Sumpah demi apapun, rasanya Seulgi ingin sekali membunuh pria Park yang semalam begitu saja meninggalkannya setelah disentuh seperti itu. Park Jimin itu brengsek, sangat. Dan seulgi merasa menyesal sudah terlibat dengan pria yang hidupnya penuh dengan kebrengsekan. Kalau saja dia tidak berharap menjadi idol, mungkin dia tidak akan bertemu Jimin dan menjadi seperti ini. Mungkin saja dia sudah menjalani kehidupan biasa dengan Jaebum.
Ah benar, Jaebum. Entah kenapa Seulgi jadi teringat Jaebum. Kembali teringat bagaimana bahagianya Seulgi saat bersama Jaebum sebelum akhirnya memikul beban menjadi trainee bersama.
Benar, andai saja mereka masih seperti itu. Dan andai saja Jaebum menyatakan perasaan nya disaat itu mungkin saja Seulgi langsung menerimanya. Tidak peduli jika seulgi benar mencintai Jaebum atau tidak, karena Seulgi yakin. Jaebum itu pria yang tulus, bahkan dia adalah pria yang sangat baik."Sedang memikirkan apa?"
Seulgi menoleh pada Jimin yang berada dihadapannya, menatapnya kesal. "Sedang tidak mood makan" Seulgi melemparkan sendok yang sedari tadi mengacak makanan dihadapannya.
Benci melihat Jimin."ya sudah, tidak usah makan."
Seulgi berdiri meninggalkan Jimin yang kembali malanjutkan makannya dengan wajah seakan akan tak merasa bersalah. Brengsek memang, bisa bisanya datang kemari pagi pagi sekali dengan alasan mengambil jasnya yang tertinggal disini lalu meminta dibuatkan sarapan dengan tanpa merasa berdosa sama sekali. Penipu ulung.
Seulgi lebih memilih menyalakan tv dan duduk dihadapannya, menonton acara yang tak begitu menarik lebih baik daripada harus berhadapan dengan Jimin. Tapi bukannya menyimak acara yang sedang berlangsung dibalik layar kaca itu, Seulgi justru lagi lagi memikirkan hal lain. Kembali menyesal, menyalahkan dirinya sendiri karena sudah terlibat permainan kotor ini. Matanya memerah, semakin dia memikirkannya semakin dia merasa bersalah sekaligus menyalahkan dirinya sendiri. Airmatanya sudah menggenang tanpa Seulgi sadari, dadanya juga terasa sesak. Ingin menangis tapi berusaha menahannya, dia tidak ingin terlihat lemah apalagi sedang ada Jimin disini.
"Lagi. Sedang memikirkan apa sebenarnya?" Jimin yang tiba tiba sudah duduk disamping Seulgi membuat nya segera menghapus airmata yang sudah sedikit menetes disana.
"Bukan urusanmu" Seulgi bangkit dari duduknya, berniat pergi dari sana. Percuma juga tetap memaksa menonton acara yang tidak ia sukai jika ada pria itu didekatnya.
"Kang Seulgi"
Seulgi berhenti. Tidak, bukan karena ia menurut ketika Jimin memanggil namanya. Hanya saja tangan pria Park itu sudah memegang pergelangan tangannya, yang kemudian berpindah menggemggam jari jari tangan Seulgi sebelum ia semoat melepaskannya.
"Kemarilah." Ucap Jimin lembut.
Seulgi memutar matanya malas. Tahu sekali jika si penipu ini sedang kembali beraksi, bersikap seakan pria paling manis dimuka bumi sebelum akhirnya berubah menjadi iblis.
"Lepaskan. Aku sedang malas berurusan denganmu.""Kau menyesal?"
Oke. Tepat."Jika aku bilang iya, apa kau akan melepaskanku? Membatalkan semua perjanjian kita dan membiarkanku bebas?"
"Bagaimana kalau memang aku melakukan itu?"
Seulgi terdiam . Menatap Jimin yang masih menggenggam tangannya. Oh ayolah Kang Seulgi, apa lagi lagi kau percaya dengan bualannya? Omong kosongnya.
"Berhenti berbicara omong kosong. Sangat mustahil kau melakukannya""Aku serius"
Kini Jimin melepaskan genggaman tangannya dari Seulgi.
Seharusnya ini menjadi kesempatan Seulgi untuk pergi meninggalkan Jimin seperti niatnya tadi. Tapi pembicaraan yang keluar dari mulut Jimin terlalu menarik untuk dia kembali dengarkan. Hingga membuatnya hanya berdiri mematung sembari memikirkan dan mencari tahu dengan menatap Jimin. Bertanya tanya akan maksud Jimin yang sebenarnya.
"Aku ingin bertanya sekali lagi. Apa kau benar-benar menyesal? Walaupun kau mendapatkan semua yang kuberikan?"
"Ya, aku menyesal. Sangat. Aku memang mendapatkan semua yang tidak akan pernah mungkin aku dapatkan sebelumnya, bahkan hanya untuk sekedar membayangkannya saja tidak mungkin untukku . Tapi aku pun kehilangan banyak hal yang begitu berharga juga untukku. Dan kau taju apa yang lebih aku sesalkan? aku lebih menyesal sudah terlahir di dunia ini " Tangis Seulgi pecah. Dia lagi lagi melupakan jika dihadapannya kini ada seorang Park Jimin. Tapi sungguh, dia sudah tidak bisa menahan kata-kata yang barusan ia utarakan dengan nada yang tidak seharusnya . Dia tidak bisa menahan nya lagi disaat dadanya bemar-benar terasa sesak. Pertanyaan Jimin membuat emosinya seakan muncul.
Sedangkan park Jimin hanya terdiam, melihat Seulgi yang menangis dengan tangan yang berusaha menghapus airmata nya berkali kali.
Sampai akhirnya tangan Jimin menarik lengan Seulgi, menarik hingga Seulgi terduduk disampingnya. Seulgi menangis terisak dengan tangan yang bergantian menyeka airmatanya walaupun memang sebenarnya tak berguna karna airmata nya terus turun.
"Menangislah. Kau pasti sudah menderita memendamnya seorang diri selama ini" Satu tangan Jimin sudah berada di pundak Seulgi. Menepuknya perlahan seakan berusaha menenangkan.
'Dan kau salah satu alasan kenapa aku menderita brengsek' ingin sekali rasanya Seulgi mengatakan itu tepat pada wajah si Park ini. Sayang sekali dia sedang terisak, untuk mengatakan satu kata saja rasanya sulit. Dan lagi tangan Jimin sedang berusaha seakan dia memberitahu dia ada dan dia peduli. Itu yang Seulgi rasakan jika sedang menangis dan seseorang melakukannya, membuatnya ingin menangis lebih kencang lagi.
Dan benar saja, Seulgi menangis lebih kencang. Isakan nya semakin terdengar lebih jelas. Dan sebuah pelukan yang dapat ia rasakan sekarang.
Jimin memeluknya, dengan tangan yang menepuk nepuk lembut punggungnya. Seulgi ingin menolak dan memberontak sebenarnya, tetapi tubuhnya berkata lain. Tubuhnya hanya terdiam tidak membalas atau pun menolak.Kau tahu? Rasanya saat ini Seulgi seperti kembali terjerat dengan semua yang Jimin lakukan. Berniat melepaskan tetapi justru malah jatuh semakin dalam dan semakin jauh. Seulgi tidak benar benar mengerti apa maksud sebenarnya Jimin melakukan ini, bersikap seakan dia ikut menyesal telah melibatkan Seulgi dengannya padahal dia yang sejak awal memjebak Seulgi dalam hidupnya. Melakukan cara kotor agar Seulgi menyetujui untuk mengikuti permainan kotornya.
Dan sekarang? Seolah olah Jimin akan melepaskan Seulgi begitu saja. Seolah olah Jimin memang peduli padanya. Seolah olah Pria Park itu adalah malaikat yang datang untuk gadis Kang dihadapannya, padahal sebelumnya dia tidak lebih dari seorang iblis yang menghancurkan hidupnya."Seulgi"
Suara Jimin terdengar jelas walaupun Jimin mengatakannya dengan sangat lembut, seakan berhati hati jika saja wanita yang sedang didalam pelukannya akan hancur berkeping keping jika dia memanggil namanya sedikit lebih keras.
Tetapi Seulgi lebih memilih diam, tak berniat menjawab. Masih sibuk dengan isakannya walaupun tangisnya sudah mereda."Kang Seulgi"
Lagi. Namanya kembali diucapkan dengan sangat lembut, membuat Seulgi hampir saja lupa jika yang saat ini bersikap seperti malaikat penolongnya akan berubah kapan saja untuk kembali menjadi iblis seperti sebelumnya.
"Maafkan aku. Sepertinya aku mencintaimu"
Seulgi mematung, tolong katakan jika pria yang sedang memeluknya ini memang sudah tidak waras sejak awal.
.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [END]
Fiksi PenggemarHanya ada dua kemungkinan di dunia ini tentang kata 'Kebetulan'. Satu, kemungkinan jika Kebetulan itu sendiri tidak ada di dunia ini. Dan dua, kemungkinan jika Kebetulan itu memang ada. Seperti saat Seulgi datang ke dunia Jimin, entah kebetulan ata...