Chapter 20

292 38 4
                                        

Jimin sudah sampai di tempat yang menjadi tujuannya sedari awal, sebuah rumah berdesain sederhana yang malam itu untuk ketiga kalinya ia datangi.

Kunjungan pertama tak sengaja ia buat saat pemilik rumah menolongnya dari kasus percobaan pencurian handphone beberapa waktu lalu.

Kali kedua adalah sore tadi, saat ia memutuskan untuk menjemput sang pemilik rumah dan mengantarnya ke theme park.

Dan belum juga sehari, Jimin merasa ia sudah begitu merindukan kehangatan dan kenyamanan berada di rumah yang tergolong tak seberapa besar itu. Tidak, lebih tepatnya, ia sudah sangat ingin bertemu lagi dengan Jung Hyerim, gadis yang akhir-akhir ini menyita segala perhatiannya.

Ia pun melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. 'Baru pukul sepuluh malam. Harusnya masih belum terlalu malam untuk bertamu,' gumamnya seraya menekan tombol bel.

Hanya sekali berbunyi, tanpa menunggu lama pintu utama terbuka dan mengungkap sosok Jung Hoseok yang muncul untuk menyapanya.

"Hai, Jimin. Ada keperluan apa malam-malam begini?" tanya Hoseok ramah.

"Ah, aku..." Jimin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sembari memikirkan alasan tepat untuk diberikan. "... Apa Hyerim sudah sampai dirumah? Tadi aku yang mengantarnya ke Lotte World, namun karena ada urusan mendadak, aku harus pulang duluan dan membiarkannya pulang dengan yang lain. Jadi aku merasa tidak enak..."

"Oh, karena itu... Kau tidak usah khawatir, nuna sudah pulang dari pukul sembilan tadi. Dan sepertinya sekarang dia masih mandi. Kau mau menunggunya di dalam?" sebagai tuan rumah yang baik, Hoseok mempersilahkan tamunya untuk masuk.

"Baiklah. Aku hanya ingin bertemu dengan Hyerim sebentar saja," Jimin tersenyum seraya memasuki ruang tamu mengikuti langkah sang pemilik rumah.

"Santai saja. Duduklah, aku akan memanggilnya," Hoseok menepuk pundak Jimin sebelum ia menuju kamar sang kakak.

Sepeninggal Hoseok, rupanya Jimin tidak langsung duduk di satu-satunya sofa yang terletak di ruang tamu. Matanya tiba-tiba menangkap sesuatu yang menarik perhatian. Di pojok ruang tamu, ada sebuah rak susun yang diatasnya dipenuhi deretan foto berukuran 4R yang masing-masing dibingkai dengan corak yang berbeda.

Hanya kurang dari lima langkah, Jimin akan bisa melihat foto-foto siapa saja yang terpajang disana.

Namun langkahnya terhenti di hitungan ketiga.

"Jimin?" suara lembut yang dinantinya sedaritadi, menggema di gendang telinganya.

Ia pun menoleh ke arah kanan dan menemukan gadis berambut hitam sebahu, sudah berdiri di depan pintu kamar yang terbuka. Jung Hyerim ternyata sudah bersiap untuk tidur karena Jimin melihatnya telah mengenakan piyama bercorak anjing kecil berwarna kuning muda.

Senyum tak sanggup ia tahan untuk mengembang di wajahnya saat melihat sisi lain dari gadis yang baru dikenalnya beberapa hari ini.

"Kenapa bertamu semalam ini? Apa ada masalah serius?" tanyanya membuyarkan lamunan seraya melangkah mendekat.

"Ah, sebenarnya—"

"Nuna, aku harus ke rumah Jongin sebentar. Ada jurnal yang mau aku pinjam darinya untuk keperluan ujianku besok," Hoseok tiba-tiba muncul dari belakang Hyerim dan menyela pembicaraan mereka.

"Berhati-hatilah dan segera pulang setelah kau mendapatkan jurnalnya," ujar Hyerim pada sang adik.

"Aku mengerti. Aku tidak mungkin keluyuran sampai larut malam. Nuna, tidak usah khawatir," Hoseok mencubit pipi kakak perempuannya sebelum ia menoleh ke arah Jimin. "Aku tinggal sebentar ya, Jim."

You're Still MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang