SP - 19

1.1K 180 19
                                    

Kebetulan . Kata yang bisa memiliki arti sebuah keberuntungan atau kesialan .

Diantara semua orang mungkin hanya berharap sebuah keberuntungan , tak pernah menginginkan kesialan , keburukan ataupun sejenis nya . Tapi berbeda yang dirasakan dengan gadis Kang yang sudah terbaring lemas dengan banyak darah yang mengalir dari pergelangan tangannya . Dengan matanya yang sudah terpejam , dengan rasa sakit yang ia pikir rasa dari penghujung nyawanya . Bukannya berharap sebuah keberuntungan yang datang untukknya saat ini , ia justru malah berharap kesialan . Saat telinganya mendengar dengan samar langkah kaki dan suara yang memanggil namanya  . Sungguh , dia ingin sekali siapapun tak mengganggu nya . Setidaknya sampai dia menghembuskan nafas terakhirnya .

_____

  Seulgi membuka matanya yang sudah terpejam selama beberapa hari ini . Sungguh , mengapa disaat ia tak lagi menginginkan sebuah keberuntungan justru keberuntungan itu datang padanya ? Apa begitu inginnya Tuhan terus membiarkan dia merasakan penderitaan ? Seulgi ingin mati , tak peduli kemana ia pergi nantinya , yang ia inginkan hanya tak ingin hidup didunia lagi . Tapi entah dengan alasan apa tuhan sekarang membiarkan dirinya kini berada disebuah tempat yang bisa Seulgi tahu dimana itu .

Rasa sakit dan lemas masih bisa dirasakan tubuh nya . Begitu juga dengan rasa hancur dalam dirinya . Yang terpikirkan bukan bagaimana bisa dia selamat , melainkan bagaimana dia harus melanjutkan hidupnya ? Haruskah kembali mengakhiri hidupnya dengan cara yang lain ?

Kepala Seulgi menoleh memperhatikan seisi ruangan yang menjadi tempatnya berbaring. Nuansa putih dengan beberapa alat yang tak Seulgi mengerti ada disana , termasuk dengan selang infus dengan jarum yang menusuk tangannya . Seulgi tahu dia berada dikamar rumah sakit , tapi ia tak tahu tepatnya . Tak tahu bagaimana ia bisa ada disini , ataupun siapa yang membawanya kemari . Dan lagi , tak ada seorang pun disini . Yang bisa ia ingat hanyalah saat dipenghujung rasa sakitnya , diujung kesadaran nya ada suara yang terdengar samar melangkah terburu buru dengan namanya yang diteriakan . Hanya itu , tak ingat lagi.

Tapi , mungkinkah ? Jika itu Park Jimin ?

Jika iya , dia akan sangat membencinya. Sangat . Tak akan dimaafkan , sekalipun pria itu berlutut dan memohon .

Sendiri . lagi lagi dia hanya sendiri . Apa memang ini sudah takdirnya untuk sendiri seperti ini ? "Tuhan memang sekejam itu padaku" Seulgi tertawa tanpa suara , bukannya menangis disaat ia baru saja bangun dari tidur panjangnya . Bahkan dengan suara selemah itu.

Tapi ternyata salah , tawa yang baru saja ia tunjukan perlahan berubah menjadi tangisan . Layaknya bom waktu , ia sudah menahan nya sejak awal tapi akhirnya tangisnya meledak . Airmatanya mengalir dengan deras layaknya hujan dipertengahan musimnya . Tubuhnya meringkuk , menunjukan betapa tak berdayanya seorang Kang Seulgi .

"Seulgi . " Pintu yang terbuka bersamaan dengan pria yang memasuki ruangan itu segera berjalan menghampiri Seulgi yang tengah menangis dengan histeris .

"Hei , tenanglah . Ada aku ." Seulgi bisa merasakan tangannya yang digenggam , pria yang tengah mencondongkan tubuh dihadapan nya itu terlihat berusaha menenangkan .

Namun bukannya sebuah ketenangan yang Seulgi dapatkan , melainkan tangisan yang smakin menjadi . Dadanya terlalu sesak , menangis pun malah membuatnya semakin sesak .

Seulgi membangun kan tubuhnya untuk terduduk dan segera memeluk tubuh pria dihadapannya . Erat . Sangat erat . Dan sebuah pelukan erat atas balasannya bisa sangat Seulgi rasakan . Bersamaan dengan rasa rindu .

"Jae ... Aku.  ingin. mati." Ucap Seulgi disela tangisan nya .

Jaebum menggelengkan kepalanya . "Tidak kuijinkan"

SERENDIPITY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang