SP-29

1.2K 165 27
                                    

'Kebahagiaan akan datang setelah kau berhasil melewati rintangan.'

Kalimat omong kosong lainnya yang didengar Seulgi setelah beberapa omong kosong Park Jimin padanya dulu. Kebahagiaan setelah rintangan? Yang benar saja. Dia sudah terlibat beberapa masalah yang bisa dikatakan sebagai rintangan itu sendiri , tapi apa yang didapat? Buukannya sebuah kebahagiaan melainkan masalah lainnya. Begitu saja sampai langit runtuh.

Hancur. Selalu kata itu yang Seulgi pikirkan tentang hidupnya. Baru beberapa saat dia merasa hidup setelah apa yang terjadi , lagi lagi kehancuran menerpa hidupnya. Dia bahkan belum bisa lepas dari ketakutan dan kekecewaannya pada pria yang pernah bgitu ia sukai dan ia percaya selama ini . Sekarang datang lagi perasaan bersalah dan ketakutan hingga benci untuk dirinya sendiri. Benar-benar semenyedihkan itu hidupnya .

Bagaikan sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah dia menjadi korban , malah ditambah menjadi tersangka pembunuhan sahabatnya sendiri yang justru seorang pelaku kejahatan atas dirinya. Menjadi korban , menjadi tersangka , kehilangan sahabat , dibenci keluarga sahabatnya, Lengkap sekali bukan penderitaannya?

"Dia datang lagi untuk menemuimu. Wah benar-benar tak ada lelahnya dia terus menerus datang kemari hanya untuk menemuimu." Salah seorang polisi muda yang menjadi salah satu orang yang membawa Seulgi itu membukakan pintu besi dimana Seulgi ada disana. Membuat Seulgi bangkit dari duduknya.

Seulgi mengikutinya , pria dengan nama Jeon Jungkook itu.

"Noon- maksudku nona Kang , beruntng sekali kau memiliki kekasih sepertinya. Kukira dia pria yang tidak baik karena dia bahkan memiliki segalanya, wah ternyata dia begitu perduli pada kekasihnya ini. Padahal sebelumnya juga kukira dia itu pria yang suka bermain wanita , seperti kabar yang beredar."

Seulgi sedikit menarik sudut bibirnya, dia sudah hampir satu minggu berada disini . Dan pria muda didepannya ini memang terlihat polos , asal bicara. Bahkan mengatakan hal seperti itu saja dia masih memasang tampang polosnya. Tak sadar jika itu berbahaya untuknya sebagai polisi jika saja Jimin tahu. Bisa bisa Jimin tuntut. Beberapa kali mengobrol dengannya membuat mereka terlihat dekat , bahkan pria itu selalu berbaik hati padanya. Katanya melihat Seulgi mengingatkannya pada kakak perempuannya yang tinggal jauh dari kota ini. Bahkan dia sudah beberapa kali salah memanggil Seulgi dengan sebutan Noona , walaupun sebenarnya sah sah saja jika memanggil Seulgi seperti itu , Seulgi tak masalah. Tapi dengan tangan yang dia tepukkan pada dada bidangnya pria itu berkata 'aku kan profesional' . Gemas sebenarnya kalau dilihat secara langsung.

"Seul , kau baik baik saja? Maafkan aku terlambat . Aku harus bertemu dengan Seokjin Hyung." Jimin berbicara saat Seulgi sudah duduk dihadapannya. Seulgi masih hanya seorang tersangka , bukan terdakwa. Jadi mereka masih bebas bertemu tanpa penghalang. Masih bisa berhadapan langsung bahkan saling memelukpun sebenarnya tak apa. Tapi mereka masih tahu batasan. Belum lagi Jimin juga memiliki koneksi hanya untuk sekedar bertemu Seulgi disana.

Seulgi mengangguk. "Tidak apa-apa Jim. Kau selalu kemari saja sudah lebih dari cukup , tapi bukankah kau harus bekerja ? Kau selalu sibuk dengan masalahku."

Jimin menggelengkan kepalanya. "Aku akan mengundurkan diri , sebagai Ceo" Jimin tersenyum tipis disela pembicaraannya. "Jangan menyalahkan dirimu lagi , aku melakukannya karena memang bertanggung jawab atas semuanya yang sudah terjadi." Lanjut Jimin dengan cepat , seakan tahu apa yang akan dikatakan Seulgi. Mendahuluinya.

Seulgi terdiam , tetap saja merasa bersalah. Jika saja sejak awal dia tak terlibat mungkin semua ini tidak akan terjadi.

"Seul , semuanya akan cepat selesai. Kau akan segera keluar dari sini, aku yakin. Percayakan semuanya padaku ya ." ucap Jimin sembari menggenggam kedua tangan Seulgi . Berusaha untuk meyakinkan.

SERENDIPITY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang