Setelah mengetuk pintu ruang kepala sekolah, Jyanna langsung membuka pintu dan kedua matanya disambut akan keberadaan Kian. Keningnya pun langsung berkerut, tidak tahu apa yang dilakukan Kian di sini. Dengan langkahnya yang berat, ia berjalan masuk menghampiri mereka lebih dekat dan duduk di sofa yang menghadap keduanya.
"Ada apa ya, Pak?" tanya Jyanna langsung kepada kepala sekolahnya yang bernama Heru itu.
"Saya dengar kamu kenal baik dengan Dokter Kian, jadi saya meminta kamu untuk menemaninya ke auditorium karena setelah ini akan ada edukasi mengenai kesehatan bagi semua kelas, kebetulan pihak rumah sakit milik yayasan sekolah mengirim Kian dan beberapa dokter lainnya," jelas Pak Heru yang langsung saja dipahami oleh Jyanna akan kehadiran Kian di sini.
"Ah, saya paham, Pak."
"Baik, kalian boleh lebih dulu ke auditorium, saya harus menginformasikannya juga kepada Jeff dan timnya untuk mengkoordinasikan kegiatan ini sebelum dimulai."
Selepas itu, Jyanna dan Kian langsung keluar dari ruangan kepala sekolah dan berjalan bersama di sekitar koridor menuju auditorium yang berdekatan dengan gedung olahraga sekolah.
"Kak Kian nggak bilang bakal ke sini," ucap Jyanna memulai pembicaraan.
"Ini juga mendadak untukku, seharusnya dokter lain yang memimpin, tapi karena dia ada operasi mendadak, jadi aku diminta ambil alih."
Jyanna paham.
"Tapi aku ada kirim pesan ke kamu, nggak kamu baca?"
Jyanna menoleh ke arah Kian. "Aku nggak bawa HP sekarang, kutinggalin di kelas." Dan ia baru sadar jika dirinya tidak membawa ponsel.
Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan dengan beberapa kali berbincang mengenai diri mereka masing-masing yang saling mengenal, hingga akhirnya mereka tiba di ruang auditorium.
Disaat Kian sedang sibuk siap-siap bersama timnya, Jyanna memilih untuk berdiri dan mengamati kesibukan mereka. Matanya langsung saja tertuju ke arah Kian yang tampak cekatan mempersiapkan semuanya. Yah, itu wajar ketika dulunya Kian memang akrab dengan segala persiapan seperti itu. Pernah menjadi Ketua OSIS SMA Rajawali yang cekatan membuat Kian tampak sempurna dalam mengkoordinasikan semuanya.
Kian itu bukan lelaki biasa yang ada di pikiran orang lain. Dan jika orang lain mengenalnya lebih dekat, pasti akan berusaha untuk terus bersama dengannya dan mengidamkan Kian. Dulu, saat masih kecil, Jyanna pernah merasakan itu kepada Kian. Akan tetapi, semua perihal mengidamkannya kepada Kian menghilang seiring dengan perasaan sukanya kepada Jeff yang terus tumbuh.
Jujur, Jyanna dapat merasakan masa depannya yang menjanjikan bersama Kian, tapi ia tidak bisa memaksakan dirinya untuk bersama pria yang tak ia cintai sekarang ini. Kedua matanya sudah terfokus pada Jeff yang mampu mendebarkan jantungnya tiap saat. Meskipun itu tidak baik untuknya, tapi Jyanna suka ketika jantungnya hanya berdetak kencang untuk Jeff seorang.
"Itu pacarnya Dokter Kian, ya?"
Kedua telinga Jyanna langsung menangkap kalimat itu saat pikirannya penuh dengan Kian dan Jeff. Ia mencoba melirik, mencari tahu siapa yang mengatakannya dan ternyata itu adalah teman-teman Kian lainnya yang sedang bersama-sama menyiapkan materi.
"Aku dengar mereka bakal tunangan, loh," sahut yang lainnya.
"Tapi bukannya dia penyakitan, ya?"
Cukup sudah. Jyanna lama-lama gerah jika harus mendengarkan perkataan mereka yang seolah tahu semuanya perihal dirinya bersama Kian. Sebaiknya Jyanna pergi ke toilet sebentar saja untuk menenangkan dirinya.
Tubuhnya pun berbalik, tapi saat itu juga tubuhnya langsung terhenti karena keberadaan seseorang yang tak ia ketahui akan datang secepat ini. Jeff ternyata berdiri tepat di belakangnya dan Jyanna ragu apakah Jeff mendengar pembicaraan mereka atau tidak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeff & Jyanna
Teen Fiction"I just love him so much, but he doesn't love me." || 2019 by Kyuri0510