Pengecut terbesar adalah seorang pria yang berani membangun cinta seorang wanita, tapi tak pernah berniat sama sekali untuk membalasnya.
Ya, sepertinya itu adalah kalimat yang cocok bagi si cassanova Park Jimin. Bibir tebalnya sudah ahli sekali untuk membual berbagai hal entah itu dalam pekerjaan, ataupun dalam memuji seorang gadis cantik yang menjadi korban nya untuk diatas ranjang. Mengatakan hal hal manis yang membuat wanita terbuai, namun ditinggalkan begitu saja setelah didapatkan dan merasa bosan.Dan entah betapa ahlinya Jimin dalam merayu, atau betapa bodohnya wanita yang jatuh padanya. Tetapi memang tak ada yang bisa menolak pesonanya, mata sipit yang bahkan berbentuk bulan sabit ketika tersenyum. Ataupun proporsi tubuhnya yang bisa dikatakan sempurna dengan otot yang terbentuk. Belum lagi, dia adalah salah satu pemilik saham terbesar di sebuah agensi besar. Yang membuat dia dinobatkan sebagai Ceo baru setelah salah satu Ceo sebelumnya mengundurkan diri.
"Daepyo-nim, selamat" Pria berumur sekitar lima puluh tahunan itu mengulurkan tangannya memberikan selamat pada Jimin. Membuat Jimin maraih uluran tangannya dan tersenyum dengan matanya yang ikut melengkung dengan manis.
"Terimakasih Choi sajang. Ah nanti malam aku adakan perayaan dirumahku, datanglah. Semua artis dan para trainee juga sudah ku beritahu kan untuk datang. "
"Benarkah? Kau baik sekali sampai para trainee juga ikut kau ajak. Dan tentu saja aku akan datang "
Pembicaraan mereka hanya berlangsung dengan singkat, karena setelah itu Jimin berpamitan untuk pulang. Mempersiapkan beberapa keperluan untuk acara nya nanti malam, sebenarnya malas sekali jika mengundang pria pria tua itu. Tapi bagaimanapun Jimin menghormatinya, mereka juga harus datang karena mereka pun bagian dari agensi ini. Dan yang terpenting adalah salah satu Trainee yang akhir akhir ini menarik perhatiannya itu juga akan dia pastikan untuk datang. Pasti.
Pukul delapan malam, dimana rumah Jimin mulai semakin ramai dipenuhi tamu tamu undangannya. Rumah besar dengan dinding yang didominasi oleh kaca itu sudah terlihat ramai yang memang layaknya sebuah pesta perayaan. Acara yang dilakukan dihalaman depan rumahnya yang luas itu pun dimulai, dengan pembukaan dari Jimin yang sempat mengucapkan beberapa patah kata untuk sekedar basa basi. Pun dilanjutkan dengan beberapa rangkaian acara lainnya, Jimin nampak menghampiri beberapa orang disana yang mengucapkan kata selamat.
"Jimin"
Senyum Jimin terkembang saat seorang temannya itu memanggil namanya, menyelamatkan Jimin dari obrolan membosankan dari para rekan kerja nya yang membosankan. Maklum saja, mereka terlalu tua untuk mengobrol dengan Jimin yang bahkan belum genap berusia 24 tahun.
"Sungwoon, kau menyelamatkanku" Jimin merangkul tubuh Sungwoon setelah menghampirinya. Yang dibalas tawa oleh Sungwoon."Untuk itu aku memanggil mu. Kapan para pria tua itu pergi? Pesta nya terlalu membosankan kalau seperti ini."
"Mungkin sebentar lagi, aku juga sudah bosan."
"Butuh bermain? Aku bawa seseorang, dia ingin sekali bertemu denganmu. Kau tahu? Dia cantik, kau pasti suka." Sungwoon mengacungkan jempolnya pada Jimin.
"Katakan saja untuk menunggu diruang tamu. Biar kulihat seberapa cantiknya dia " Ucap Jimin sambil tertawa, dibalas anggukan dari Sungwoon yang juga ikut tertawa.
"Tapi kenalkan aku juga pada salah satu artismu, yang masih trainee juga tidak apa-apa asal bukan bekasmu "
"Tenang saja, sudah kusiapkan. Untuk Kai juga sudah kusiapkan, dia belum datang? " Tanya Jimin yang masih berjalan bersama Sungwoon.
"Belum, mungkin sebentar lagi. Katanya malas kalau masih ada pria pria tua. Dia sudah bosan bertemu pria tua dirumahnya ." Keduanya tertawa, lucu mengingat Kai selalu bersama kakeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [END]
FanfictionHanya ada dua kemungkinan di dunia ini tentang kata 'Kebetulan'. Satu, kemungkinan jika Kebetulan itu sendiri tidak ada di dunia ini. Dan dua, kemungkinan jika Kebetulan itu memang ada. Seperti saat Seulgi datang ke dunia Jimin, entah kebetulan ata...