Seulgi melihat pada kaca dihadapannya , menatap berusaha melihat pantulan dirinya sendiri disana . Oke , tak ada yang berlebihan bukan ? Hanya pakaian casual dengan rambut yang ia ikat asal kebelakang , dengan wajah yang hanya diolesi cushion tipis dan juga lipstick nude yang juga ia oleskan dengan tipis tipis . Oke cukup . Lagipula dia harus memakai topi bukan ? Harus sembunyi sembunyi agar tak ada yang mengenalinya . Selain itu , dia hanya akan pergi bersama Jimin , yang mungkin hanya akan mengajak nya makan atau menonton. Tak masalah dengan pakaian seperti ini.
Seulgi melihat jam diponselnya , sudah tiga jam sejak Jimin berpamitan untuk pergi kekantor . Bodohnya Seulgi tak menanyakan jam berapa ia akan kembali , dan malah menunggunya sedari tadi . Tapi terlalu gengsi juga untuk bertanya , nanti malah dikira Seulgi yang bersemangat untuk pergi bersama Jimin . Tapi , untuk apa juga ia menunggu Jimin datang ? Oke , Seulgi berpikir mungkin ia sudah tertular tingkah aneh si Park .
"Terserah lah ! Aku tidur lagi saja" Seulgi melempar asal topi hitam yang ia pegang sedari tadi , kemudian melampar kan tubuhnya pada kasur yang belum sempat ia bereskan . Katakan ia bodoh bahkan mementingkan memilih pakaian untuk pergi bersama Jimin daripada membereskan kasur yang seharusnya sudah rapi di jam seperti ini .
Tangannya meraih ponsel yang sudah tergeletak lebih dulu disampingnya , melihat jika saja ada yang menghubunginya atau sekedar mengirim pesan . Dari Jimin mungkin ?
Tapi nihil , tak ada satupun panggilan atau pesan yang masuk . "Oke Kang Seulgi , apa yang kau harapkan ?" Seulgi mengacak rambutnya , bisa bisa nya dia bertingkah seperti ini padahal sudah jelas Jimin itu penuh tipuan , penuh kepalsuan , tak jauh dari kata brengsek .
Seulgi kembali teringat lagi akan perkataan Jimin tempo hari , dimana pria itu mengatakan memcintainya. Jika dipikir kembali itu sangat tidak mungkin bukan ? Bahkan mereka tidak dekat dalam waktu yang cukup lama , jika pun iya Jimin mencintainya bukankah itu bukan mencintai yang sesungguhnya ? Yang Jimin tahu dan Jimin lakukan pada Seulgi hanya sekedar berhubungan diatas kasur. Tak ada pembicaraan lebih dari sekedar perjanjian mereka ataupun desahan yang dikeluarkan .
Tapi mengingat kembali juga sikapnya belakangan ini , untuk apa ? Jimin yang sekarang benar benar berbeda untuk Seulgi , bahkan mungkin saja jika terus seperti itu Seulgi akan luluh dan mempercayai nya . Caranya menatap Seulgi seakan berbeda , jika awalnya Jimin menatap Seulgi seakan Seulgi adalah buruannya , kini ia menatap Seulgi seakan Seulgi adalah sesuatu yang harus ia jaga . Mengertikah ? Lupakan . Seulgi sendiri bingung dengan semuanya , jika saja bisa mengorek isi kepala Jimin dan mengetahui kebenaran nya ingin sekali Seulgi melakukan itu .
"Seul . "
Seulgi menggeliat saat mendengar seseorang menyebutkan namanya . Matanya terbuka perlahan , tangannya meraih ponsel untuk melihat jam .
17.20 .
Matanya membulat dengan cepat , kaget . Ia bahkan tak sadar tertidur hingga selama itu ."Kau tidur ? Pasti tertidur karena menungguku ya ? Maafkan aku, tadi ada masalah " Jimin berjalan mendekati Seulgi yang masih berbaring diatas ranjangnya . Memastikan jika gadis itu sudah bangun dan sadar dari tidurnya .
"Tidak . Untuk apa aku menunggu mu . Aku memang ingin tidur saja selagi ada waktu libur dari latihan ku" jawab Seulgi dengan suara khas bangun tidurnya .
Jimin terkekeh mendengar jawaban Seulgi . Wanita didepan nya itu memang tak pandai untuk berbohong . "Lihat kakimu"
Seulgi menolehkan kepalanya pada kaki nya sendiri , kemudian melihat asal kearah lain . Menghindari untuk melihat Jimin dan merutuki dirinya sendiri dalam hati . Betapa bodohnya .
"Apa kau memang biasa tertidur dengan sepatu seperti itu nona Kang ?"
Tak menjawab , Seulgi memilih diam . Terlalu bingung untuk menjawab Jimin saat dia sudah jelas ketahuan.
"Baiklah , cuci muka dan ganti bajumu . Kita pergi sekarang"
"Kemana ?"
"Pergi bersama , seperti rencana kita hari ini ." jelas Jimin
"Tidak mau . Malas . Kau saja pergi sendiri" Seulgi yang masih berbaring membalikan tubuhnya , membelakangi Jimin yang masih berdiri disisi ranjangnya .
"Oke , sepertinya kau marah padaku karna aku tak memberi kabar?"
"Cih , marah apanya"
"Kuanggap kau marah , kalau tidak marah mana mungkin bersikap seperti ini . Astaga , pengantin baru yang tadi pagi bersikap malu malu sekarang sedang marah karena gagal berkencan"
"Park Jimin ! Jaga bicaramu . Pengantin baru apanya . Aku tidak marah . Ayo pergi sekarang , kubilang aku tidak marah" Seulgi bangkit dari tidurnya , berjalan memdahului Jimin untuk keluar dari kamar . Membuat Jimin berhasil tertawa melihatnya .
"Tidak mau berganti baju dulu ?"
"Tidak perlu . Hanya pergi denganmu , untuk apa berganti baju"
"Kau yakin ? Baiklah terserah kau saja . Jangan menyesal " Jimin kembali terkekeh . Keras kepala tapi menggemaskan wanita yang sudah berjalan didepannya itu .
___
"Kenapa kesini ? Bukankah kita mau makan ?" Tanya Seulgi tepat saat Jimin menghentikan mobil nya . Jelas Seulgi kebingungan , bukan nya berhenti disebuah restoran atau apapun itu sejenisnya , justru Jimin malah menghentikan mobilnya dibandara . Bagaimana tidak membingungkan .
"Siapa yang bilang aku mau mengajakmu makan ? Aku hanya mengatakan menghabiskan waktu bersamamu bukan ?"
"Jimin , jelaskan . Mau kemana kita ?"
"Jepang . Kita habiskan tiga hari kita disana" Jawab Jimin dengan santai .
"Kau gila ? Jepang ? Aku bahkan tidak membawa pakaian , pasport , dan hal lain yang aku perlukan . Lagipula untuk apa ? Aku perlu mempersiapkan debutku juga . Jimin , astaga . Kau benar benar gila ?" Sungguh Seulgi tak mengerti dengan isi kepala pria Park ini . Dia itu gila , benar benar gila .
"Pakaian bisa kita beli disana . Dan untuk pasport dan hal lainnya sudah kusiapkan . Kau tahu itu hal yang mudah . Ah ayo cepat , pesawat nya berangkat tiga puluh menit lagi "
"Gila . Kau benar benar gila . Tidak habis pikir mereka memilihmu sebagai ceo dengan isi kepala yang gila itu . Setidak nya katakan untuk apa kita kesana ."
"Ya berjalan jalan , berkencan mungkin . Terserah lah mengatakan nya apa , anggap saja sebagai permintaan maaf ku karena membuatmu menunggu . Aku tidak memaksa ya , kau yang bersedia ikut sendiri jadi aku tidak melanggar apapun" Jimin mengangkat kedua bahunya kemudian tersenyum . "Ayo , kita bicarakan lagi nanti . Aku tidak mau uangku terbuang begitu saja . Aku bahkan sudah membooking hotel dan restoran disana " ucap Jimin sembari keluar dari mobilnya .
Oke , satu kata yang tak pernah bisa Seulgi tahan untuk keluar dari mulutnya "Gila"
Seulgi berjalan mengekor dibelakang Jimin dengan hati hati . Ayolah , dia berada ditempat ramai . Banyak hal yang harus membuat Seulgi berhati hati saat ini . Pertama , dia berjalan berdua bersama salah satu Ceo dari agensi nya sendiri . Kedua , ditempat ini bisa saja ada kamera yang memotret nya . Ketiga , penampilannya seperti ini . Rambut yang sedikit berantakan walaupun sudah diikat . Pakaian yang kusut karna dia baru saja bangun dari tidurnya beberapa saat lalu .
Jimin menghentikan langkahnya , membuat Seulgi yang berjalan tak fokus dibelakangnya menabrak punggung Jimin .
Jimin berbalik dan terkekeh . "Sudah kubilang bukan untuk berganti pakaian"
"Kau tidak mengatakan akan pergi sejauh ini . Kukira hanya ketempat biasa" ucap Seulgi pelan , tak ingin orang-orang disekitarnya memdengar .
Jimin meraih rambut seulgi , merapikannya dengan lembut . "Ada kamera dikirimu . Tertawa lah ."
Seulgi hendak memundurkan tubuhnya , namun tangan Jimin menahan nya . Ia malah kembali merapikan rambut Seulgi dan tertawa pelan . "Tertawa saja . Turuti aku sekarang dan akan kujelaskan nanti."
Jimin berbicara disela tawa nya ."Kang Seulgi . Turuti aku ." Tangan Jimin sedikit mencengkram lengan Seulgi . Namun wajahnya tetap menunjukan tawanya , membuat Seulgi mau tak mau mengikuti perintahnya . Seulgi tertawa dengan paksa seperti apa yang di katakan Jimin .
Sekali lagi . Park Jimin itu gila bukan ?
.
.
.
![](https://img.wattpad.com/cover/198904771-288-k874661.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [END]
FanficHanya ada dua kemungkinan di dunia ini tentang kata 'Kebetulan'. Satu, kemungkinan jika Kebetulan itu sendiri tidak ada di dunia ini. Dan dua, kemungkinan jika Kebetulan itu memang ada. Seperti saat Seulgi datang ke dunia Jimin, entah kebetulan ata...