SP-27

1.1K 174 23
                                    

Entah apa yang ada dipikiran Seulgi saat mengatakannya , membuat Jimin kebingungan sendiri memikirkan berbagai hal. Tubuhnya mematung , benar benar tak bergerak sama sekali dengan mulut yang tertutup rapat . Terlebih saat Seulgi sudah mendekatkan wajahnya pada Jimin.

"Jim, apa kau segugup itu?" Seulgi kembali memundurkan wajahnya. Melihat pada Jimin yang menghela nafsanya setelah dia menjauhkan wajah nya dari wajah Jimin.

Jimin menggeleng. "Aku takut"

Seulgi mengangkat kedua alisnya . "Takut ? Padaku?" Seulgi membuka mulutnya tak percaya, yang benar saja.

"Tidak. Tidak. Maksudku tidak seperti itu" Bantah Jimin dengan cepat.

"Lalu?" Seulgi memiringkan wajahnya , menunggu jawaban dari Jimin

"Begini." Jimin mengelus tengkuknya sendiri , kebingungan. "Ah terserahlah. Begini , seul kau tahu aku selalu tak bisa menahannya. Dan sekarang aku menahannya , aku terlalu takut melakukannya lagi . Terlebih kau baru saja melalui hal yang buruk dari Jaebum, bahkan kemarin kau menghentikanku. Aku takut aku tak bisa menahan nya lagi hingga akhirnya aku memaksamu kembali, walaupun sungguh aku berniat tak akan pernah seperti itu" Jelas Jimin.

Seulgi menganggukan kepalanya mengerti dengan penjelasan Jimin , ya walaupun tetap terlihat aneh melihat Jimin yang seperti ini. "Untuk itu , aku ingin tahu dengan melakukannya. Setiap sentuhan yang kita lakukan bisa menjelaskan bagaimana yang sesungguhnya. Itu yang kudengar."

Jimin terkekeh . "Kau dengar darimana ? Astaga , aku baru saja berfikir jika aku menulari pikiranmu tentang hal seperti itu. Tapi kurasa aku tak pernah mengatakan itu."

"Internet."

Jimin tertawa mendengar jawaban Seulgi , terdengar lucu untuknya. "Kau percaya pada internet ? Sekarang hentikan dan istirahat saja . Ah aku tidak akan memberikan atau membelikanmu ponsel sekarang , aku tidak mau kau melihat berbagai macam komentar atas beritamu. Terlalu banyak kebohongan yang disajikan internet , ya seperti termasuk yang kau katakan tadi" Jelas Jimin sembari terkekeh .

Seulgi mendecak kesal, Jimin sama saja seperti menganggap Seulgi bodoh bukan?. "Terserah, aku hanya mengatakannya. Kalau tidak mau ya sudah" Seulgi berdiri dari duduknya , berniat meninggalkan Jimin disana.

"Memangnya tak apa jika aku menyentuhmu, lagi?" Pertanyaan Jimin sukses membuat Seulgi menghentikan langkahnya. Jimin terdengar serius dengan pertanyaannya.

Seulgi kemudian diam , dia juga tak begitu yakin sebenarnya. "Haruskah kita mencobanya?" Jawab Seulgi yang sudah kembali berbalik menatap Jimin.

Kini giliran Jimin yang terdiam, lebih tepatnya berfikir. Dua sisi dalam dirinya seakan tengah berargumen, entah siapa yang akan memenangkan nya yang jelas Jimin terlihat ragu. "Tidak apa apa ? Kau yakin?" Lagi lagi bertanya.

Seulgi mengangguk perlahan. "Kurasa"

Sebenarnya ini mungkin adalah hal yang terdengar gila , tapi entah kenapa Seulgi juga ingin mencobanya . Atau mungkin , dia juga merindukan Jimin. Merindukan segala hal tentang Jimin terlepas dari bagaimana perbuatannya selama ini.

Jimin bangkit dari duduknya , berjalan dan menarik tangan Seulgi . Hingga pada akhirnya sisi lain pada dirinya yang memenangkan. Jimin sendiri kalah , tak bisa lagi menahan ataupun menolak. Kang Seulgi , adalah hal yang begitu ia rindukan dan inginkan saat ini .

Jimin menarik Seulgi menuj kamarnya , mendudukan wanita kang itu disisi ranjang diikuti dirinya yang duduk disampingnya . Kedua nya saling menatap , seakan tengah berkomunikasi satu sama lain . Hingga akhirnya satu tangan Jimin terlur memegang sisi leher Seulgi , membuat wanita itu memejamkan matanya.

SERENDIPITY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang