Mata Jaebum dan Seulgi saling beradu, menatap dalam diam setelah ciuman singkat yang Jaebum layangkan pada Seulgi. Seulgi sempat berusaha mengalihkan pandangannya, namun Jaebum yang terus menatapnya kembali membuat nya juga ingin kembali menatap mata Jaebum. Seakan mencari sesuatu dari sorot mata Jaebum, ingin tahu kalau Jaebum benar-benar tulus atau tidak akan ucapannya beberapa saat lalu.
"Jae, aku ingin pulang" Kacau. Pikiran Seulgi saat ini sudah kacau, tidak tahu harus bagaimana dan apa lagi yang harus dia lakukan. Maka hanya kata itu yang bisa dia ucapkan, pulang. Dia berniat menghilangkan bosan, tapi malah terjebak dalam situasi ini.
Jaebum mengangguk. "Tapi tidak bisakah kau menjawabku dulu? Kau juga menyukai ku kan?"
Seulgi melepaskan tangan Jaebum, sedikit mundur menjaga jarak agak tak terlalu dekat dengan Jaebum. "Kita bahas lagi nanti."
"Baiklah. Lupakan dulu soal tadi. jangan dulu pulang, aku sudah menghubungi ibu dan bilang kau juga akan kemari. Setidaknya tunggu sampai ibu datang malam ini, aku berjanji tidak akan melakukannya lagi " Ucap Jaebum sambil tersenyum dengan mata yang semakin menyipit.
"Besok saja aku kemari lagi, aku ingin pulang sekarang "
"Maaf soal tadi. Jangan seperti ini, kau membuatku merasa menjadi pria brengsek."
"Baiklah, sudah. Jangan dibahas lagi, aku akan tetap disini sampai mereka datang lalu aku akan segera pulang." Ucap Seulgi. Mau bagaimana lagi, tidaj enak juga jika harus mengecewakan lagi orangtua Jaebum.
__
Detikan jarum jam berjalan seakan beberapa kali lebih lambat dari biasanya, membuat Seulgi merasa tidak nyaman. Hanya saja, orangtua jaebum sempat menahan nya. Berbagai alasan Seulgi katakan pada mereka agar dia bisa kembali, pasalnya dia terlihat semakin canggung dengan Jaebum. Tidak ingin orangtua jaebum juga tahu apa yang terjadi. Untung saja sepertinya jaebum mengerti, hingga dia berusaha membantu Seulgi untuk pulang.
Seulgi turun dari taksi saat sang supir taksi itu memberhentikan nya tepat didepan gedung apartemen yang kini ia tinggali . Ah soal taksi, Jaebum yang memaksanya menggunakan taksi dan membayarnya lebih dulu agar Seulgi tak bisa menolak. Padahal sebenarnya Seulgi sudah terbiasa dengan menggunakan bus, lebih bisa menghemat. Tapi Jaebum memang begitu perhatian, tidak ingin Seulgi menaiki bus disaat sudah malam seperti ini katanya. Takut jika terjadi sesuatu.
"Dari mana?"
Oke Seugi hampir saja memukulkan tas nya saat suara yang begitu tiba tiba itu terdengar sesaat setelah dia memasuki apartemen nya.
"Kenapa kau ada disini?" Tanya Seulgi
"bukannya menjawab malah balik bertanya, kutanya kau. Dari mana sampai semalam ini?" Jimin yang sebelum nya duduk dikursi itu kini sudah berdiri dengan kedua tangan yang dia lipat didepan dadanya. Persis seperti seorang ayah yang sedang mengintrogasi putrinya.
"Kerumah teman. Ada apa kau kemari?"
"Tentu saja menemui wanitaku. Teman? Maksudmu pria bermata sipit itu? "
"Bukan urusanmu, tidak ada perjanjian soal mencampuri urusanku. Dan satu lagi, setidaknya gunakan kaca. " Seulgi berjalan melewati Jimin, sekarang sudah tidak peduli akan posisi Jimin. Tidak ingin jika dia kembali menjadi Seulgi yang selalu menurut, Seulgi yang pemberani lebih baik.
Jimin sempat berdecak kesal, mengekor dibelakang Seulgi yang memasuki kamarnya.
"Aku ingin kau, sekarang. Puaskan aku ""Aku menolak" Jawab Seulgi sambil melemparkan tas nya diatas ranjangnya. Memasang wajah sedatar mungkin walaupun dalam hatinya memang sedang cemas. Takut jika Jimin nekat.
"Kenapa?" Jimin mendekat, berdiri dihadapan Seulgi yang sudah terduduk disisi ranjangnya.
"Aku lelah Jim, aku ingin beristirahat. Ingat persyaratanku. Jangan memaksa, atau aku akan membatalkan nya "
"Aku tidak memaksa. Aku hanya bertanya." Jimin mendaratkan tubuhnya disamoing Seulgi. Menidurkan tubuhnya dengan kaki yang masih berpijak dilantai. Kepalanya menoleh pada Seulgi, menatapnya. "Kau juga bermain dengan Jaebum?"
Seulgi menoleh. Menganggukan kepalanya. "Tentu saja, dia temanku"
"Benarkah? Berarti Kau bermain dengan semua teman pria mu?"
Seulgi menggelengkan kepalanya kali ini. "Hanya Jaebum. Aku tidak bermain dengan yang lain. Lagipula teman terdekatku cuma Jaebum."
Jimin kembali mendudukan tubuhnya. "Jadi tadi sudah bermain bersama Jaebum? Seru? Bagaimana caranya dia bermain? Seperti ini? Hm? " Ucap Jimin sembari memeluk tubuh Segi dari samping dengan bibir yang berusaha bergerak menciumi leher Seulgi.
Seulgi sedikit menghindari Jimin. "Jimin hentikan, sudah kubilang jangan memaksa"
"kenapa? Sudah puas dengan Jaebum? Aku tidak memaksa, aku hanya bertanya. Jadi begini? Apa dia juga bisa memuaskan mu, dia bermain lebih hebat dari ku tidak? Lebih enak bermain denganku bukan? Seperti ini" Jimin kini menciumi belakang telinga Seulgi, memainkan lidah nya sesekali menggelitik. Dengan tangan yang menahan kedua tangam Seulgi.
"Jimin apa maksudmu? Aku tidak mengatakan bermain yang seperti ini. Dan hentikan, kubilang aku lelah."
"Apa? Aku kan bertanya apa kau bermain dengannya dan kau jawab iya. Jadi kau lelah karena bermain dengannya? Apa sehebat itu dia bermain?" Jimin kembali menahan tangan Seulgi lebih lembut. "Sini biar kutunjukan, aku bisa membuatmu lebih melayang dan mendesah nikmat berkali kali " Jimin menarik tubuh Seulgi untuk duduk dipangkuannya, membuat Seulgi terpaksa karena Jimin lagi lagi terlalu kuat untuk ditolak.
"Jimin. Hentikan oke?" Seulgi membuang pandangannya dari Jimin. Memumdurkan kepalanya saat Jimin berusaha kembali mencium lehernya.
"Aku kan sedang tidak memaksa. Aku hanya ingin memberikan contoh. " Jimin menahan pinggang Seulgi."Diam saja ya, tidak ingin kan aku kasar lagi?" Bisik Jimin tepat ditelinga Seulgi.
Seulgi diam, mengerikan jika mengingat Jimin yang melakukan nya dengan kasar saat itu. Membuatnya mau tidak mau menuruti keinginan Jimin. Diam dan membiarkannya.
"Good girl. Aku suka kau menurut seperti ini." Jimin merapatkan tubuh Seulgi. Tangannya bergerak untuk melepaskan baju yang Seulgi kenakan, setelah itu satu tangannya menekan pinggang Seulgi dengan pinggulnya yang bergerak. Membuat miliknya yang sudah terbangun itu bergesekan dengan tubuh bagian bawah Seulgi yang masih sama sama terbalut celana. Seulgi berusaha keras menahan desahannya, ingin kembali menolak tapi juga tidak bisa berbohong kalau milik nya dibawah sana yang sedang bergesekan ikut menegang.
Beberapa menit hingga akhirnya Pakaian Seulgi sudah terlepas semuanya, berbeda dengan Jimin yang hanya menggunakan celana panjangnya. Seulgi masih dipangkuan Jimin, mengerang dengan lembut saat Jimin memainkan lidahnya dikedua dadanya bergantian. Dengan tubuh bagian bawah yang terus bergerak.
"Ahh Jim-min. Cepat" tidak peduli. Seulgi sudah sangat terangsang. Ingin segera dimasuki, rasanya perlakuan Jimin yang lembut seperti ini membuatnya lupa segalanya. Hanya ingin segera dimasuki dan dipuaskan. Kau akan tahu rasanya jika kau berada diposisi Seulgi, siapa juga yang tidak akan tergoda jika diperlakukan seperti ini.
Bukannya segera melepaskan celana dan melakukan intinya, Jimin malah berhenti. Menatap Seulgi dan menurunkannya dari pangkuan Jimin. "Sudah lelah ya? Yasudah, istirahat saja. Tidak akan kulanjutkan, aku tidak boleh memaksa bukan. Aku juga lupa ada janji bertemu wanita baru yang disediakan di bar temanku " Ucap Jimin sembari memakai kembali bajunya. Merapihkan rambutnya yang sempat teracak oleh Seulgi dan kemudian meninggalkan Seulgi dan tersenyum miring. Memtertawakan dalam hati.
Seulgi? Rasanya ingin mengacak seluruh isi apartemen ini lalu membunuh Jimin dan membuangnya dilautan.
"Brengsek. Park Jimin brengsek!" Teriak Seulgi saat Jimin tetap berjalan meninggalkannya. Lagi, Jimin menghancurkan harga dirinya.
.
.
.Ayo komentar nya ayoo 😆
Gimana? Ikut kesel kaya Seulgi gak ke Jimin? 😆
![](https://img.wattpad.com/cover/198904771-288-k874661.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [END]
FanfictionHanya ada dua kemungkinan di dunia ini tentang kata 'Kebetulan'. Satu, kemungkinan jika Kebetulan itu sendiri tidak ada di dunia ini. Dan dua, kemungkinan jika Kebetulan itu memang ada. Seperti saat Seulgi datang ke dunia Jimin, entah kebetulan ata...