SP-24

1K 174 43
                                    

Double up nya .
Udah aku kasih double up jangan lupa vote dan komentarnya ya . Jangan diem diem aja , kritik dan saran juga aku terima 💜

________


"Jimin ?"

Seulgi berusaha melepaskan kedua tangan yang melingkar diperutnya . Dia sempat kesulitan saat melepasnya , namun tak menyerah hingga kedua tangan itu akhirnya lepas dari sana .

Lalu suara tawa malah terdengar dengan nyaring saat Seulgi berhasil melepaskannya dan berbalik untuk melihat siapa yang baru saja memeluknya dari belakang itu .

"Apa ? kecewa aku yang ada dihadapanmu ?"

"Jaebum ? " Seulgi berjalan mundur melihat pria dihadapannya . Jaebum dengan topi dan pakaian serba hitam nya .

Jaebum menunjukan senyum lebarnya , dengan tangan mengusap dagunya sendiri yang bahkan tak ada apapun disana . "Melihat reaksimu yang seperti itu sepertinya si brengsek itu sudah mengatakan padamu yang sebenarnya terjadi ." Jaebum mengambil kursi didekat meja rias , duduk dihadapan Seulgi yang masih memundurkan tubuhnya perlahan , menghindari Jaebum . "Kenapa ? Jangan takut. kemari, aku tidak akan menyakitimu. ini aku Jaebum . Sahabatmu" Ucapnya dengan penekanan .

"Jae , bagaimana kau bisa masuk ?" Seulgi menggenggam ponsel ditangannya dengan kuat . Keringat mungkin kini sudah membasahi ponsel itu .

Jaebum mengangkat kedua bahunya . "Menurutmu bagimana ? Apa kau berfikir aku masuk kemari dibantu petugas yang berada digedung ini ?"

"Tidak mungkin "

"Iya , tentu saja. Untuk masuk ke area ini saja sudah dimintai identitas , apalagi meminta tolong untuk bisa masuk kemari . Kunci pintunya masih aman aman saja , dan bodoh nya si Park itu tidak mengganti password nya . Ya sudah aku masuk saja , menunggumu . Sudah kuduga kau pasti kemari , sudah satu hari aku menunggumu disini Seul , kau tak kasihan padaku . Ah atau kau memangnya tidak merindukanku ?"

"Jae , kau tidak seperti Jaebum yang kukenal " Ucap Seulgi dengan menatap Jaebum dihadapannya . Tapi sungguh dia jujur akan kata katanya , Jaebum dihadapannya terlihat berbeda .

"Apanya yang berbeda ? Kau hanya termakan omongan si Jimin itu . Aku tetap Jaebum yang kau kenal , sahabat mu sejak kecil . Jaebum yang selalu memperdulikanmu . Kau lebih percaya apa yang dikatakannya daripada aku yang sudah mengenalmu lebih dari sepuluh tahun ini ? Seul , lihat apa aku terlihat seperti akan menyakitimu ? Malah Jimin yang selama ini menyakitimu bukan ? Aku bahkan yang menolongmu , kalau tidak mungkin kau sudah kehilangan nyawamu . Aku hanya ingin melindungimu dari Jimin." Jaebum memasang wajah sedihnya disana , menatap Seulgi yang berdiri jauh dihadapannya .

Seulgi terdiam , menatap Jaebum lekat . Tangannya memasukan ponsel yang sedari tadi ia genggam kedalam saku celananya . "Lalu kenapa kau malah merekam ku ?"

"Sudah kukatakan aku hanya ingin menolongmu dari Jimin , aku melakukannya hanya untuk mengancam Jimin agar menjauhimu . Sungguh"

"Jae , sebaik apapun niatmu yang kau lakukan itu tetap salah ."

"Aku tahu , tapi aku tak bisa memikirkan hal lain"

"Dan lagipula jika kau benar benar ingin menolongku bukankah sebaiknya kau menolongku dari awal ? kenapa tidak mengatakan padaku , atau langsung menolongku saat itu juga ." Seulgi berusaha menenangkan dirinya sendiri . Terlihat panik hanya akan membuatnya terlihat lemah . "Dan juga , kau bahkan merekamku sejak awal. Saat Jimin memaksaku dengan kasar diruang dance"

Jaebum berdiri dari duduknya , berjalan mendekati Seulgi . "itu , aku , aku hanya membuat bukti nya . Tidak mungkin aku mendobrak pintu dan langsung menghajar Jimin . Dia seorang Ceo , saat itu aku masih memikirkan karirku."

SERENDIPITY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang