029

524 56 4
                                    

Mereka, kelas 12 saat ini tengah sibuk-sibuknya. Harus pandai-pandai membagi waktu antara main dan belajar.

Tidak ada lagi waktu untuk berleha-leha. Untuk saat ini anak kelas 12 di tuntut untuk fokus pada ujian yang sebentar lagi akan mereka hadapi.

Ujian yang menentukan lulus tidaknya mereka.

"Ini caranya gimana sih?!" Ical sudah frustrasi dengan rumus-rumus matematika. Belum lagi rumus-rumus lainnya. Kadang Ical merasa menyesal telah masuk ke jurusan Ipa, jika saja Ical tidak suka biologi, maka jangan harap dirinya akan ada di kelas Ipa.

Ical juga mengambil ujian pilihannya Biologi.

"Lesty tuh pawangnya" timpal Aulya yang tengah sibuk dengan rumus-rumus Fisika. Jika Lesty pawang rumus matematika, Aulya dan Putri pawang rumus Fisika.

"Sini. Yang mana, yang bikin lo bingung?" Lesty menyuruh Ical mendekat padanya.

Weekend kali ini mereka habiskan waktu untuk belajar bersama di rumah Fildan.

Halaman rumah Fildan besar, sangat nyaman di gunakan untuk bersantai dan belajar bersama seperti ini.

"Gak usah deket banget!" tegur Fildan yang duduk di samping Lesty.

"Ck. Ck. Ini gue cuman mau minta ajarin! Gak usah lebay gitu" decak Ical.

Fildan sendiri tengah merumuskan rumus kimia bersama Reza. Fildan suka dengan kimia, menurutnya kimia itu mengasikkan dan tentu menantang.

Sedangkan Adi, dia sibuk sendiri dengan kosa kata. Dia lebih suka ke pelajaran bahasa. Bahasa indonesia ataupun bahasa inggris. Jika bukan tuntutan keluarga, Adi tidak ingin masuk ke jurusan Ipa, ia lebih suka ke jurusan Bahasa.

"Berisik euy! Gue lagi dengerin lagu" keluh Adi merasa terganggu dengan perdebatan Ical dan Fildan.

"Lah si kampret! Lo bukannya belajar malah dengerin lagu" Ical menatap Adi tak percaya.

Adi mendengus mendengarnya. "Ini buat nambah kosa kata bahasa inggris! Diem deh yang nilai inggrisnya di bawah KKM"

"Sombong amat!" balas Ical cepat.

"Lo mau nanya sama gue gak sih?" Lesty jadi kesal, karena Ical.

Ical cengengesan lalu menunjukkan rumus yang mana, yang membuatnya pusing tujuh keliling.

Begitu juga Lesty, Lesty memberitahu tentang rumus tersebut.

"Kalian udah nih belajarnya? Jadi siapa dulu yang akan ngejelasin?" tanya Fildan.

Mereka sepakat memegang satu pelajar, nanti setelah selesai, mereka akan bergiliran untuk menjelasnya pada yang lainnya.

Saling berdiskusi.

"Matematika dulu ya? Gue udah nih" ujar Lesty. Lesty memegang matematika sendirian.

Mereka mengangguk. Lesty menarik nafas sebelum menjelaskan.

Saat Lesty menjelaskan rumus-rumus yang kemungkinan akan keluar di UN nanti, semuanya menyimak dengan serius. Sesekali mereka akan bertanya jika ada yang kurang paham.

"Keren, Les. Nanti lo yang ngitung keuangan kita?" celetuk Fildan setelah Lesty selesai menjelaskan penjelasannya.

Lesty menatap Fildan bingung, begitu juga yang lainnya.

"Kita?" beo Lesty.

"Iya. Nanti kitakan akan membangun rumah tangga" jelas Fildan yang mendapati sorakan dari yang lainnya.

Lesty hanya tersenyum canggung. Dia juga kadang baper dengan candaan ataupun perlakuan Fildan padanya.

Ingin mengeluh pada Fildan supaya tidak bersikap seolah menyukainya, tapi Lesty takut bahwa dirinya hanya terlalu ke-PD-an.

MENUNGGU [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang