Chapter 23

263 35 0
                                        

"Laki-laki di foto itu adalah Kim Seokjin. Nuna sempat berpacaran dengannya selama dua tahun, tapi mereka putus awal bulan lalu. Yang kudengar, ia kini sudah menikah dengan orang lain. Nuna begitu patah hati dan walaupun dia tidak pernah mengungkapkan, aku tahu kalau hingga kini ia masih mencintai lelaki itu."

Kata-kata Hoseok terngiang di pikiran Jimin. Segera setelah mengganti pakaian, ia berpamitan dengan kedua pemilik rumah.

Ia sudah mengetahui tentang pernikahan palsu yang dijalani oleh Chorong dan Seokjin. Ia juga sudah tahu bahwa sebenarnya kedua orang itu memiliki pasangan masing-masing di luar sandiwara mereka. Namun, Jimin tidak menyangka bahwa Jung Hyerim lah wanita yang dimaksud kakaknya sebagai gadis yang masih sangat dicintai oleh suaminya.

Sebersit rasa iri dan perih menghampiri hati Jimin. Ia pun menertawakan dirinya sendiri yang ternyata telah jatuh hati pada gadis yang hatinya sudah dimiliki pria lain.

Tapi haruskah ia menyerah begitu saja? Tidak. Itu tidak ada dalam kamus seorang Park Jimin. Baginya, selama gadis itu belum meresmikan hubungan dengan lelaki mana pun, ia akan terus berusaha untuk mendapatkan hatinya.

***

Sesuai janji, kurang dari tiga puluh menit, Kim Seokjin sudah tiba di rumah keluarganya. Rumah yang nampak begitu asri dari luar karena banyak ditumbuhi pepohonan dan berbagai jenis bunga hias di pekarangannya. Itulah rumah yang dulu ditempati Seokjin sebelum ia menjalani pernikahan dengan Park Chorong.

Saat menjejakkan kaki di ruang utama, Seokjin mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Sofa besar yang selalu menjadi favoritnya saat ingin bersantai ataupun bermalas-malasan sepanjang hari, masih bersandar di tembok bercat putih pada sebelah kiri ruang keluarga. Di sisi yang sama, terdapat sebuah bar kecil tempatnya menyimpan beberapa anggur dan minuman beralkohol. Seokjin bukan seorang peminum berat, ia terkadang mencicipinya hanya di kala suntuk ataupun saat sahabat-sahabatnya berkunjung ke rumah.

Puas memandangi sisi kiri rumah, kali ini pandangannya beralih ke seberang.

Pigura besar hampir setinggi 20 inchi yang membingkai foto keluarga Kim, masih terpajang di tembok rumah mereka yang kokoh. Senyum pun terukir di wajah tampannya saat memori masa lalu kembali bermain di otaknya.

Belum genap tiga bulan ia meninggalkan rumah itu untuk menjalani pernikahan dengan Park Chorong, Seokjin sudah begitu merindukan tempat yang menjadi saksi bisu dirinya bertumbuh besar hingga sekarang.

"Kau sudah datang, hyung," suara bariton familiar terdengar dan membuyarkan lamunan Seokjin. Ia membalik tubuhnya untuk menemukan seorang lelaki yang usianya lebih muda dua tahun darinya sudah berdiri di ujung tangga.

"Hei, Joon," sapanya seraya melempar sebuah senyum tipis kepada sepupunya.

"Naiklah. Kim samchon sudah menunggumu," Namjoon menginstruksikan untuk mengikuti langkahnya.

Tanpa berpikir dua kali, Seokjin menaiki tangga yang menghubungkan lantai utama dengan lantai berikutnya. Ia begitu hafal ruangan yang dimaksud Namjoon. Itu adalah tempat dimana sang ayah selalu menghabiskan sebagian besar waktunya disana.

Kantor pribadi Tuan Kim tersebut letaknya persis ada di ujung lantai kedua dan Seokjin mengikuti langkah yang lebih muda dalam keheningan. Bukannya tidak tahu harus membicarakan apa dengan sang sepupu, hanya saja pikiran mengenai teori kedekatan Hyerim dan Park Jimin, masih sangat menganggunya.

"Bagaimana pekerjaanmu di Park Corporation, hyung?" akhirnya, Namjoon berinisiatif memecah kesunyian diantara mereka.

Sambil tetap berjalan sejajar dengan lelaki yang tingginya hampir sepantaran dirinya, Seokjin tersenyum lagi. "Segalanya berjalan lancar."

You're Still MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang