Kebetulan . Kata yang bisa memiliki arti sebuah keberuntungan atau kesialan .
Diantara semua orang mungkin hanya berharap sebuah keberuntungan , tak pernah menginginkan kesialan , keburukan ataupun sejenis nya . Tapi berbeda yang dirasakan dengan gadis Kang yang sudah terbaring lemas dengan banyak darah yang mengalir dari pergelangan tangannya . Dengan matanya yang sudah terpejam , dengan rasa sakit yang ia pikir rasa dari penghujung nyawanya . Bukannya berharap sebuah keberuntungan yang datang untukknya saat ini , ia justru malah berharap kesialan . Saat telinganya mendengar dengan samar langkah kaki dan suara yang memanggil namanya . Sungguh , dia ingin sekali siapapun tak mengganggu nya . Setidaknya sampai dia menghembuskan nafas terakhirnya .
_____
Seulgi membuka matanya yang sudah terpejam selama beberapa hari ini . Sungguh , mengapa disaat ia tak lagi menginginkan sebuah keberuntungan justru keberuntungan itu datang padanya ? Apa begitu inginnya Tuhan terus membiarkan dia merasakan penderitaan ? Seulgi ingin mati , tak peduli kemana ia pergi nantinya , yang ia inginkan hanya tak ingin hidup didunia lagi . Tapi entah dengan alasan apa tuhan sekarang membiarkan dirinya kini berada disebuah tempat yang bisa Seulgi tahu dimana itu .
Rasa sakit dan lemas masih bisa dirasakan tubuh nya . Begitu juga dengan rasa hancur dalam dirinya . Yang terpikirkan bukan bagaimana bisa dia selamat , melainkan bagaimana dia harus melanjutkan hidupnya ? Haruskah kembali mengakhiri hidupnya dengan cara yang lain ?
Kepala Seulgi menoleh memperhatikan seisi ruangan yang menjadi tempatnya berbaring. Nuansa putih dengan beberapa alat yang tak Seulgi mengerti ada disana , termasuk dengan selang infus dengan jarum yang menusuk tangannya . Seulgi tahu dia berada dikamar rumah sakit , tapi ia tak tahu tepatnya . Tak tahu bagaimana ia bisa ada disini , ataupun siapa yang membawanya kemari . Dan lagi , tak ada seorang pun disini . Yang bisa ia ingat hanyalah saat dipenghujung rasa sakitnya , diujung kesadaran nya ada suara yang terdengar samar melangkah terburu buru dengan namanya yang diteriakan . Hanya itu , tak ingat lagi.
Tapi , mungkinkah ? Jika itu Park Jimin ?
Jika iya , dia akan sangat membencinya. Sangat . Tak akan dimaafkan , sekalipun pria itu berlutut dan memohon .
Sendiri . lagi lagi dia hanya sendiri . Apa memang ini sudah takdirnya untuk sendiri seperti ini ? "Tuhan memang sekejam itu padaku" Seulgi tertawa tanpa suara , bukannya menangis disaat ia baru saja bangun dari tidur panjangnya . Bahkan dengan suara selemah itu.
Tapi ternyata salah , tawa yang baru saja ia tunjukan perlahan berubah menjadi tangisan . Layaknya bom waktu , ia sudah menahan nya sejak awal tapi akhirnya tangisnya meledak . Airmatanya mengalir dengan deras layaknya hujan dipertengahan musimnya . Tubuhnya meringkuk , menunjukan betapa tak berdayanya seorang Kang Seulgi .
"Seulgi . " Pintu yang terbuka bersamaan dengan pria yang memasuki ruangan itu segera berjalan menghampiri Seulgi yang tengah menangis dengan histeris .
"Hei , tenanglah . Ada aku ." Seulgi bisa merasakan tangannya yang digenggam , pria yang tengah mencondongkan tubuh dihadapan nya itu terlihat berusaha menenangkan .
Namun bukannya sebuah ketenangan yang Seulgi dapatkan , melainkan tangisan yang smakin menjadi . Dadanya terlalu sesak , menangis pun malah membuatnya semakin sesak .
Seulgi membangun kan tubuhnya untuk terduduk dan segera memeluk tubuh pria dihadapannya . Erat . Sangat erat . Dan sebuah pelukan erat atas balasannya bisa sangat Seulgi rasakan . Bersamaan dengan rasa rindu .
"Jae ... Aku. ingin. mati." Ucap Seulgi disela tangisan nya .
Jaebum menggelengkan kepalanya . "Tidak kuijinkan"

KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [END]
FanfictionHanya ada dua kemungkinan di dunia ini tentang kata 'Kebetulan'. Satu, kemungkinan jika Kebetulan itu sendiri tidak ada di dunia ini. Dan dua, kemungkinan jika Kebetulan itu memang ada. Seperti saat Seulgi datang ke dunia Jimin, entah kebetulan ata...