SP-26

1.2K 178 29
                                    


Jimin menatap wanita yang tengah berbaring dihadapannya , menatap dalam diam takut takut mengganggunya yang sedang terlelap . Kang Seulgi , wanita itu baru saja terlelap setelah meminta Jimin menemaninya. Bukan nya apa apa, Park Jimin selama ini memang mengesalkan, gila , bahkan terkadang kasar. Tapi entah kenapa Seulgi kini merasa jika hanya pria Park itu yang bisa membuat tenang. Mungkin terdengar aneh atau tak masuk akal setelah apa yang terjadi, tapi perasaannya tak bisa berbohong. Mungkin benar seperti apa yang orang bilang , perasaan akan tumbuh dengan sendirinya jika terus bersama. Walaupun Seulgi sendiri tak tahu dengan jelas bagaimana perasaannya. Yang dia pahami sekarang hanyalah merasa tenang dan aman jika bersama Jimin.

Jimin memperhatikan pergelangan tangan Seulgi yang terbalut perban. Rasa bersalah kembali muncul dalam benaknya , Jika saja waktu itu dia tidak berbohong mungkin tangan itu tak akan terluka. Tidak bisa terbayangkan bagaiaman jadinya jika Seulgi benar benar pergi dari dunia , rasa bersalah saja sepertinya tak akan cukup untuk itu. Mungkin Jimin akan langsung menyusulnya , menebus kesalahannya dengan nyawanya sendiri.

Tangan Jimin terulur menyentuh rambut yang menutupi wajah Seulgi , menyibakannya dengan lembut kebelakang. Perlahan sekali karena takut jika Seulgi terbangun , benar benar seperti seorang ibu yang menjaga bayinya.

"Jim?"

"Hm? maaf aku membangunkanmu "

Seulgi menggeleng. "Aku belum tidur sepenuhnya juga"

"Tidurlah lagi , aku tidak akan mengganggumu lagi" Jimin menggeser tubuhnya sedikit kebelakang , semakin berjauhan dengan Seulgi. Takut kembali mengganggunya jika Seulgi sedang tertidur.

"Maaf soal tadi. "

"Tidak perlu meminta maaf, Aku paham. Aku tidak mau memaksamu , dan aku tidak mau kau merasa terpaksa." Jimin tersenyum.

Benar, soal itu Seulgi merasa tak enak pada Jimin. Seulgi bahkan yang menciumnya terlebih dulu , tetapi saat Jimin mencoba menciumnya dia yang menghindar. Menolak. Tapi bukan maksud Seulgi untuk mempermainkan Jimin , hanya saja dia masih memikirkan bagaimana Jaebum memperlakukannya sebelumnya. Masih terpikirkan, menyakitkan . Dan saat mengecup Jimin pun dia hanya reflek melakukannya , tak sengaja.

"Kenapa tidak tidur? Apa kau merasa tak nyaman ada aku disini ?" Tanya Seulgi mengalihkan pembicaraan mereka sebelumnya , tidak ingin suasana menjadi canggung jika terus membahas soal itu.

Jimin menggeleng dengan cepat , membantah keras tentu saja. Malah kebalikannya , Jimin merasa nyaman , sangat nyaman. Sangat. "Hanya ingin melihatmu tidur."

"Apa aku terlihat aneh saat tidur jadi kau memperhatikanku?"

Jimin lagi lagi menggeleng. "Aku merasa tenang melihatmu tertidur. Tapi aku malah membangunkanmu."

"Sudah kukatakan aku tidak terbangun karenamu" Seulgi kembali memejamkan matanya, membenarkan posisinya mencari kenyamanan. "Tidurlah juga kalau tidak mau aku terbangun lagi kalau begitu."

"Seul?"

"Hm?" Tanya Seulgi dengan mata yang masih ia pejamkan.

"Bolehkah aku memelukmu?"

"Tidak apa kalau tidak mau , aku hanya bertanya . tidurlah lagi saja." Lanjutnya

Seulgi tak menjawab . Membuat Jimin bernniat berbalik dan memejamkan matanya . Namun tak lama kemudian Seulgi malah menggeser tubuhnya mendekati Jimin , dan memeluknya tanpa bicara apapun.

Jimin awalnya terkejut , bingung dengan Seulgi yang memeluknya terlebih dulu bahkan tanpa bicara apapun. Sebelum akhirnya tersenyum dan membalas pelukan Seulgi . Seulgi mengusak didada Jimin , nyaman sekali. wangi tubuh Jimin bahkan bisa dia cium dengan jelas , begitu pula dengan Jimin.

SERENDIPITY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang