Kantung mata yang terlihat diwajah Seulgi sama sekali tak mengurangi kecantikan diwajahnya . Namun wajahnya bisa menunjukan bagaimana kualitas tidurnya yang tak baik , belum lagi memang sebelumnya banyak menangis . Wajahnya masih terlihat pucat , namun sudah jauh lebih baik daripada kemarin .Dia tidak bisa melanjutkan tidurnya setelah terganggu semalam , pasalnya kepalanya seakan berputar mencari jawaban , berusaha mencerna dengan baik semua hal yang ia dapatkan . Walaupun tetap saja hasilnya nihil , dia benar benar masih tak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi . Terlalu banyak hal yang membingungkan .
Seulgi melirik pintu yang tertutup rapat , dia menunggu seseorang membuka pintunya . Iya , Seulgi menunggunya , orang yang semalam berjanji datang kembali kemari . Sudah kesekian kalinya dia melirik pintu namun tak kunjung terbuka , sekalipun terbuka yang datang bukanlah orang yang dia tunggu , melainkan dokter ataupun perawat yang berniat memeriksa keadaan nya .
Yang bisa ia lakukan hanya menunggu dengan diam , sebenarnya membosankan namun tak ada lagi yang ia bisa lakukan . Ponselpun tak ada ditangannya , benda itu sepertinya masih berada diapartemen . Percuma juga , Seulgi tak berniat mengambilnya karena ponsel itu salah satu pemberian Jimin jadi tak mungkin ia ambil kembali . Yang dia lakukan tak ingin lagi menerima barang ataupun sejenisnya dari Park Jimin .
Pintu terbuka , membuat Seulgi menoleh dengan cepat kearah pintu , ia bahkan segera duduk menyandar . Tapi kemudian Seulgi menghela nafas nya kecewa saat melihat siapa yang datang .
"Seulgi ?" Pria dengan pakaian rapi itu berjalan masuk, menghampiri Seulgi .
"Kai , ada apa kau kemari ?" Tanya Seulgi dengan wajah datarnya .
"Ah kau pasti kecewa melihat aku yang datang . Tenang saja Jimin juga akan datang kemari sebentar lagi , dia masih harus menguruskan beberapa hal " Jelas Kai yang kemudian menaruh buket bunga yang ia bawa ditangannya diatas nakas disamping ranjang Seulgi . "Mawar putih . Bunga yang berarti permintaan maaf " Lanjutnya sembari duduk disofa yang ada diruangan itu , tak jauh dari tempat Seulgi .
"Ah ini bukan dariku , Jimin meminta ku membawa dan memberikannya padamu lebih dulu , tapi aku yang memberi saran padanya . Jadi bisa dibilang aku ikut berpartisipasi dalam rangkaian bunga ini , mengerti kah maksudku ? Maksudku aku juga ingin ikut meminta maaf , soal waktu itu" Ucap Kai lagi dengan lancarnya .
"Pertama , aku tak pernah menunggu teman mu itu . Kedua , aku berterimakasih untuk bunga nya tapi aku tak begitu menyukai bunga . Ketiga , aku tak bisa begitu saja memberi maaf pada kalian" Seulgi membuka suara setelah mendengar perkataan kai yang baginya seperti ocehan .
Kai hanya mengangkat bahu , terserah saja toh niatnya sudah baik .
Pintu kembali terbuka , membuat Seulgi lagi lagi menoleh pada pintu dengan cepat untuk melihat siapa lagi yang datang .
"Sungwoon , mana Jimin ?" Ujar Kai saat pria yang baru saja ia panggil namanya itu masuk kesana .
"Segera kemari . Ah Seulgi ?" Sungwoon berjalan , mendekati Seulgi . "Aku Sungwoon , teman Jimin dan juga pria yang sedang duduk itu. " Ucap Sungwoon yang sudah mengulurkan tangannya .
Seulgi sama sekali tak menggerakan tangannya , tak berniat untuk meraih uluran tangan pria yang baru saja memperkenalkan nama padanya itu .
"Aku tahu namamu , aku juga pernah melihatmu sebelumnya .""Ah benarkah ? Dimana kita pernah bertemu? Atau Jimin yang memberitahumu ?"
Seulgi mendecih . "Merendah . Namamu saja sudah sering muncul di berbagai berita."
"Ah itu , tunggu aku tidak pernah bermaksud untuk merendah . Kau tahu ? Aku lebih suka langsung meroket daripada harus merendah terlebih dulu." Ucap Sungwoon dengan tawanya .
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [END]
FanficHanya ada dua kemungkinan di dunia ini tentang kata 'Kebetulan'. Satu, kemungkinan jika Kebetulan itu sendiri tidak ada di dunia ini. Dan dua, kemungkinan jika Kebetulan itu memang ada. Seperti saat Seulgi datang ke dunia Jimin, entah kebetulan ata...