Seokjin menatap bayangannya sendiri di sebuah kaca berukuran besar di depannya. Matanya masih bengkak akibat menangis semalaman. Ia memandang pantulan dirinya sendiri dengan penuh kesedihan. Hari ini adalah hari pernikahannya, namun ia malah merasa berduka.
"Jin hyung, apa kau sudah siap?" sepupunya, Kim Namjoon tiba-tiba berjalan mendekatinya. Ia tampak terkejut saat menemukan wajah Seokjin yang pucat. "Hey, apa kau baik-baik saja?" tanyanya sambil berdiri di samping tempat Seokjin duduk.
Ia menggeleng lemah tanpa memalingkan wajahnya dari depan kaca.
"Hyung, apa yang terjadi denganmu?" kali ini Namjoon meraih tangan sepupunya dan membuatnya kini menatap dirinya. "Apa kau tidak bahagia dengan pernikahan ini?"
Lagi-lagi, Seokjin hanya menggelengkan kepalanya dan menatap pria di depannya dengan tatapan kosong.
"Apakah ini karena Jung Hyerim?"
Kali ini Seokjin mengangguk dan membuat Namjoon menghela nafas panjang. Ia sempat membuang pandangnya ke arah lain sambil mengacak rambutnya sendiri. Setelah tahu apa yang harus ia katakan, Namjoon kembali menatap Seokjin.
"Apa yang kau rasakan sekarang?" tanyanya lagi.
"Aku tidak tahu. Aku bersumpah, aku tidak tahu..." Seokjin menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan air matanya agar tidak terjatuh. "Aku mencintainya. Sangat mencintainya. Tapi aku tidak boleh egois dan mengorbankan keluargaku."
"Hyung, maafkan aku," Namjoon kembali menghela nafas panjang. "Aku tahu sekarang sudah tahun 2019. Demi Tuhan, sepertinya sudah tidak ada orang yang melakukan perjodohan kolot semacam ini. Sayangnya ayahmu telah membuat kesepakatan-"
"Dan aku harus mematuhinya atau aku akan menjadi anak durhaka di keluargaku," Seokjin mengangkat wajahnya sambil berusaha menyunggingkan senyum tipis.
Namjoon bisa melihat penderitaan kakak sepupunya dengan jelas dan itu membuat hatinya ikut merasa sakit. Dia tahu kalau perjodohan ini tidak adil baginya. Ia sangat mengenal Seokjin, dimana Kim Seokjin yang ia kenal adalah sesosok laki-laki periang dan suka tersenyum. Namun semua itu berubah drastis saat orang tuanya mengumumkan pernikahannya dengan anak dari keluarga Park. Ayah Seokjin meminta anaknya untuk menikahi Park Chorong, yang menjadi satu-satunya pewaris dari Park Corporation-salah satu jaringan perusahaan elektronik terbesar di Korea Selatan. Keluarga Seokjin sangat berambisi dengan pernikahan tersebut, karena perusahaan mereka berada di ambang kebangkrutan.
Kedua pemuda itu masih terdiam satu sama lain. Hanya suara rintik hujan dari luar yang menemani ruang pengantin laki-laki yang berukuran cukup besar tersebut. Hingga tiba-tiba suara pintu kayu terbuka, menampakkan sesosok gadis mungil berambut panjang hitam mengintip ke arah Namjoon dan Seokjin berada.
"Ya ampun, calon suamiku ternyata begitu tampan!" gadis itu berseru riang sambil melangkahkan kakinya masuk mendekati kedua pria yang sudah menatapnya dengan tatapan terkejut. "Apakah ini jas yang Jimin pilihkan untukmu? Terlihat sangat pas padamu! Kau terlihat seperti pangeran dalam negeri dongeng, Jin!"
Tidak segurat senyumpun yang tampak di wajah Seokjin walau calon istrinya sudah memberikan pujian. Dan itu membuat Chorong mengernyitkan dahinya.
"Kau terlihat sedih. Apa sesuatu terjadi padamu?"
"Dia hanya grogi, noona," Namjoon buru-buru membantu menjawab, dan Seokjin akhirnya tersenyum tipis. Namun, Namjoon berani bertaruh kalau itu hanya sebuah keterpaksaan, karena tidak ada binar sedikitpun yang terpancar dari kedua matanya yang bulat.
"Kau akan baik-baik saja, Jin!" Chorong memberi semangat. "Kita hanya perlu bertukar cincin. Lalu kita hanya perlu tersenyum lebar kepada para tamu undangan dan selesai!" ia menepuk pundak Seokjin.
Sebelum ia dapat merespons perkataan calon istrinya, Namjoon tiba-tiba berdehem. "Um, Chorong noona, tampaknya kau harus mengganti pakaianmu sekarang," ujarnya sambil memelototi gadis yang masih memakai kaos hitam dan jeans belel padahal pernikahan akan dimulai kurang dari 30 menit.
"Oke," Chorong mengangguk. "Sampai ketemu di altar, Jin. Smile please!" ujarnya sambil memamerkan deretan giginya yang putih dan rapi.
Dan saat gadis itu telah pergi dari hadapannya, Seokjin bangkit dari tempat duduknya. "Ayo, Joon," ia berkata sambil melangkahkan kakinya mendahului Namjoon yang masih termenung di belakangnya.
"Apa kau yakin?" tanyanya dengan penuh keraguan.
"Hyerim benar. Aku mencintainya dan tidak ada seorang pun yang bisa merubah perasaan ini. Apapun yang terjadi, hatiku akan selamanya menjadi milik Hyerim seorang," Seokjin berbalik sambil menatap Namjoon. Matanya mulai berkaca-kaca, tapi untungnya ia masih bisa menahan diri untuk tidak menangis lagi. "Tapi aku juga tidak sanggup mengorbankan keluargaku diatas kebahagiaanku. Aku sudah berjanji pada Hyerim kalau aku akan menjadi anak yang baik. Aku tidak akan menyakiti keluargaku dan aku tidak akan menyakiti Hyerim lagi. Jadi, ayo kita lakukan pernikahan ini."
"Walaupun akan menyakiti hatimu?"
Seokjin mengangguk. "Walaupun akan menyakitkan untukku"
***
Pernikahan akhirnya dimulai. Seluruh keluarga Kim dan Park sudah menempati bangku gereja, menunggu kedatangan Seokjin dan Chorong untuk meresmikan tali pernikahan mereka. Hari itu cuaca tampak mendukung hari bahagia kedua keluarga, karena matahari kembali menampakkan dirinya sesaat sebelum acara dimulai dan Seokjin berhasil menjadi aktor yang baik. Sepanjang upacara pernikahan, ia berhasil menempatkan senyum palsu di wajahnya. Para tamu undangan bahkan calon istrinya percaya kalau Seokjin berbahagia, walaupun sesungguhnya, di dalam hati Seokjin sedang menangis.
Park Chorong yang sudah mengenakan gaun putih bertabur kristal, tampak canggung saat ayahnya mengantarnya berjalan menuju altar. Tak sampai beberapa saat, ia sudah bisa melihat Seokjin yang berdiri di depan pendeta yang akan membacakan janji suci. Saat ia sampai tepat di hadapan calon suaminya, Chorong melihat setitik air mata jatuh di pipi Seokjin. Ia mengira kalau itu adalah air mata kebahagiaan.
"Kim Seokjin, bersediakah kau menjadikan Park Chorong sebagai istrimu yang akan menemanimu di kala suka maupun duka?" pendeta bertanya.
Seokjin tidak langsung menjawab. Ia terdiam saat tiba-tiba bayangan wajah Hyerim muncul dalam benaknya. Senyumnya yang riang. Tatapan matanya yang lembut. Itu membuat hatinya tersayat perih.
Ia masih terdiam selama beberapa detik, hingga membuat kedua orangtuanya gelisah. Pendeta pun terpaksa mengulangi pertanyaannya dan saat itulah Seokjin sadar kalau ia telah membuat keputusan dalam hidupnya.
"Saya..." ia terbata-bata.
"Jin..." Chorong berbisik dan menampakkan wajah khawatir.
'Jadilah anak yang baik,' suara Hyerim seketika terngiang di telinganya. 'Jadilah suami yang baik untuk calon istrimu.'
"Ya, saya bersedia."
Chorong tersenyum lebar, begitupula keluarga Kim dan Park. Sementara Seokjin lagi-lagi menyunggingkan senyum palsu di wajahnya.
'Hyerim-ah, aku sekarang sudah menjadi milik orang lain, tapi hatiku akan selamanya menjadi milikmu.'
***
(2019/8/4)
A/N: Dua chapter terbit dalam sehari. Lol. Author hanya merasa tidak sabar untuk menuangkan segala ide untuk buku baru ini. Dan semoga saja banyak yang suka :-) Dan oh, beberapa tokoh lain juga akan segera muncul di chapter berikutnya. Yuk jangan lupa berikan vote dan komen kalian. X.O.X.O.
![](https://img.wattpad.com/cover/196246927-288-k101752.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Still Mine
Romance"Walaupun aku sudah menjadi milik orang lain, hatiku selamanya akan menjadi milikmu. Itu janjiku padamu," - Kim Seokjin #1 in Apink (2019.08.17 - 2019.09.20) #1 in btsapink (2019.08.20) #1 in apinkeunji (2019.09.22) #8 in Chorong (2019.08.27) #10 in...