Sebenarnya sangat benci melihat wajah pria dihadapannya , sangat . Tapi rasa penasaran nya sudah berada diujung tanduk , tak bisa ditahan lagi . Mengijinkan nya untuk berbicara bukan berarti memaafkan bukan ? Karena rasanya tak akan pernah ada kata maaf yang keluar untuk seorang pria seperti Park Jimin . Seulgi jamin itu , tak pantas .
Perawat yang sedari tadi melarang Jimin sudah keluar dari kamar inap Seulgi disana setelah wanita Kang itu mengijinkan Jimin untuk berada didalam sana . Membuat Jimin kini sudah duduk disamping Seulgi , menatap Seulgi dengan lekat .
"Maafkan aku." Kata pertama yang terucap dari Jimin setelah beberapa saat terdiam .
"Katakan apa yang akan kau katakan tadi . Aku tak butuh kata maaf mu . Aku bahkan sudah muak melihat wajahmu itu ." Tak ada lagi kata tak berani untuk Kang seulgi pada Park Jimin . Seulgi hanya mengatakan apa yang ingin dia katakan , tak segan segan .
"Tapi aku ingin meminta maaf terlebih dulu . Maafkan aku . Aku tak tahu jika kau akan senekat ini . Aku tidak memikirkan jika kau akan seperti ini , aku benar benar tak bermaksud . Aku memiliki alasan untuk mengatakan itu , sungguh"
Seulgi mendecih , tak akan lagi dia percaya omong kosong seorang Park brengsek Jimin .
"Begini , kukatakan satu hal padamu . Sebagus apapun alasannya , kau tetap salah . Bukan berarti jika kau memiliki alasan kau berhak melakukan apapun!"
Seulgi kembali menahan amarahnya , lagi lagi saat melihat Jimin rasanya ada api yang berkobar dalam dirinya .
"Ah aku lupa jika kau memang selalu berbuat semaumu . Seperti tak memiliki hati ataupun otak" Lanjutnya .Jimin terdiam mendengar perkataan Seulgi , sebenarnya tak terima namun juga tak bisa menyangkal . Memaklumi Seulgi yang memang sudah sepantasnya berkata seperti itu , mengingat semua yang telah dilakukan pada wanita itu .
"Jadi katakan apa yang kau maksud juga tentang Jaebum , lalu cepat pergi darisini"
Jimin menghela nafas nya dalam , sebenarnya tak ingin terburu-buru . Melihat Seulgi dengan wajah pucat , juga dengan selang infus yang menancap ditangan kanannya , atau kain kasa yang melingkar dipergelangan tangannya , tak bisa dipungkiri Jimin juga khawatir . Merasa bersalah . Ingin berbasa-basi namun Seulgi bahkan dengan terang terangan ingin dirinya cepat pergi dari sini .
"Aku berbohong"Dua kata yang Jimin ucapkan membuat dahi Seulgi mengernyit , bingung . Menunggu Jimin melanjutkan kata katanya tapi pria itu malah terdiam .
"Bukannya memang yang kau lakukan setiap hari adalah kebohongan . Dan kau baru mengakuinya sekarang ?"Jimin mengangguk setuju . "Iya , memang terlalu banyak kebohongan yang aku katakan padamu . Dan salah satunya tentang si bre- maksudku Jaebum ."
"Jaebum ?" oh ayolah , apa harus pria dihadapannya itu berbicara setengah setengah seperti itu . Seulgi sudah terlalu penasaran dengan nama sahabatnya itu yang disebutkan . Selama ini tak ada yang salah dengan Jaebum dimata Seulgi , ya walapun pembicaraan nya hari ini dengan dia sedikit aneh . Tapi tetap saja selama ini Jaebum tak seaneh itu . "Sialan , jelaskan yang benar . Kau membuat rasa kesal ku padamu bertambah ."
Jimin sedikit tertawa , hanya sebentar . Tidak , bukan mentertawakan apa yang dibahas atau keadaan Seulgi . Tapi gemas dengan Seulgi yang kini bahkan terlihat lucu dimata Jimin , menggemaskan saat dia tak sabaran . Baiklah , ini bukan waktu yang tepat untuk mengagumi Kang Seulgi .
"Jaebum menyukaimu"
Seulgi tertawa , "Lalu apa masalahnya ? Aku tahu itu"
"Dan dia menguntit mu"
Diam , Seulgi yang baru saja tertawa kini berbanding terbalik . Dia diam dengan mulut yang sedikit terbuka , melihat Jimin yang baru saja membuat nya berhenti tertawa . "Apa maksudmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [END]
FanficHanya ada dua kemungkinan di dunia ini tentang kata 'Kebetulan'. Satu, kemungkinan jika Kebetulan itu sendiri tidak ada di dunia ini. Dan dua, kemungkinan jika Kebetulan itu memang ada. Seperti saat Seulgi datang ke dunia Jimin, entah kebetulan ata...