SP - 15

1.3K 190 20
                                    

Sebelumnya mau kasih tahu , di part ini agak ++ .
Dan jangan lupa vote dan komentar nya ♡

____

Seulgi melangkahkan kakinya perlahan , berjalan mendekati Jimin yang masih terduduk dikursinya . Tak bergerak sedikitpun kecuali tenggorokannya yang terlihat menelan ludah . Seulgi tersenyum , kapan lagi bukan membuat Jimin tak hanya memerintah tapi terdiam seperti anak yang patuh . Jadi begini rasanya menjadi Park Jimin , menggoda dan suka memerintah . Rasanya menyenangkan , pantas saja Jimin suka bertingkah seperti itu .

"Mau aku duduk dipangkuanmu ?" Tanya Seulgi saat ia sudah tepat dihadapan Jimin . Seulgi mengangguk anggukan kepalanya perlahan saat tak ada jawaban apapun dari Park Jimin . "Baiklah kalau tidak mau . Aku bisa tidur sungguhan saja " Seulgi merapikan kembali bathrobe yang dipakainya , namun belum sempat tertutup semuanya Jimin sudah meraih tangannya , menahan tangannya agar tak melanjutkan .

"Kemari " Jimin menepuk kedua pahanya , mengisyaratkan Seulgi untuk duduk dipangkuannya seperti saran Seulgi sebelumnya .

Seulgi tersenyum jahil , melepaskan tangan Jimin dari lengannya . "Sayang sekali waktu dari tawaranku sudah habis " Seulgi menunjukan raut wajah yang sedih , berpura pura seakan memang sedih tapi ditunjukan dengan terang terangan jika dia memang sedang berpura pura . Seakan mengejek .

"Berhenti bermain-main denganku Kang Seulgi "

"Aku tidak bermain-main tuan Park . Baiklah , seperti ini ?" Kali ini Seulgi membuat terkejut kembali dengan dirirnya yang dengan cepat benar-benar naik dipangkuan Jimin . Tak hanya terkejut , seorang wanita yang hanya mengenakan bathrobe yang berantakan berada dipangkuannya . Sangat sulit rasanya untuk dijelaskan .

"Dari mana kau belajar hal seperti ini hm ? mulai bisa bermain main denganku ?" Tangan Jimin menyentuh paha Seulgi , merematnya dengan lembut . Matanya menatap mata Seulgi , membuat keduanya saling menatap . Seakan saling menantang satu sama lain .

"Darimu" Seulgi menyunggingkan senyum nya , tangannya ia kalungkan dileher Jimin . wajahnya mendekat pada telinga Jimin , membiarkan bibirnya sedikit menyentuh telinga Jimin. "Apa kau merasa sesak ?" Bisik Seulgi pada telinga nya , ia tak mengenakan apapun dibawah sana , tentu saja sangat terasa saat sesuatu milik Jimin itu sudah mendesak .

Sebenarnya bisa saja Jimin membalik keadaan , tapi dia tak ingin hal ini berakhir . Ingin melihat bagaimana jika seorang Kang Seulgi yang memimpin , penasaran dengan keberanian yang wanita kang itu dapatkan .

"Keras ." Seulgi menggerakan tubuhnya dengan pelan , menggesekan miliknya pada milik Jimin dibawah sana dan berhenti saat Jimin sedikit membuka mulutnya . "Bayangkan jika kau melepas celanamu , memasukannya kedalamku . Dan kau hanya perlu diam , menikmati " Bisik Seulgi kembali , dengan sebuah tiupan lembut ditelinga Jimin .

Jimin ? Kedua tangannya sudah memegang kedua paha Seulgi , sedikit merematnya . Kepalanya sudah tak fokus , rasanya tubuhnya sedikit bergetar . seperti tersengat aliran listrik . Mulutnya sedikit terbuka namun desahan nya tertahan saat Seulgi kembeli menggerakan tubuhnya . Wajah Jimin sudah mendekat pada Seulgi , berniat mencium wanita kang itu . Namun kedua tangan Seulgi lebih dulu menahan nya , menutup bibir Jimin dengan telapak tangannya . "Dalam mimpimu"

Seulgi turun dari pangkuan Jimin dengan cepat , takut takut jika Jimin lebih dulu menahannya . "Aku lapar"

Jimin terkekeh , bisa-bisanya ia terjebak . Padahal sudah jelas dia hanya menggodanya . Tapi tetap saja sebagai pria dia pasti jatuh jika diperlakukan seperti itu. Membalas perbuatannya saat itu ternyata . "Balas dendam ?" Jimin menyandarkan tubuhnya pada kursi yang ia duduki . "Kau tahu bukan  jika aku bisa membuatmu memohon saat ini juga?"

SERENDIPITY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang