SP - 21

1.1K 184 36
                                    

Sebenarnya sangat benci melihat wajah pria dihadapannya , sangat . Tapi rasa penasaran nya sudah berada diujung tanduk , tak bisa ditahan lagi . Mengijinkan nya untuk berbicara bukan berarti memaafkan bukan ? Karena rasanya tak akan pernah ada kata maaf yang keluar untuk seorang pria seperti Park Jimin . Seulgi jamin itu , tak pantas .

Perawat yang sedari tadi melarang Jimin sudah keluar dari kamar inap Seulgi disana setelah wanita Kang itu mengijinkan Jimin untuk berada didalam sana . Membuat Jimin kini sudah duduk disamping Seulgi , menatap Seulgi dengan lekat .

"Maafkan aku." Kata pertama yang terucap dari Jimin setelah beberapa saat terdiam .

"Katakan apa yang akan kau katakan tadi . Aku tak butuh kata maaf mu . Aku bahkan sudah muak melihat wajahmu itu ." Tak ada lagi kata tak berani untuk Kang seulgi pada Park Jimin . Seulgi hanya mengatakan apa yang ingin dia katakan , tak segan segan .

"Tapi aku ingin meminta maaf terlebih dulu . Maafkan aku . Aku tak tahu jika kau akan senekat ini . Aku tidak memikirkan jika kau akan seperti ini , aku benar benar tak bermaksud . Aku memiliki alasan untuk mengatakan itu , sungguh"

Seulgi mendecih , tak akan lagi dia percaya omong kosong seorang Park brengsek Jimin .
"Begini , kukatakan satu hal padamu . Sebagus apapun alasannya , kau tetap salah . Bukan berarti jika kau memiliki alasan kau berhak melakukan apapun!"
Seulgi kembali menahan amarahnya , lagi lagi saat melihat Jimin rasanya ada api yang berkobar dalam dirinya .
"Ah aku lupa jika kau memang selalu berbuat semaumu . Seperti tak memiliki hati ataupun otak" Lanjutnya .

Jimin terdiam mendengar perkataan Seulgi , sebenarnya tak terima namun juga tak bisa menyangkal . Memaklumi Seulgi yang memang sudah sepantasnya berkata seperti itu , mengingat semua yang telah dilakukan pada wanita itu .

"Jadi katakan apa yang kau maksud juga tentang Jaebum , lalu cepat pergi darisini"

Jimin menghela nafas nya dalam , sebenarnya tak ingin terburu-buru . Melihat Seulgi dengan wajah pucat , juga dengan selang infus yang menancap ditangan kanannya , atau kain kasa yang melingkar dipergelangan tangannya , tak bisa dipungkiri Jimin juga khawatir . Merasa bersalah . Ingin berbasa-basi namun Seulgi bahkan dengan terang terangan ingin dirinya cepat pergi dari sini .
"Aku berbohong"

Dua kata yang Jimin ucapkan membuat dahi Seulgi mengernyit , bingung . Menunggu Jimin melanjutkan kata katanya tapi pria itu malah terdiam .
"Bukannya memang yang kau lakukan setiap hari adalah kebohongan . Dan kau baru mengakuinya sekarang ?"

Jimin mengangguk setuju . "Iya , memang terlalu banyak kebohongan yang aku katakan padamu . Dan salah satunya tentang si bre- maksudku Jaebum ."

"Jaebum ?" oh ayolah , apa harus pria dihadapannya itu berbicara setengah setengah seperti itu . Seulgi sudah terlalu penasaran dengan nama sahabatnya itu yang disebutkan . Selama ini tak ada yang salah dengan Jaebum dimata Seulgi , ya walapun pembicaraan nya hari ini dengan dia sedikit aneh . Tapi tetap saja selama ini Jaebum tak seaneh itu . "Sialan , jelaskan yang benar . Kau membuat rasa kesal ku padamu bertambah ."

Jimin sedikit tertawa , hanya sebentar . Tidak , bukan mentertawakan apa yang dibahas atau keadaan Seulgi . Tapi gemas dengan Seulgi yang kini bahkan terlihat lucu dimata Jimin , menggemaskan saat dia tak sabaran . Baiklah , ini bukan waktu yang tepat untuk mengagumi Kang Seulgi .

"Jaebum menyukaimu"

Seulgi tertawa , "Lalu apa masalahnya ? Aku tahu itu"

"Dan dia menguntit mu"

Diam , Seulgi yang baru saja tertawa kini berbanding terbalik . Dia diam dengan mulut yang sedikit terbuka , melihat Jimin yang baru saja membuat nya berhenti tertawa . "Apa maksudmu?"

SERENDIPITY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang