19

1.4K 227 6
                                    

Note: pencet tombol bintang itu Gak sulit guys

***

Chanyeol mengernyit kecil saat merasakan cahaya matahari yang masuk melalui Sela sela gordennya. Ia Bangun dan terduduk dia atas ranjang dengan tangan yang memegang kepalanya yang terasa pening. Chanyeol meringis kecil saat rasa pening itu kembali muncul. Chanyeol melirik ke samping di mana ada semangkok bubur dan minuman di atas nakas. Chanyeol meraih kertas note yang terletak di samping nampan makanan.

'makanlah ini dan minum obatnya, ini akan mengurangi rasa mabukmu. Aku keluar sebentar'

Chanyeol menghela nafas panjang, jadi rupanya semalam Chanyeol mabuk dan pulang ke rumah.

Astaga!! apa yang ia lakukan, Wendy bahkan membenci bau alkohol. Gadis itu mungkin marah padanya. Chanyeol mengacak Surai hitamnya kesal. Pria itu menatap nampan makanan yang berisi semangkok bubur juga minuman dan sebuah obat yang Chanyeol yakini sebagai pereda mabuk. Chanyeol meraih mangkok itu dan mulai memakan bubur yang di sediakan. Sudut bibir Chanyeol tertarik, walaupun Wendy marah padanya setidaknya gadis itu masih sedikit perhatian dengannya

***

Wendy menarik napas panjang lalu menghembuskannya dengan pelan. Tatapannya kosong menatap aliran sungai Han yang terpampang jelas di dihadapannya. Sudah hampir 3 jam Wendy hanya terduduk  di kursi taman ini tanpa berniat untuk berdiri.

Entahlah tapi Wendy bingung dengan dirinya sendiri. Wendy merasa hatinya sesak tapi ia sendiri tidak tau apa yang membuatnya merasa seperti ini. Dipikirannya hanya terlintas bayangan Chanyeol yang mabuk kemarin dengan menyebut nama seorang gadis yang Wendy bahkan tak kenal.

Wendy merasa kosong, dirinya merasa ada yang salah dengannya. Perasaan asing yang mengganggunya sejak kemarin malam. Wendy bahkan tidak ingin pulang sekarang, Wendy tidak ingin melihat wajah Chanyeol untuk saat ini. Wendy takut perasaan sesak itu akan kembali saat melihat wajah Chanyeol nanti.

Wendy sebenarnya tau apa yang ia rasakan sekarang. Wendy tahu jelas perasaan asing yang masuk tanpa izinnya di kehidupan Wendy. Tapi, tapi Wendy hanya tidak ingin mengakuinya. Wendy berusaha dan selalu menyangkal perasaan itu. Wendy tidak ingin mengakui bahwa ia telah jatuh cinta pada pria Park itu. Wendy tidak ingin.

Wendy tahu jelas jika ia terbawa terlalu dalam Wendy takut ia akan jatuh dengan sangat menyakitkan nantinya. Wendy tahu jelas pernikahannya dan Chanyeol cepat atau lambat akan berakhir. Wendy tahu pernikahan ini tidak akan berhasil sesuai dengan yang diharapkan Daddy-nya. Wendy takut jika nanti apa yang ia pikirkan akan terjadi, Wendy akan sangat menderita. Dan Wendy jelas tidak ingin hal itu terjadi.

Matahari sudah mulai terbenam dan Wendy masih betah berlama lama disini. Semakin gelap dan suhupun semakin dingin. Suhu dingin itu jelas menusuk kulit Wendy tapi rasanya hatinya lebih sesak di bandingkan keadaannya saat ini. Wendy terlalu terhanyut dengan pemandangan matahari yang perlahan terbenam sampai tak menyadari ada sosok lain yang mengamatinya sejak tadi.

Suara deheman beserta langkah kaki bahkan tidak dihiraukannya, sampai suara familiar yang memanggil namanya barulah Wendy menoleh walaupun dengan ragu.

"Jimin?" Wendy hanya sedikit mengernyit saat mendapati sosok yang lama tidak ia jumpai berdiri di hadapannya namun cahaya sinar lampu jalanan sedikit menghalangi sampai sosok itu duduk di sampingnya barulah Wendy dapat memastikan bahwa memang Jiminlah sosok itu.

"Kupikir aku salah orang, ternyata itu memang kau" kekehan ringan lolos dari bibir pria itu. Jimin menatap Wendy mengamati "apa yang kau lakukan malam malam begini dengan baju setipis ini?" Jimin yang menyadari keadaan Wendy segera melepas balutan jaket tebalnya dan mengenakannya di pundak Wendy, setidaknya itu dapat menghangat gadis itu.

Wendy menggeleng, ia tidak mungkin mengatakan apa yang ia lakukan disini pada Jimin. Lagipula ini masalahnya.

"Mencari udara malam" jawab Wendy bohong.

Jimin mengernyit sebelum memilih tidak memperdebatkan masalah ini. Lagipula ini pertama kedua kalinya mereka bertemu setelah dia Kanada dan yeah Jimin tidak ingin masalah sepele ini mengganggu pertemuan mereka.

Jimin menarik napas pelan, pria itu bersandar di sandaran kursi taman menatap langit langit yang kini sudah mulai berubah warna menjadi gelap "di mana suamimu?"

"Dia ada di rumah"

Jimin menarik sudut bibirnya tersenyum tipis dengan tatapan yang masih menatap langit malam "apa kau bahagia dengannya? Maksudku apakah kau senang menikah dengannya?"

Wendy mengalihkan pandangannya ikut menatap langit malam seperti Jimin "entahlah, aku sendiri tidak tahu" jawab Wendy ragu.

"Andai semua masih seperti dulu" gumam Jimin pelan.

Jimin tertawa kecil "kau ingat bukan saat kita sekolah dulu, kau selalu merengek memintaku menemanimu mencari rasi bintang di malam hari. Dan kau tidak meminta izin pada daddy-mu sehingga kita berakhir dihukum"

Wendy ikut terkekeh geli. Gadis itu masih ingat bagaimana mereka di hukum sang Daddy. Wendy ingat saat itu mereka masih di sekolah menengah pertama dan yeah, seperti yang dikatakan, Wendy dan Jimin pergi diam diam di taman kompleks dekat rumah mencari rasi bintang tapi akhirnya mereka tetap ketahuan juga.

"Ada juga saat kau memintaku menyelamatkan mu dari pantauan bodyguard suruhan daddy-mu yang selalu mengawasimu Kemanapun, saat itu kau sangat ingin pergi ke warnet di jam sekolah dan kau sangat keras kepala waktu itu meminta agar kita bolos" kali ini tawa Jimin semakin keras.

Wendy pun terkekeh geli, ya jika tidak salah saat itu saat sekolah menengah atas dan Wendy sangat keras kepala dan susah di atur saat itu. Wendy tahu jelas ia ingin pergi ke warnet untuk bermain, saat itu Wendy selalu di awasi bodyguard-nya dan Wendy tidak di izinkan pergi kemanapun dengan jelas. Wendy jelas ingat bagaimana Jimin mengerjai bodyguard bodyguard itu dan membawanya kabur. Saat itu adalah pertama kalinya Wendy bermain bersama teman sekolahnya di warnet di jam sekolah. Saat itu Wendy dan Jimin sangat dekat, Jimin yang sejak kecil menjadi teman Wendy hingga lulus sekolah membuat persahabatan mereka sangat erat, sayangnya Jimin melanjutkan studinya di luar negeri mengikuti kedua orangtuanya. Tidak heran jika mereka berdua selalu dikira saudara karena kedekatannya.

"Aku terkejut saat mendengar kau sudah menikah" Jimin tersenyum simpul "kurasa aku sudah terlambat" gumamnya dengan senyum tipis.

Wendy menolehkan tidak paham apa yang dikatakan Jimin, gadis itu mengernyit mulutnya bergerak ingin meminta penjelasan apa yang Jimin katakan namun suara bariton yang sangat Wendy kenal membuat gadis itu menoleh ke samping dengan cepat. Wendy dapat melihat dengan jelas wajah Chanyeol yang memanggilnya. Pria itu menatapnya tajam dengan wajah memerah.

Chanyeol berjalan ke arah Wendy dan menarik gadis itu paksa untuk berdiri "maaf tapi istriku dan aku akan pulang sekarang" ucap Chanyeol dengan rahang mengeras yang menatap Jimin tajam.

Wendy bahkan tidak diberikan kesempatan untuk berpamitan dengan Jimin, Chanyeol sudah lebih dulu menyeretnya masuk ke dalam mobil.

Tobe Continue...

♡♡♡

Happy reading guys
Keep vooment :)
Gomawo

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang