpad napa sih 😦😦
Tapi semoga ini terakhir klinya
Pusing aku tu
Ntu aja sih curhatannya
Hehe

Dont leave me || hwang hyunjin [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang