01

1.5K 96 2
                                    

Hari senin, hari pertama kembali masuk sekolah di ajaran baru. Setelah berlibur cukup lama. Kini saatnya mereka para pelajar kembali menjalankan tugasnya.

Sama halnya dengan gadis yang satu ini. Lesty. Hari pertamanya menjadi siswi kelas 12, yang kurang lebih satu tahun lagi lulus.

Lesty segera berangkat dari rumah yang sebelumnya sudah sarapan bersama sang Bunda. Ayahnya tengah ada perjalanan bisnis, dan Kakanya yang memang tidak tinggal bersama saat sang Kakak lulus SMP.

"Bunda. Lesty berangkat sekolah dulu" pamit Lesty ke orang tuanya setelah selesai sarapan.

Wijaya tengah berada di London, untuk perjalanan bisnisnya. Sekalian akan menjenguk putra sulung mereka dan mertuanya.

Liburan tahun ini, Lesty mengunjungi Kakanya dan Opa Omanya. Ke sana Lesty dan Bundanya berangkat berdua dan pulang pun berdua. Karena memang sang Ayah sebelum liburan sekolah sudah berada di London akibat pekerjaan dan hingga saat ini belum bisa pulang.

"Iya, Sayang. Hati-hati bawa mobilnya, jangan ngebut-ngebut" pesan shilya-sang bunda-yang sudah tahu kelakuan putri bungsunya.

Lesty ke sekolah mengendarai mobilnya sendiri. Shilya selalu berpesan agar Lesty mengendarai mobilnya dengan hati-hati bukan tanpa alasan. Alasannya karena Lesty pernah balapan. Bukan pernah, melainkan sering.

Lesty bukan anak baik-baik, bukan juga anak yang nakal. Karena kenakalan Lesty masih bisa di toleransi, meski kedua orangtuanya hanya mengelus dada terlebih dahulu.

Namun untuk saat ini, Lesty sudah mengurangi kebiasaan main balapan liar. Itu karena aksinya telah di ketahui oleh kedua orangtuannya.

"Siap, Bunda" jawab Lesty lalu mencium punggung tangan Shilya.

Lesty POV.

Di perjalanan, aku mengendarai mobil tidak ugal-ugalan, tapi tiba-tiba saja mobilku hampir menabrak motor.

"Woy! Kalau bawa motor yang bener dong! kalau gue nabrak lo gimana? Lo mau mati? Kalau mau mati, mati aja!" omelku langsung dengan kaca jendela yang sudah ku buka, lalu aku melihat siapa si pengendara motor tersebut.

Si pengendara motor tersebut membuka helm-nya dan aku tiba-tiba terdiam, terkejut.

"Ganteng juga tuh cowok" batinku dengan tidak ada akhlaknya malah memuji si pengendara motor yang ternyata seorang cowok dan memakai seragam sekolah yang sama.

Lalu dia menghampiriku, dan aku rasa jantung ku berpacu lebih cepat dari biasanya.

"Udah ngomongnya?! Lagian yang salah itu lo! Kalau mau belok, pasang lampu sen! Lah ini, maen belok-belok aja, gak masang lampu sen! Lo pikir ini jalan milik nenek moyang lo?!" bentaknya dengan tangan yang sudah nangkring di pinggangnya.

Aku langsung ngecek ke dalam "Eh bener bener. Bisa malu gue" batinku meringis, merutuki kebodohanku dan kecerobohanku.

"Kudu ngeles nih, biar gak malu" aku berpikir untuk mengeles darinya, agar tidak terlalu malu.

"Yang salah tetep lo! Bukan gue" aku tetap ngotot kalau yang salah dia, bukan aku.

Karena inget, perempuan selalu benar. Betul tidak?

Tapi cowok tersebut tidak merespon, melaikan sedang memperhatikan jam yang melingkar di tangannya dan langsung pergi begitu aja tanpa ada kalimat yang di ucapkannya.

"Woy mau kemana lo? takut lo sama gue? Dasar cowok sialan?" teriak ku saat cowok tadi berlari, dan sialnya dia sudah melajukan motornya dengan cepat. Terlihat buru-buru? Mungkin saja.

MENUNGGU [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang