SP-22

1.2K 194 23
                                    


 Kantung mata yang terlihat diwajah Seulgi sama sekali tak mengurangi kecantikan diwajahnya . Namun wajahnya bisa menunjukan bagaimana kualitas tidurnya yang tak baik , belum lagi memang sebelumnya banyak menangis . Wajahnya masih terlihat pucat , namun sudah jauh lebih baik daripada kemarin . 

Dia tidak bisa melanjutkan tidurnya setelah terganggu semalam , pasalnya kepalanya seakan berputar mencari jawaban , berusaha mencerna dengan baik semua hal yang ia dapatkan . Walaupun tetap saja hasilnya nihil , dia benar benar masih tak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi . Terlalu banyak hal yang membingungkan .

Seulgi melirik pintu yang tertutup rapat , dia menunggu seseorang membuka pintunya . Iya , Seulgi menunggunya , orang yang semalam berjanji datang kembali kemari . Sudah kesekian kalinya dia melirik pintu namun tak kunjung terbuka , sekalipun terbuka yang datang bukanlah orang yang dia tunggu , melainkan dokter ataupun perawat yang berniat memeriksa keadaan nya .

Yang bisa ia lakukan hanya menunggu dengan diam , sebenarnya membosankan namun tak ada lagi yang ia bisa lakukan . Ponselpun tak ada ditangannya , benda itu sepertinya masih berada diapartemen . Percuma juga , Seulgi tak berniat mengambilnya karena ponsel itu salah satu pemberian Jimin jadi tak mungkin ia ambil kembali . Yang dia lakukan tak ingin lagi menerima barang ataupun sejenisnya dari Park Jimin .

Pintu terbuka , membuat Seulgi menoleh dengan cepat kearah pintu , ia bahkan segera duduk menyandar . Tapi kemudian Seulgi menghela nafas nya kecewa saat melihat siapa yang datang .

"Seulgi ?" Pria dengan pakaian rapi itu berjalan masuk, menghampiri Seulgi .

"Kai , ada apa kau kemari ?" Tanya Seulgi dengan wajah datarnya .

"Ah kau pasti kecewa melihat aku yang datang . Tenang saja Jimin juga akan datang kemari sebentar lagi , dia masih harus menguruskan beberapa hal " Jelas Kai yang kemudian menaruh buket bunga yang ia bawa ditangannya diatas nakas disamping ranjang Seulgi . "Mawar putih . Bunga yang berarti permintaan maaf " Lanjutnya sembari duduk disofa yang ada diruangan itu , tak jauh dari tempat Seulgi .

"Ah ini bukan dariku , Jimin meminta ku membawa dan memberikannya padamu lebih dulu , tapi aku yang memberi saran padanya . Jadi bisa dibilang aku ikut berpartisipasi dalam rangkaian bunga ini , mengerti kah maksudku ? Maksudku aku juga ingin ikut meminta maaf , soal waktu itu" Ucap Kai lagi dengan lancarnya .

"Pertama , aku tak pernah menunggu teman mu itu . Kedua , aku berterimakasih untuk bunga nya tapi aku tak begitu menyukai bunga . Ketiga , aku tak bisa begitu saja memberi maaf pada kalian" Seulgi membuka suara setelah mendengar perkataan kai yang baginya seperti ocehan .

Kai hanya mengangkat bahu , terserah saja toh niatnya sudah baik .

Pintu kembali terbuka , membuat Seulgi lagi lagi menoleh pada pintu dengan cepat untuk melihat siapa lagi yang datang .

"Sungwoon , mana Jimin ?" Ujar Kai saat pria yang baru saja ia panggil namanya itu masuk kesana .

"Segera kemari . Ah Seulgi ?" Sungwoon berjalan , mendekati Seulgi . "Aku Sungwoon , teman Jimin dan juga pria yang sedang duduk itu. " Ucap Sungwoon yang sudah mengulurkan tangannya .

Seulgi sama sekali tak menggerakan tangannya , tak berniat untuk meraih uluran tangan pria yang baru saja memperkenalkan nama padanya itu .
"Aku tahu namamu , aku juga pernah melihatmu sebelumnya ."

"Ah benarkah ? Dimana kita pernah bertemu? Atau Jimin yang memberitahumu ?"

Seulgi mendecih . "Merendah . Namamu saja sudah sering muncul di berbagai berita."

"Ah itu , tunggu aku tidak pernah bermaksud untuk merendah . Kau tahu ? Aku lebih suka langsung meroket daripada harus merendah terlebih dulu." Ucap Sungwoon dengan tawanya .

SERENDIPITY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang