"Jimin.Aku . membunuh. jaebum."
Jimin segera berlari menghampiri wanita Kang yang terduduk dihadapannya dengan tubuh yang bergetar , matanya bahkan tak fokus saat melihatnya . Kang Seulgi terlihat panik bahkan terbata bata saat berbicara .
"Seul"Jimin segera mensejajarkan tubuhnya dengan Seulgi , menarik wanita itu kedalam pelukannya .
"Jim. Aku membunuh ." Hanya kata itu yang terlontar dari mulutnya , tak membalas pelukan Jimin namun tubuh dan tangan nya masih gemetar dengan hebat . Matanya hanya menatap lurus pada pria yang tergeletak dihadapannya , yang justru semakin membuatnya bergerak tak karuan .
"Seul , tenangkan dulu dirimu ."Jimin semakin mengeratkan pelukannya . Melihat keadaan Seulgi dengan rambut yang teracak , bahkan bibir yang membengkak dengan sedikit darah disana membuat Jimin ingin sekali memilih menginjak pria yang tengah tergeletak itu . Tak perduli dengan keadaan nya sekarang yang pasti Jimin ingin sekali menyalurkan emosi nya , namun sayang Jimin lebih memilih memeluk Seulgi yang kini bahkan sudah menangis dalam pelukannya . Jimin bisa merasakan bagaimana ketakutannya , yang terpenting sekarang adalah wanita dipelukannya itu .
"Aku pembunuh. Aku membunuh temanku sendiri ." Seulgi berbicara tak karuan , disela isak tangisnya dia berusaha berbicara .
"Tenang Seul , diam . Jangan menangis ." Jimin melepaskan pelukannya , kemudian berdiri meninggalkan Seulgi yang masih terlihat panik .
Jimin berjalan menuju pintu , menutup pintunya yang sedari tadi terbuka dengan lebar . Kemudian kembali berbalik , berjongkok dihadapan Jaebum . Tangannya terulur didepan hidung Jaebum , memeriksa nafasnya . Setelahnya memegang pergelangan tangan Jaebum , memeriksa nadinya .
Jimin berjalan dengan cepat kesana kemari , sampai dia menemukan sebuah kertas dan pena , menuliskan sesuatu disana . "Seul , sekarang kau pergi dari sini . Bawa beberapa bajumu . Pergi ketempat ini dan jangan hubungi aku sebelum aku yang menghubungimu lebih dulu. Disana kau akan bertemu Sungwoon , dia akan meminjamkan kartu kreditnya . Akan terlalu bahaya jika membawa milikku. Mengerti ? Kita tak ada banyak waktu , jadi cepat pergi sekarang . Maafkan aku tidak bisa menemanimu ." Ucap Jimin sembari membantu Seulgi untuk berdiri dari duduknya .
"Jimin , kau mau aku melarikan diri ?" Tanya Seulgi tak percaya .
"Lakukan saja seperti yang aku bilang tadi " Jimin merapikan rambut dan pakaian Seulgi dengan tangannya , hingga penampilan Seulgi sedikit lebih rapi. sedikit .
"Jimin . Aku yang membunuh . Kau yang harus pergi . Aku pembunuh!" Ucap Seulgi dengan nada bicara yang ia naikkan .
"Kau bukan pembunuh!" Balas Jimin tak ingin kalah dari Seulgi . "Dia masih bernafas , denyut nadinya juga masih bisa kurasakan ." Lanjutnya dengan sedikit melembut . "Jadi kau bukan pembunuh. Pergi sekarang dan aku akan menghubungi polisi"
"Lalu kenapa kau menyuruhku pergi ?" Seulgi malah semakin menangis , memegang kedua lengan Jimin .
"Kau tetap akan mendapat hukuman walaupun kau berusaha membela diri . Polisi akan terus mengorek informasimu entah kau akan menjadi tersangka ataupun korban . Aku tak ingin semua nya terbongkar , kau akan mendapat cap buruk dari orang orang . Aku tak ingin itu terjadi " Jimin menggenggam kedua tangan Seulgi , dengan matanya yang menatap Seulgi meminta pengertian .
Seulgi menggelengkan kepalanya . "Aku juga tak mau kau mendapat cap buruk untuk apa yang kulakukan ."
"Seul kmohon . Dengarkan aku . Aku harus segera menelfon polisi dan ambulance untuk segera menyelamatkan Jaebum . Sebelum semuanya bertambah parah " Jimin mengacak rambtnya sendiri .

KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [END]
Hayran KurguHanya ada dua kemungkinan di dunia ini tentang kata 'Kebetulan'. Satu, kemungkinan jika Kebetulan itu sendiri tidak ada di dunia ini. Dan dua, kemungkinan jika Kebetulan itu memang ada. Seperti saat Seulgi datang ke dunia Jimin, entah kebetulan ata...