HAPPY READING ZEYENGGGGGG 😊😊
CHAPTER 57
Kepadatan ibu kota, deretan kendaraan berbahan bakar bensin itu padat merayap. klakson terdengar di mana- mana saling bersahutan terdengar samar di bawah langit yang mulai berubah warna menjadi oranye ke jingga-an. Gadis itu menatap nanar di depan jendela besar yang memenuhi seluruh ruangan Cafe sambil mengaduk asal mocachino nya. Dia butuh suasana sunyi seperti ini. Dia butuh menenangkan diri. Atas apa yang dia alami selama ini.
Seseorang pemuda sedari tadi berdiri di belakangnya, mengamatinya lamat-lamat dalam diam dengan perasaan yang masih sama yang tidak pernah dapat di hapus dengan paksa. Ginting menghela napasnya. Rumit. Kehidupan manusia lebih rumit ketimbang ruwetnya kemacetan ibu kota.
Seperti gadis yang sedang diamatinya, contohnya.
Ayra.
"Ginting?"
Ginting sedikit tersentak mendapati Menangkap basah dirinya
"Ngapain berdiri di sana ?"
Ayra tahu panggilan Ginting, padahal waktu itu Ginting memperkenalkan diri dengan nama lengkap. darimana dia tahu. Apa dari kevin?
Kemudian tatapan mata itu, Familiar sekali. Sudah lama Ginting tidak melihat tatapan hangat itu, tatapa itu hilang saat Ayra amnesia. Dan waktu terakhir kali bertemu di Pelatnas, Ayra hanya menatap Ginting dengan tatapan biasa, seperti orang asing. Dan sekarang sorot mata itu kembali hadir.
Dari sorot matanya Ginting tahu gadis itu sudah kembali mengingat. tidak amnesia lagi.
Terus bagaimana dengan Kevin?
Ginting berusaha bersikap biasa dan melangkah mendekati Ayra kemudian duduk di sampingnya.
"Gue kebetulan ada di sini, terus ngeliat lo, tapi kayaknya lo butuh waktu sendiri, takutnya gue malah ganggu."
"Enggak kok."
keduanya kembali diam, sibuk memperhatikan hal lain. Sesekali Ginting menatap wajah gadis itu.
Sibuk menerka gadis yang sekarang berubah misterius itu.
Ponsel Ginting bunyi, dia pamit buat angkat telepon dan tak lama kemudian kembali ke tempat Ayra.
"Maaf ya, tadi ibu Gue telepon."
"Lo enggak pulang ke rumah ibu Lo? Ini kan Sabtu, Pelatnas libur kan?"
Ginting menautkan alisnya. "Cuma tiga hari, tanggung."
"Kan Lo pernah bilang kalo Lo kangen banget sama ibu Lo."
Ginting terdiam cukup lama, sibuk dengan pikirannya. Ayra tahu kalo Ginting jarang pulang.
Dan dugaannya ternyata benar. Ayra sudah enggak amnesia lagi. Tapi kenapa Ayra gak mau bilang yang sebenarnya? Ginting menghela napasnya, bersikap tidak terlalu peduli dan mengabaikan rasa penasarannya. Untuk sekarang dia hanya ingin menikmati wajah dengan tatapan hangat itu. Dia rindu dengan sang pemilik tatapan. Dia merindukan Ayra dan perasaan itu belum kunjung hilang. Memang seharusnya tidak boleh terjadi, tidak seharusnya Ginting merindukan Ayra. Tapi cinta tidak bisa memilih kepada siapa dia akan jatuh.
Senja tergantikan malam. Oranye kejinggaan itu lenyap di makan gelap. Cahaya Lampu dari gedung-gedung pencakar langit seketika bermunculan.
Cukup lama Ginting dan Ayra berada di Cafe itu, mengobrol hal-hal yang tidak penting. Sebuah kebahagiaan tersendiri untuk Ginting bisa membuat Ayra tertawa seperti dulu lagi. Hingga Akhirnya keduanya memutuskan untuk pulang. Ayra harus mengerjakan tugas kuliahnya sementara Ginting memutuskan pulang ke rumah ibunya di Bandung.
Tanpa di sadari seseorang memperhatikan mereka tidak jauh dari sana.
............
Sedari tadi Kevin membeku. Rasa sesak menyeruak dalam dirinya. Ayra gak mau ketemu Kevin. Enggak ngangkat telepon Kevin, tapi dia bisa pergi sama Ginting. Sepasang insan Tuhan itu sedang bercengkerama. Kevin hanya bisa memperhatikan nya dalam diam. Menyaksikan yang satu menghibur dan yang satunya tertawa, Sesekali bibir Kevin melengkung kan senyumnya. Melihat tawa yang sudah lama sekali tidak muncul, raut wajah gadis itu terlihat bahagia. Amnesia maupun tidak, Ginting selalu bisa dekat dengan Ayra. Sementara Kevin hanya menjadi penonton dalam sebuah drama yang tak berujung, dia sudah di gantikan, dihapus sebagai pemeran utama dalam hati gadis itu, Entah, kisah mereka mungkin akan berakhir menyedihkan. Terlambat adalah satu satunya kata yang menyebabkan penyesalan. Dan kata 'Andai' muncul setelah penyesalan itu dirasakan.
Mungkin memang begini seharusnya. Karma sedang menyapanya. Andai kata dulu Kevin tidak membenci Ayra, membuat gadis itu sakit hati, Fisik dan Mental, maka tidak akan seperti ini akhirnya, Kevin yang akan berada disamping Ayra.
Keduanya pergi meninggalkan Cafe. Lagi-lagi Kevin hanya bisa melihat punggung Ayra bergerak menjauh, dengan Ginting yang berjalan di samping gadis itu.
Akan lebih baik jika Ayra bersama Ginting.
...........
Ginting memarkirkan mobilnya di Pelatnas. Setelah dia mengantar Ayra pulang dan memastikan gadis itu baik baik saja, Ginting mampir dulu ke pelatnas untuk mengambil barang yang ketinggalan sebelum besok dia akan ke rumah Ibunya. Ginting keluar mobil bersamaan dengan mobil Kevin yang datang dan parkir di sebelah mobilnya.
Ginting menunggu Kevin turun dari mobil. Wajah Kevin tampak datar, tapi sebisa mungkin gak kelihatan datar. "Woi, Vin tumben bawa mobil yang ini, biasanya mustang."
"Mustang Gue udah expiret, waktunya di ganti sama yang baru. Dia gak jadi pemeran utama lagi."
Ucap Kevin tanpa sadar.
"Dih ngelantur Lo ngomong."
Kevin mengedikkan bahunya, berusaha tidak peduli dengan sahutan Ginting, Kemudian berjalan lebih dulu ke dalam Asrama.
Dia harus terbiasa setelah melihat Ginting Jalan dengan Ayra-nya.
......
Masih TBC zeyeng, tenang hahaha, story ini masih berlanjut, untuk beberapa chapter kedepan.
Jangan lupa vote komen dan rekomendasiin cerita ini ke temen temen kalian okaay.
terimakaciii
babaiiiOH IYA, HAPPY BIRTHDAY BUAT YANG MENJADI VISUALISASI CERITA INI, THE ONE AND ONLY KEVIN SANJAYA SUKAMULJO, SI TANGAN PETIR.
SEMOGA SELALU MENJADI NOMOR 1, TETAP MENJADI ANDALAN INDONESIA DAN MENAMBAH GELAR GELAR LAIN NYA SEHINGGA TETAP MENGHARUMKAN NAMA BANGSA.TERIMAKASIH SUDAH MENJADI INSPIRASI UNTUK CERITA INI
GOODLUCK UNTUK TOURNAMEN YANG AKAN DATANGGGGGG.
JANGAN HILANGIN TENGIL NYA YA MPINNN.
KAMU SEDANG MEMBACA
Famous to loving you : Kevin Sanjaya [TAMAT]
Fiksi RemajaKedua orang asing yang di paksakan untuk bersatu. Oh, bukan, mungkin hanya kevin yang menganggap gadis itu asing dan membawa sial baginya. "Gue benci sama lo, jauh jauh dari gue!!" -Kevin Sanjaya. Dan Anatayra yang harus menahan rasa setiap kali k...