[Epilog]

686 44 5
                                    

Empat tahun kemudian.

"Katanya si Fildan lagi ada di jakarta" ujar Putri.

"Yang bener? Kata siapa lo?" tanya Aulya yang sibuk memakan cemilan yang ada di hadapannya.

"Adi" jawab Putri seadanya. Jangan heran, kenapa Putri mendapatkan info dari Adi. Jawabannya, kerana mereka dekat, maksudnya hubungan mereka lebih dekat dari seorang teman, yaitu tunangan. Tapi hubungan Adi dan Putri pun harus LDR-ran. Lalu tatapan Putri tertuju pada Lesty yang masih belum bergeming.

"Adi di Jakarta?" tanya Lesty yang mendapatkan anggukan dari Putri. Adi memang, melanjutkan kuliahnya di luar kota.

Saat ini, mereka tengah berkumpul di halaman belakang rumah Lesty. Menghabiskan waktu weekend bersama. Akhir-akhir ini mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Jadwal kuliah yang padat, apalagi mereka berada di semester akhir, membuat waktu berkumpul mereka terhambat.

Tetapi semuanya akan berakhir. Mereka telah selesai menyelesaikan kripsinya, tinggal tunggu sidang dan wisuda.

Masalah hubungan Fildan dan Lesty, awalnya berjalan lancar, namun mereka harus LDR-ran karena Fildan yang melanjutkan pendidikannya di negara tetangga, Malaysia. Tapi enam bulan yang lalu, Fildan memutuskan hubungan mereka. Katanya, sudah tidak kuat dan tidak percaya lagi akan hubungan jarak jauh.

"Kenapa?" tanya Lesty ketika mendapati kedua sahabatnya menatapnya.

"Lo gak tau?" tanya Aulya hati-hati, takut menyinggung perasaan Lesty.

Lesty menghela nafas, lalu tersenyum kecut.

"Gue sama dia udah gak ada hubungan apapun. Komunikasi juga udah nggak" setelah hubungan mereka berakhir, Fildan tidak lagi menghubunginya. Tapi, tidak ada acara memblokir akun media. Mereka putus dengan baik-baik. Bahkan Lesty masih ingat bagaimana Fildan memutuskan hubungannya.

Flashback.

Malam ini, malam minggu. Lesty yang niat awalnya akan menghabiskan malam minggu bersama teman-temannya, namun teringat dengan kekasih jauhnya. Katanya, ada sesuatu yang akan di sampaikan olehnya.

Ponsel yang di simpan atas nakas samping ranjang berdering. Membuat Lesty segera mengambilnya dan mengangkat panggilan yang sedari tadi di tunggu-tunggu.

"Hallo" ucap keduanya. Membuat Lesty menggigit jarinya, malu.

"Apa kabar, Les?" tanya Fildan di seberang telepon. Sebelum menjawab Lesty naik ke kasurnya, lalu memeluk guling.

"Baik. Lo apa kabar?" tanya Lesty. Jangan harap setelah hubungan mereka berubah, panggilan pun akan berubah. Itu tidak berlaku untuk mereka.

"Baik. Akan lebih baik, kalau mengakhiri hubungan kita" ujar Fildan, membuat Lesty seketika bangun dari rebahannya.

"Maksud lo apa?" tanya Lesty berusaha biasa saja. Menghalaukan rasa aneh yang menyerang dadanya.

"Maksud gue, ayok kita putus. Gue udah gak kuat sama hubungan kita yang terpisah jarak, gue juga udah gak percaya sama hubungan LDR" ujar Fildan.

Lesty menghela nafas. Menatap nanar teleponnya. Dari seberang sana, Fildan berbicara sangat santai.

"Oke" balas Lesty seraya tersenyum kecut. Lesty tidak akan meminta penjelasan Fildan apalagi memohon. Baginya hubungan mereka hanya sebatas pacar. Tidak ada hak untuk memohon-mohon pada orang yang belum tentu menjadi jodoh kita.

"Eh! Lo kok B aja sih? Gak nangis-nangis nih?" di seberang sana, Fildan terheran-heran dengan respon Lesty.

"Emang harus? Lo siapa dan gue siapa? Kita gak ada hubungan khusus. So? Buat apa gue nangis-nangis" ujar Lesty.

MENUNGGU [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang