Pagi hari setelah Seulgi membuka matanya, ia benar-benar dibuat terkejut dengan kehadiran Jimin. Dengan hadirnya Jimin saja dia sudah sangat terkejut karena dia tiba-tiba saja sudah berdiri dipintu kamar menunggu Seulgi membuka mata, ditambah saat Seulgi benar-benar sudah terbangun Jimin menambah kejutan lainnya. Tak jauh dari pintu dimana Jimin berada sudah banyak sekali tas belanjaan, dimana saat Seulgi bertanya apa yang ada disana Jimin menjawabnya dengan simple. "Keperluanmu""Daepyo-nim , Serius? Sebanyak itu? Apa saja, aku bahkan hanya butuh satu baju untuk sekarang"
Jimin menggelengkan kepalanya, "bukan hanya untuk sekarang. Untuk kedepannya, aku membelikan beberapa baju untukmu. Itu hanya sebagian, keperluan dan baju lainnya nanti akan diantarkan kemari "
"T-tapi aku tidak butuh sebanyak itu, bahkan bajuku masih ada di Asrama. Kalaupun aku akan debut tapi tetap saja aku masih jauh menuju debutku dan lagipula bukankah kalau urusan itu akan ada yang mengurusnya"
"Tidak tidak, bajumu yang disana buang saja. Jadi kau bisa langsung tinggal disini mulai hari ini. Lagipula aku berani taruhan, tidak ada yang penting selain baju bajumu yang sudah kusam"
Memang benar apa yang dikatakan Jimin, tak ada hal lain lagi selain baju, barang barang lainnya bahkan Seulgi sudah lupa kemanansemenjak dianpindah ke asrama. Yang berharga baginya tinggal ponsel yang bahkan sudah tertinggal jaman.
"Benar bukan? Ah iya, aku juga membelikan ponsel baru untukmu. Ada disalah satu belanjaan ini, cari saja. Aku kemari hanya mengantarkan itu saja, hari ini jangan kemana-mana dulu. Aku ada urusan dikantor dan untuk masalahmu nanti aku uruskan juga." Jimin berbalik berjalan keluar dengan kunci mobil yang ia mainkan ditangannya.
Seulgi turun dari ranjangnya, menatap tak percaya pada beberapa kantung belanja disana. Masalahnya semuanya dari merk ternama, bahkan sebelumnya untuk membayangkan memilikinya saja tidak bisa.
"Seulgi?"
Seulgi terlonjak kaget saat baru saja berjongkok melihat satu persatu isi kantung belanja itu, Jimin kembali memanggil namanya dengan tiba-tiba.
"Ada apa?""Aku tidak tahan" Jimin berjalan cepat menghampiri Seulgi, menarik lengannya dan mendorong Seulgi keranjang. Membaringkannya.
"Aku menahan nya semalaman, menyiksa. Anggap saja sebagai ucapan terimakasihmu untukku. Aku ingin kau "___
Satu hari, dua hari, tiga hari. Tak ada kabar dari Jimin, bahkan pesan nya juga tidak dibalas. Ini bukan perihal Seulgi merindukan Jimin atau semacamnya, hanya saja Seulgi ingin tahu kapan dia bisa kembali untuk berlatih dan kapan dia bisa debut. Dan juga dia bosan terus diam diapartemen, dia tak punya banyak teman untuk diajak bertemu. Teman temannya ya sedang sibuk berlatih, dan satu satunya teman terdekatnya Jaebum juga seperrinya sedang sibuk dengan jadwalnya. Berpergian dari negara ini dan itu, membuat iri.
-Seul? Kau dimana? Ayo bertemu, dirumahku. Aku sedang libur hari ini, jadi aku pulang kerumah -
Satu pesan yang baru saja Seulgi baca itu adalah dari sahabatnya yang baru saja disebutkan, Jaebum. Seulgi antusias, membalas pesan Jaebum mengiyakan. Waktu yang tepat untuk menyingkir kan rasa bosan nya. Dan juga sebenarnya dia sedang butuh sandaran, dia butuh seseorang untuk menemaninya.
Seulgi sengaja mencari baju yang tidak begitu terlihat mahal, dia tidak ingin jika Jaebum curiga dengan apa yang dilakukannya. Menjual tubuh hanya demi uang, hal yang sangat menjijikan dan Seulgi tak mau Jaebum jadi membencinya. Lagipula akan sangat memalukan jika Jaebum benar-benar tahu. Jaebum itu pria baik, sebenarnya seulgi berpikir ia sudah sangat tidak pantas untuk berteman dengan Jaebum. Tapi dia tetap membutuhkan Jaebum, tidak bisa menjauhi Jaebum begitu saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/198904771-288-k874661.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [END]
FanficHanya ada dua kemungkinan di dunia ini tentang kata 'Kebetulan'. Satu, kemungkinan jika Kebetulan itu sendiri tidak ada di dunia ini. Dan dua, kemungkinan jika Kebetulan itu memang ada. Seperti saat Seulgi datang ke dunia Jimin, entah kebetulan ata...