Sebelumnya mau kasih tahu , di part ini agak ++ .
Dan jangan lupa vote dan komentar nya ♡____
Seulgi melangkahkan kakinya perlahan , berjalan mendekati Jimin yang masih terduduk dikursinya . Tak bergerak sedikitpun kecuali tenggorokannya yang terlihat menelan ludah . Seulgi tersenyum , kapan lagi bukan membuat Jimin tak hanya memerintah tapi terdiam seperti anak yang patuh . Jadi begini rasanya menjadi Park Jimin , menggoda dan suka memerintah . Rasanya menyenangkan , pantas saja Jimin suka bertingkah seperti itu .
"Mau aku duduk dipangkuanmu ?" Tanya Seulgi saat ia sudah tepat dihadapan Jimin . Seulgi mengangguk anggukan kepalanya perlahan saat tak ada jawaban apapun dari Park Jimin . "Baiklah kalau tidak mau . Aku bisa tidur sungguhan saja " Seulgi merapikan kembali bathrobe yang dipakainya , namun belum sempat tertutup semuanya Jimin sudah meraih tangannya , menahan tangannya agar tak melanjutkan .
"Kemari " Jimin menepuk kedua pahanya , mengisyaratkan Seulgi untuk duduk dipangkuannya seperti saran Seulgi sebelumnya .
Seulgi tersenyum jahil , melepaskan tangan Jimin dari lengannya . "Sayang sekali waktu dari tawaranku sudah habis " Seulgi menunjukan raut wajah yang sedih , berpura pura seakan memang sedih tapi ditunjukan dengan terang terangan jika dia memang sedang berpura pura . Seakan mengejek .
"Berhenti bermain-main denganku Kang Seulgi "
"Aku tidak bermain-main tuan Park . Baiklah , seperti ini ?" Kali ini Seulgi membuat terkejut kembali dengan dirirnya yang dengan cepat benar-benar naik dipangkuan Jimin . Tak hanya terkejut , seorang wanita yang hanya mengenakan bathrobe yang berantakan berada dipangkuannya . Sangat sulit rasanya untuk dijelaskan .
"Dari mana kau belajar hal seperti ini hm ? mulai bisa bermain main denganku ?" Tangan Jimin menyentuh paha Seulgi , merematnya dengan lembut . Matanya menatap mata Seulgi , membuat keduanya saling menatap . Seakan saling menantang satu sama lain .
"Darimu" Seulgi menyunggingkan senyum nya , tangannya ia kalungkan dileher Jimin . wajahnya mendekat pada telinga Jimin , membiarkan bibirnya sedikit menyentuh telinga Jimin. "Apa kau merasa sesak ?" Bisik Seulgi pada telinga nya , ia tak mengenakan apapun dibawah sana , tentu saja sangat terasa saat sesuatu milik Jimin itu sudah mendesak .
Sebenarnya bisa saja Jimin membalik keadaan , tapi dia tak ingin hal ini berakhir . Ingin melihat bagaimana jika seorang Kang Seulgi yang memimpin , penasaran dengan keberanian yang wanita kang itu dapatkan .
"Keras ." Seulgi menggerakan tubuhnya dengan pelan , menggesekan miliknya pada milik Jimin dibawah sana dan berhenti saat Jimin sedikit membuka mulutnya . "Bayangkan jika kau melepas celanamu , memasukannya kedalamku . Dan kau hanya perlu diam , menikmati " Bisik Seulgi kembali , dengan sebuah tiupan lembut ditelinga Jimin .
Jimin ? Kedua tangannya sudah memegang kedua paha Seulgi , sedikit merematnya . Kepalanya sudah tak fokus , rasanya tubuhnya sedikit bergetar . seperti tersengat aliran listrik . Mulutnya sedikit terbuka namun desahan nya tertahan saat Seulgi kembeli menggerakan tubuhnya . Wajah Jimin sudah mendekat pada Seulgi , berniat mencium wanita kang itu . Namun kedua tangan Seulgi lebih dulu menahan nya , menutup bibir Jimin dengan telapak tangannya . "Dalam mimpimu"
Seulgi turun dari pangkuan Jimin dengan cepat , takut takut jika Jimin lebih dulu menahannya . "Aku lapar"
Jimin terkekeh , bisa-bisanya ia terjebak . Padahal sudah jelas dia hanya menggodanya . Tapi tetap saja sebagai pria dia pasti jatuh jika diperlakukan seperti itu. Membalas perbuatannya saat itu ternyata . "Balas dendam ?" Jimin menyandarkan tubuhnya pada kursi yang ia duduki . "Kau tahu bukan jika aku bisa membuatmu memohon saat ini juga?"

KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [END]
FanfictionHanya ada dua kemungkinan di dunia ini tentang kata 'Kebetulan'. Satu, kemungkinan jika Kebetulan itu sendiri tidak ada di dunia ini. Dan dua, kemungkinan jika Kebetulan itu memang ada. Seperti saat Seulgi datang ke dunia Jimin, entah kebetulan ata...