SP-13

1.3K 180 19
                                    

Seulgi melihat pada kaca dihadapannya , menatap berusaha melihat pantulan dirinya sendiri disana . Oke , tak ada yang berlebihan bukan ? Hanya pakaian casual dengan rambut yang ia ikat asal kebelakang , dengan wajah yang hanya diolesi cushion tipis dan juga lipstick nude yang juga ia oleskan dengan tipis tipis . Oke cukup . Lagipula dia harus memakai topi bukan ? Harus sembunyi sembunyi agar tak ada yang mengenalinya . Selain itu , dia hanya akan pergi bersama Jimin , yang mungkin hanya akan mengajak nya makan atau menonton.  Tak masalah dengan pakaian seperti ini. 

Seulgi melihat jam diponselnya , sudah tiga jam sejak Jimin berpamitan untuk pergi kekantor . Bodohnya Seulgi tak menanyakan jam berapa ia akan kembali , dan malah menunggunya sedari tadi . Tapi terlalu gengsi juga untuk bertanya , nanti malah dikira Seulgi yang bersemangat untuk pergi bersama Jimin . Tapi , untuk apa juga ia menunggu Jimin datang ? Oke , Seulgi berpikir mungkin ia sudah tertular tingkah aneh si Park .

"Terserah lah ! Aku tidur lagi saja" Seulgi melempar asal topi hitam yang ia pegang sedari tadi , kemudian melampar kan tubuhnya pada kasur yang belum sempat ia bereskan . Katakan ia bodoh bahkan mementingkan memilih pakaian untuk pergi bersama Jimin daripada membereskan kasur yang seharusnya sudah rapi di jam seperti ini .

Tangannya meraih ponsel yang sudah tergeletak lebih dulu disampingnya , melihat jika saja ada yang menghubunginya atau sekedar mengirim pesan . Dari Jimin mungkin ?

Tapi nihil , tak ada satupun panggilan atau pesan yang masuk . "Oke Kang Seulgi , apa yang kau harapkan ?" Seulgi mengacak rambutnya , bisa bisa nya dia bertingkah seperti ini padahal sudah jelas Jimin itu penuh tipuan , penuh kepalsuan , tak jauh dari kata brengsek .

Seulgi kembali teringat lagi  akan perkataan Jimin tempo hari , dimana pria itu mengatakan memcintainya. Jika dipikir kembali itu sangat tidak mungkin bukan ? Bahkan mereka tidak dekat dalam waktu yang cukup lama , jika pun iya Jimin mencintainya bukankah itu bukan mencintai yang sesungguhnya ? Yang Jimin tahu dan Jimin lakukan pada Seulgi hanya sekedar berhubungan diatas kasur.  Tak ada pembicaraan lebih dari sekedar perjanjian mereka ataupun desahan yang dikeluarkan .

Tapi mengingat kembali juga sikapnya belakangan ini , untuk apa ? Jimin yang sekarang benar benar berbeda untuk Seulgi , bahkan mungkin saja jika terus seperti itu Seulgi akan luluh dan mempercayai nya . Caranya menatap Seulgi seakan berbeda , jika awalnya Jimin menatap Seulgi seakan Seulgi adalah buruannya , kini ia menatap Seulgi seakan Seulgi adalah sesuatu yang harus ia jaga . Mengertikah ? Lupakan . Seulgi sendiri bingung dengan semuanya , jika saja bisa mengorek isi kepala Jimin dan mengetahui kebenaran nya ingin sekali Seulgi melakukan itu .

"Seul . "

Seulgi menggeliat saat mendengar seseorang menyebutkan namanya . Matanya terbuka perlahan , tangannya meraih ponsel untuk melihat jam .
17.20 .
Matanya membulat dengan cepat , kaget . Ia bahkan tak sadar tertidur hingga selama itu .

"Kau tidur ? Pasti tertidur karena menungguku ya ? Maafkan aku, tadi ada masalah " Jimin berjalan mendekati Seulgi yang masih berbaring diatas ranjangnya . Memastikan jika gadis itu sudah bangun dan sadar dari tidurnya .

"Tidak . Untuk apa aku menunggu mu . Aku memang ingin tidur saja selagi ada waktu libur dari latihan ku" jawab Seulgi dengan suara khas bangun tidurnya .

Jimin terkekeh mendengar jawaban Seulgi . Wanita didepan nya itu memang tak pandai untuk berbohong . "Lihat kakimu"

Seulgi menolehkan kepalanya pada kaki nya sendiri , kemudian melihat asal kearah lain . Menghindari untuk melihat Jimin dan merutuki dirinya sendiri dalam hati . Betapa bodohnya .

"Apa kau memang biasa tertidur dengan sepatu seperti itu nona Kang ?"

Tak menjawab , Seulgi memilih diam . Terlalu bingung untuk menjawab Jimin  saat dia sudah jelas ketahuan.

"Baiklah , cuci muka dan ganti bajumu .  Kita pergi sekarang"

"Kemana ?"

"Pergi bersama , seperti rencana kita hari ini ." jelas Jimin

"Tidak mau . Malas . Kau saja pergi sendiri" Seulgi yang masih berbaring membalikan tubuhnya , membelakangi Jimin yang masih berdiri disisi ranjangnya .

"Oke , sepertinya kau marah padaku karna aku tak memberi kabar?"

"Cih , marah apanya"

"Kuanggap kau marah , kalau tidak marah mana mungkin bersikap seperti ini . Astaga , pengantin baru yang tadi pagi bersikap malu malu sekarang sedang marah karena gagal berkencan"

"Park Jimin ! Jaga bicaramu . Pengantin baru apanya . Aku tidak marah . Ayo pergi sekarang , kubilang aku tidak marah" Seulgi bangkit dari tidurnya , berjalan memdahului Jimin untuk keluar dari kamar . Membuat Jimin berhasil tertawa melihatnya .

"Tidak mau berganti baju dulu ?"

"Tidak perlu . Hanya pergi denganmu , untuk apa berganti baju"

"Kau yakin ? Baiklah terserah kau saja . Jangan menyesal " Jimin kembali terkekeh . Keras kepala tapi menggemaskan wanita yang sudah berjalan didepannya itu .

___

"Kenapa kesini ? Bukankah kita mau makan ?" Tanya Seulgi tepat saat Jimin menghentikan mobil nya . Jelas Seulgi kebingungan , bukan nya berhenti disebuah restoran atau apapun itu sejenisnya , justru Jimin malah menghentikan mobilnya dibandara . Bagaimana tidak membingungkan .

"Siapa yang bilang aku mau mengajakmu makan ? Aku hanya mengatakan menghabiskan waktu bersamamu bukan ?"

"Jimin , jelaskan . Mau kemana kita ?"

"Jepang . Kita habiskan tiga hari kita disana" Jawab Jimin dengan santai .

"Kau gila ? Jepang ? Aku bahkan tidak membawa pakaian , pasport , dan hal lain yang aku perlukan . Lagipula untuk apa ? Aku perlu mempersiapkan debutku juga . Jimin , astaga . Kau benar benar gila ?" Sungguh Seulgi tak mengerti dengan isi kepala pria Park ini . Dia itu gila , benar benar gila .

"Pakaian bisa kita beli disana . Dan untuk pasport dan hal lainnya sudah kusiapkan . Kau tahu itu hal yang mudah . Ah ayo cepat , pesawat nya berangkat tiga puluh menit lagi "

"Gila . Kau benar benar gila . Tidak habis pikir mereka memilihmu sebagai ceo dengan isi kepala yang gila itu  . Setidak nya katakan untuk apa kita kesana ."

"Ya berjalan jalan , berkencan mungkin . Terserah lah mengatakan nya apa , anggap saja sebagai permintaan maaf ku karena membuatmu menunggu . Aku tidak memaksa ya , kau yang bersedia ikut sendiri jadi aku tidak melanggar apapun" Jimin mengangkat kedua bahunya kemudian tersenyum . "Ayo , kita bicarakan lagi nanti . Aku tidak mau uangku terbuang begitu saja . Aku bahkan sudah membooking hotel dan restoran disana " ucap Jimin sembari keluar dari mobilnya .

Oke , satu kata yang tak pernah bisa Seulgi tahan untuk keluar dari mulutnya "Gila"

Seulgi berjalan mengekor dibelakang Jimin dengan hati hati . Ayolah , dia berada ditempat ramai . Banyak hal yang harus membuat Seulgi berhati hati saat ini . Pertama , dia berjalan berdua bersama salah satu Ceo dari agensi nya sendiri . Kedua , ditempat ini bisa saja ada kamera yang memotret nya . Ketiga , penampilannya seperti ini . Rambut yang sedikit berantakan walaupun sudah diikat . Pakaian yang kusut karna dia baru saja bangun dari tidurnya beberapa saat lalu .

Jimin menghentikan langkahnya , membuat Seulgi yang berjalan tak fokus dibelakangnya menabrak punggung Jimin .

Jimin berbalik dan terkekeh . "Sudah kubilang bukan untuk berganti pakaian"

"Kau tidak mengatakan akan pergi sejauh ini . Kukira hanya ketempat biasa" ucap Seulgi pelan , tak ingin orang-orang disekitarnya memdengar .

Jimin meraih rambut seulgi , merapikannya dengan lembut . "Ada kamera dikirimu . Tertawa lah ."

Seulgi hendak memundurkan tubuhnya , namun tangan Jimin menahan nya . Ia malah kembali merapikan rambut Seulgi dan tertawa pelan . "Tertawa saja . Turuti aku sekarang dan akan kujelaskan nanti."
Jimin berbicara disela tawa nya .

"Kang Seulgi . Turuti aku ." Tangan Jimin sedikit mencengkram lengan Seulgi . Namun wajahnya tetap menunjukan tawanya , membuat Seulgi mau tak mau mengikuti perintahnya . Seulgi tertawa dengan paksa seperti apa yang di katakan Jimin .

Sekali lagi . Park Jimin itu gila bukan ?

.
.
.

SERENDIPITY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang