Warning! 🔞
Silahkan dilewati kalau tidak suka.__
Sebuah pelukan erat Seulgi dapatkan dari pria dengan marga Park itu. sesaat setelah melihatnya keluar dari ruangan yang menjadi tempat tinggalnya selama seminggu ini. Terkejut tentu saja , pria itu memeluknya dengan tiba tiba. Namun paham karena dia juga sama senangnya dengan Jimin , sungguh. Bahkan mungkin lebih senang daripada pria itu.
"Ayo pulang , kau pasti sudah menderita selama disini." Ucap Jimin yang sudah melepaskan pelukannya , tangannya terulur menggenggam tangan Seulgi. Mengajak wanita kang itu untuk segera melangkah kan kaki dari sana .
Seulgi menghentikan langkah kaki nya saat Jimin menarik tangannya. "Berpamitan dulu." Ucap Seulgi .
Jimin mengangguk , mengiyakan. Keduanya berpamitan dengan yang ada disana , khusunya pria dengan nama Jeon Jungkook yang sudah tak asing untuk mereka . Polisi baru yang masih terlihat sangat muda itu sudah banyak membantu dan berbaik hati pada Seulgi.
"Ah kalau begitu , sekarang aku boleh memanggilmu Noona? Dan kau Hyung , ya walaupun denganmu tidak sedekat dengan Nona Kang" Ucap Jungkook yang ikut berjalan mengantar Seulgi dan Jimin keluar dari sana.
"Memangnya tidak apa-apa ?" Tanya Seulgi
"Ya tidak apa-apa. Kan sudah diluar kantor , diluar pekerjaanku. Kalian juga boleh saja memanggilku Jungkook , lagipula aku juga jauh lebih muda dari kalian. Dianggap sebagai adik juga boleh." Jawab Jungkook dengan senyuman khasnya, gigi kelinci yang terlihat menggemaskan .
"Karena sudah banyak membantu Seulgi selama disana , baiklah. Sebenarnya aku tidak suka jika orang tak dikenal bertingkah seperti ini , tapi kau , Kuterima.Kuanggap kau sebagai adikku. " Ucap Jimin dengan candaannya.
"Baiklah . Aku juga setuju kalau begitu."
"Wah aku sudah mempunyai dua kakak sekaligus sekarang di Seoul, akhirnya memiliki keluarga disini." Jungkook dengan kekehannya.
Ketiganya tertawa . Biasanya seorang polisi itu terlihat menyeramkan. Tapi bagi Seulgi dan Jimin satu polisi ini malah membuat gemas . Badannya saja yang terlihat menyeramkan , wajah dan hatinya malah menggemaskan. Membuat Seulgi dan Jimin ingin benar benar mengangkatnya menjadi adik . Pokonya gemas sekali , tak sesuai umur dan pekerjaannya.
Seulgi dan Jimin sudah memasuki mobil , dan mengucapkan perpisahan pada Jungkook yang tak henti hentinya melambaikan tangan pada keduanya bahkan setelah mobil Jimin melaju. Jungkook sendiri tidak tahu , rasanya suka sekali dengan dua orang itu. Jadi merasa sudah dekat sekali dengan mereka , apalagi Seulgi yang banyak bercerita dengannya. Aneh juga tapi bisa bisanya dia semudah itu akrab dengan orang lain . Tidak tahu lah .
"Mau membeli sesuatu dulu ? Atau ada tempat yang ingin kau tuju?" Tanya Jimin dengan satu tangan yang sudah melepas stir nya dan menggenggam tangan Seulgi . Sudah terbiasa untuknya menyetir dengan satu tangan, bukan hal yang sulit apalagi jika jalanan lurus seperti ini.
Seulgi menggeleng. "Aku ingin pulang lebih dulu." Sebenarnya Seulgi merasa tak pantas mengatakan itu , toh itu bahkan bukan rumahnya . Dia saja tak memiliki rumah. Tapi bagaimana lagi, sudah terbiasa dan terucap begitu saja.
"Baiklah , kita pulang. Maaf kau menunggu terlalu lama disana." Ucap Jimin dengan mengecup punggung tangan Seulgi , dengan kepala yang sesekali menoleh melihat pada Seulgi yang memperhatikannya. Seakan takut wanita itu hilang dari pandangan , seperti sihir.
"Aku sangat berterimakasih. Kau sudah banyak sekali membantuku hingga menyebabkan kerugian untukmu." Seulgi masih tak merubah pandangannya , masih tertuju pada pria disampingnya .
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [END]
FanficHanya ada dua kemungkinan di dunia ini tentang kata 'Kebetulan'. Satu, kemungkinan jika Kebetulan itu sendiri tidak ada di dunia ini. Dan dua, kemungkinan jika Kebetulan itu memang ada. Seperti saat Seulgi datang ke dunia Jimin, entah kebetulan ata...