Kedatangan Jeff membuat gempar semua orang, termasuk Jyanna yang berulang kali bertanya apakah yang datang ke acara kemah ini benar Jeff atau hantu. Karena demi apa pun, lelaki itu tidak akan pernah mau datang ke sini. Apalagi setelah ia memiliki jadwal bersama tim basket yang sangat ia gilai.
Namun, penglihatan Jyanna mengatakan bahwa itu benar-benar Jeff dan sekarang lelaki yang berprofesi sebagai Ketua OSIS itu sedang memberikan pidato pembuka kepada seluruh kelas 12.
"Na, itu ketos atau hantu? Gila, bikin heboh semua orang aja karena datang ke sini."
Mengabaikan perkataan Mimi, Jyanna masih dibuat bingung kenapa Jeff datang ke acara ini. Aneh bin ajaib. Bukan hanya mengejutkan siswa, lelaki itu juga mengejutkan guru yang menjadi pembina acara kemah tahunan untuk angkatannya ini.
"Kayaknya dia hantu," sahut Olivia. "Padahal rapat kemarin dia jelas-jelas bilang nggak akan datang."
"Gue pikir ada alasan khusus kenapa dia datang," ujar Jyanna. "Tapi gue nggak tahu itu apa. Gue nggak bisa baca pikirannya."
"Lo emang nggak bisa baca pikiran, nyet," timpal Mimi sadis. "Eh, tuh calon suami lo juga datang."
Jyanna menatap Mimi tajam. "Lo mau cari ribut sama gue?"
"Santai lah, nyet," balas Mimi. "Gue jadi penasaran kira-kira ada yang cemburu nggak ya nanti."
Jyanna memutar matanya jengah, lalu tatapannya teralih kepada Kian yang sedang berdiri di samping para guru. Di samping itu, ia juga melihat bagaimana siswi yang lain mulai berbisik-bisik tentang dia.
Jyanna rasanya ingin tertawa saja. Mereka berharap memiliki Kian, tapi dirinya malah tidak karena satu-satunya yang ia inginkan adalah Jeff. Lelaki dingin yang berhasil menerbangkan dan menghantam perasaannya.
Begitu pidato Jeff selesai, semua barisan dibubarkan dan setiap kelompok diminta untuk mengirimkan ketua kelompoknya di lapangan. Jyanna yang memang adalah ketua dari kelompoknya, mulai berbaris rapi bersama anak-anak lainnya.
Jeff yang bertugas sebagai ketua panitia mulai memberikan arahan kepada semua ketua kelompok untuk segera membangun kemah kelompoknya.
Begitu selesai, Jeff membubarkan semuanya, tapi Jyanna tidak juga beranjak dari tengah lapangan. Itu membuat Jeff menatapnya datar.
"Gue pikir lo nggak akan datang," ujar Jyanna dengan tangan yang bersedekap.
"Terpaksa," jawab Jeff dingin.
"Terpaksa atau karena lo kangen gue?" Jyanna bisalah setidaknya percaya diri untuk yang satu ini.
"Gue dipaksa kepsek," jawab Jeff akhirnya.
Jyanna antara percaya atau tidak, karena kepseknya yang gendut dan botak itu termasuk tidak berani menentang Jeff yang merupakan anak kesayangan.
"Oke, gue percaya."
"Nggak usah, gue nggak minta lo percaya," timpal Jeff.
Jyanna cemberut. "Jeff, hangat dikit napa. Di sini udah dingin, lo makin nambah hawa dinginnya."
Ada kerutan di dahi Jeff. "Lo pikir gue hantu?"
"Iya, lo hantu es." Jawaban Jyanna itu membuat Jeff menggelengkan kepalanya.
"Nggak lucu."
"Gue nggak ada bakat ngelucu emang," balas Jyanna. "Gue cuma adanya bakat mencintai lo sampai kapanpun."
Sepertinya Jeff sudah tidak tahan akan godaan Jyanna hingga membuat ia pergi, tapi Jyanna langsung menahan tangannya. Membuat mata mereka saling beradu. Sekali lagi dan Jyanna tidak tahu bahwa itu sudah menjadi aliran yang Jeff hindari.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jeff & Jyanna
Teen Fiction"I just love him so much, but he doesn't love me." || 2019 by Kyuri0510