Chapter 9

365 46 0
                                    

Sebuah senyuman terbentuk di wajah Namjoon saat ia berkunjung ke rumah baru sepupunya.

Ya, Seokjin sudah meninggalkan rumah sakit dan ia sekarang duduk di kamarnya, mempersiapkan peralatan kerja. Besok, ia akan kembali bekerja di Park corporation. Membawahi divisi Pemasaran dari kantor cabang utama yang dipimpin oleh Park Chorong, wanita yang sudah sebulan ini berstatus sebagai istrinya.

Atas perintah ayah mertuanya, dan tentu saja ijin dari ayahnya sendiri. Seokjin tidak lagi bekerja di perusahaan keluarganya sendiri. Tentu saja supaya tujuan Tuan Kim terpenuhi, ia mendukung keinginan besannya tersebut.

Awalnya, Seokjin merasa kesal karena belum genap dua tahun ia menimba ilmu di perusahaan kecil milik sang ayah, ia sudah harus dipindahkan. Namun seiring waktu, ia menemukan bahwa bekerja di Park corporation tidaklah buruk. Lingkungan kerja disana nyaman, malah lebih terorganisir dibanding kantor lamanya.

"Apa kau bahagia bisa kembali bekerja besok, hyung?" Namjoon membuka obrolan. Ia duduk disamping sepupunya yang sekarang sudah merebahkan diri di atas kasur.

Seokjin hanya mengangguk dengan alis tebal berkerut. "Mana eomma dan appa? Apa mereka tidak ingin menjenguk anaknya?" tanyanya dengan nada sarkas.

Namjoon menggeleng. "Aku tidak memberitahu mereka kalau kau dilarikan kerumah sakit."

Senyum miring kemudian terbentuk di wajah Seokjin. "Baguslah."

"Chorong nuna juga merahasiakan dari keluarganya. Kau pasti mengerti kalau sebaiknya mereka tidak tahu," lanjut Namjoon.

"Tentu saja, aku juga tidak ingin bertemu dengan mereka semua. Orang tuaku tidak perlu memperhatikanku lagi," nada suara Seokjin menjadi ketus sekarang. Ia meraih bantal pink favoritnya untuk kemudian diletakkan di atas tubuhnya.

"Hyung kau tidak boleh bersikap seperti itu," Namjoon menatapnya heran. "Biar bagaimanapun, mereka orang tua yang membesarkanmu."

"... untuk kemudian menjual putranya sendiri bagi kepentingan bisnis mereka," Seokjin memutar kedua bola matanya keatas.

"Dengarkan aku, hyung," Namjoon tiba-tiba menyentuh pundak lebar Seokjin dan memberikan tatapan serius. "Aku tahu kau amat marah sekarang. Aku tahu kau merasa terbebani dengan pernikahan ini. Tapi kau harus tahu, apabila perusahaan keluargamu bangkrut, kalian bahkan tidak akan memiliki rumah yang layak untuk bisa ditinggali. Mereka tidak menjualmu. Anggap saja kau mengorbankan diri untuk menyelamatkan hidup seluruh anggota keluargamu. Dan kau telah berhasil melakukannya."

Sebenarnya Seokjin ingin mengajak Namjoon beradu argumen, namun ia sedang tidak dalam kondisi yang cukup baik. Daripada ia kembali harus mendengarkan ocehan panjang dan membosankan dari mulut sepupunya itu, Seokjin memutuskan untuk mengangguk. Memberi tanda kalau ia seakan sudah mengerti dengan 'kewajiban sebagai anak yang baik'.

Namjoon bisa membaca ekspresi kurang puas di wajah Seokjin. Namun ia juga sebenarnya tidak tahu lagi harus berbuat apa. Jadi ia berusaha untuk selalu berada di samping laki-laki yang sudah dikenalnya sedari kecil itu.

Ditepuknya pundak Seokjin sekali lagi sebelum ia berujar. "Aku bisa merasakan rasa sakit yang kau alami. Tapi bersabarlah sedikit lagi. Aku yakin semua sampah ini akan segera berakhir."

***

"Namanya Jung Eunji. Dia bekerja sebagai seorang akunting paruh waktu di sebuah perusahaan online dan malam harinya, ia bekerja di kafe milik temannya sebagai kasir."

Itulah informasi yang berhasil Chorong dapatkan dari Kim Namjoon.

Chorong melirik jam Michael Kors yang melingkar di pergelangan tangannya yang kecil. Sudah pukul 5 sore dan ia sudah berdiri di depan kafe yang disebut Namjoon lewat pesan teks.

You're Still MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang