SP-14

1.3K 194 20
                                    

Sebelumnya mau ingetin . Jangan lupa vote dan komentar nya ya . Spam komentar apalagi.  Kritik dan saran nya juga boleh .

___

Perjalanan mereka benar benar diisi dengan keheningan, tak ada yang berani mengatakan sepatah katapun . Baik Jimin yang bungkam tanpa ekspresi , ataupun Seulgi yang kesal dengan Jimin yang memaksanya seenaknya , ya walaupun memang sebenarnya bagaimana pun Jimin adalah atasannya . Entah itu tentang agensi , ataupun perjanjian diantara mereka pribadi . Tapi tetap saja Seulgi juga kesal jika Jimin seenaknya pada dirinya , dia sendiri juga berhak atas dirinya sendiri , tidak bisa   jika diperintah seenaknya seperti itu .

Mereka benar benar terdiam hingga ke Hotel dimana mereka menginap malam ini hingga entah kapan , Jimin tak mengatakannya . Sebenarnya Seulgi sempat berani membuka suara , lebih tepatnya sebuah protes pada Jimin .

"Hanya satu kamar ? Jimin kau serius ? " Bukannya jawaban yang Seulgi dapatkan melainkan Jimin yang berjalan mendahului nya setelah tersenyum pada wanita cantik dibelakang meja receptionist dan mendapatkan kuncinya . Tentu saja Seulgi tak bisa melakukan apapun kecuali mengekor dibelakang Jimin yang melangkah dengan cepat, membuatnya harus berjalan cepat mengejar ketertinggalannya dari Jimin .

Bukannya tak berani untuk berpisah dari Jimin , tapi dia bahkan tak membawa dompetnya . Jangankan dompet , dia saja hanya membawa baju yang saat ini dipakainya dan juga ponsel yang berada dalam genggamannya . Jadi bagaimana mungkin dia bisa berpisah dari Jimin yang membawanya kemari dalam keadaan seperti ini , kenalan atau hal semacamnya saja dia tak punya . Jika masih dinegaranya mungkin bisa saja , tapi ini bukan negaranya . Berbicara dengan orang lain disini saja sudah cukup sulit .

"Baiklah , berhenti berlagak keren dengan diammu tuan Park . Aku yang berhak untuk marah padamu disini , kau membawa ku keluar dari negaraku lalu memaksaku bersikap seperti itu saat kau bilang ada kamera , dan setelah itu kau diam bahkan saat aku bertanya . Kau pikir kau terlihat keren dengan seperti itu huh ? " Seulgi sudah tidak tahan dengan suasana yang seperti ini , ia juga membutuhkan penjelasan . Dia seperti orang bodoh jika hanya harus diam dan menuruti Jimin tanpa tahu apapun .

"Beristirahatlah dulu . Aku harus pergi , ada yang harus aku lakukan" Jimin kembali berjalan keluar kamar yang bahkan baru beberapa saat ia dan Seulgi masuki . Jimin kembali meninggalkan Seulgi begitu saja tanpa jawaban atas pertanyaan yang Seulgi layangkan .

"Brengsek " Demi apapun Seulgi sudah kesal sekali , tangannya bahkan sudah mengepal dengan cukup kuat . Oke beruntunglah Jimin yang sudah pergi meninggalkannya , jika saja pria itu masih dihadapannya mungkin kepalan tangannya sudah mendarat diwajah tampan itu dan meninggalkan bekas dan rasa yang cukup menyakitkan .

Seulgi sempat terduduk sebentar ditepi kasur , berusaha menenangkan dirinya sendiri . Matanya mengarah kepintu yang tak jauh dari tempatnya berada yang mana sudah pasti Kamar mandi pikirnya . Merendam tubuhnya pasti bisa membantunya mendinginkan kepala akibat pria brengsek yang baru saja keluar dari kamar itu .
"Ah benar , pakaianku . sialan " Baru saja ia berniat bangun dari duduknya Seulgi baru teringat jika tak ada pakaian lain selain yang dipakainya . 

Tapi dia juga butuh mandi sekarang , bahkan ini sudah malam dan dia merasa tak nyaman dengan itu . "Terserah lah" Ucap nya sembari melangkah ke kamar mandi . Pikirkan soal pakaian nanti.

Air yang sudah dipenuhi busa itu berhasil membuat Seulgi nyaman untuk berada didalamnya , nuansa hotel yang baru Seulgi sadari juga berhasil membuatnya takjub , belum lagi kamar mandinya ini yang terbilang sangat mewah . Baiklah , dia bisa sedikit kurangi rasa kesalnya pada Jimin karena sudah membiarkannya berada ditempat mewah seperti ini dan memanjakan dirinya sendiri , hanya bisa dikurangi sedikit saja . Hanya sedikit yang bisa dikurangi , tak bisa lebih .

Satu , dua , tiga , puluhan menit Seulgi bersantai dan membersihkan dirinya . Sungguh , rasanya nyaman dan menenangkan hingga tak sadar dia bermain air selama itu . Jari jari ditelapak tangannya bahkan sudah menunjukan jika ia terlalu lama berada di air . "Apa aku harus memakai bajuku yang tadi saja ?" Seulgi bertanya pada dirinya sendiri . Jika sudah bertanya sendiri seperti itu sudah berarti dia sedang dalam kebingungan . Yang ia kenakan saat ini hanyalah Bathrobe yang memang sudah tersedia dihotel ini , benar benar hanya itu . tak ada yang lain lagi didalamnya .

Ia tersenyum saat melihat pantulan dirinya sendiri dikaca . "Kubalas kau Park "

_____

Pukul 22.03 , Park Jimin kembali ke hotel dengan mobil yang memang sudah ia sewa untuk nya selama berada disini . Kedua tangannya penuh dengan bag papper dengan berbagai ukuran dan isi . Tanpa basa basi ia menuju kamar yang ia sewa , dimana wanita yang sempat ia tinggalkan berada . Sungguh , beberapa orang yang melihatnya menatap kagum pada Jimin . Bahkan beberapa orang yang sempat melihat nya bersama Seulgi tadi lebih kagum lagi , berpikir Jimin adalah pria manis yang rela membawakan apa yang diinginkan kekasih nya . Membuat iri juga tentunya , apalagi bagi wanita lajang yang melihat .

Padahal jika Seulgi tahu itu mungkin yang akan ddipikirkannya adalah kata 'ingin muntah' . Tidak tahu saja bagaimana sikap menyebalkan seorang Park Jimin .

Tak ada sambutan saat Jimin memasuki kamarnya , yang tertangkap indera nya hanya seorang wanita dengan rambut terlihat baru saja kering dengan bathrobe yang melekat pada tubuhnya tengah berbaring dikasur dengan mata yang terpejam .

Jimin meletakan barang yang ia bawa dan mendekati nya . Tangannya meraih selimut dan menutupi tubuh Seulgi . 

Namun beberapa saat setelah itu , saat Jimin baru saja berbalik sebuah gumaman kecil terdengar ditelinga nya , membuat ia kembali berbalik . Dan selimut yang sebelumnya ia gunakan untuk menyelimuti Seulgi sudah terbuka lagi . Jimin menaikan satu alisnya , saat setelah itu Seulgi bergerak asal , membuat bathrobe yang ia gunakan sedikit tersingkap dan semakin menunjukan kulit pahanya . Tak hanya itu , tubuh Seulgi kembali bergerak dan berganti posisi menjadi menyamping dan mebelakangi Jimin .

Jimin tersenyum melihatnya . "Berhenti menggodaku Seul ." Kini Jimin berbalik , kembali menuju barang yang sebelumnya ia bawa . "Aku tahu kau tidak tidur , buka matamu. Aku membawa beberapa pakaian dan makanan . Aku tahu kau pasti tak memesan apapun pada pihak hotel karena menunggu ku dengan pakaian seperti itu "

Wajah Seulgi mengernyit saat mendengar ucapan Jimin . Bisa bisanya pria itu tahu . Sudah bisa dibayangkan bagaimana merahnya wajah Seulgi saat ini , bahkan untuk membuka matapun terlalu memalukan untuknya .

"Masih tidak mau membuka mata ? Baiklah biar kulihat sejauh mana keberanianmu" Ucap Jimin dengan sebuah seringaian dibibirnya , ia duduk dikursi yang menghadap kearah kasur , menatap tubuh wanita yang masih berpura-pura tertidur disana .

Masih tak ada jawaban , namun saat ini pun tak ada pergerakan lagi . Jika Jimin hanya tersenyum dan menatap dengan satu tangan yang ia gunakan untuk menopang dagunya . Berbeda dengan Seulgi yang meremat selimut yang sempat ia singkirkan dari tubuhnya . Rasanya ingin sekali menariknya kembali dan menutup tubuhnya . Atau jika bisa langsung tertidur , atau pingsan saja sekalian . Tapi tidak mungkin bukan , terlalu mustahil . Untuk bergerak sedikit saja rasanya akan sangat memalukan .

"Begini saja ? tak ada yang lain ? Sayang sek-"

Jimin menghentikan kalimatnya . Matanya terbuka sempurna , senyumannya terganti dengan wajah yang terkejut . Benar-benar tak ia bayangkan sebelumnya , Seulgi bangun dari tidur pura puranya itu dan berdiri disamping kasur . Tentu saja tak hanya itu , ikatan bathrobe yang melilit ditubuhnya dilepas dengan cepat . Seulgi membiarkan bathrobe itu terbuka , namun tak melepas sepenuhnya dari tubuhnya .

"Apa masih kurang tuan Park Jimin ?"

Lupakan soal rasa malu . Seulgi puas dengan ekspresi yang bisa ia lihat dari Jimin , pria yang baru saja meremehkannya itu terkejut dengan wajah yang memerah . Memangnya hanya dia saja yang bisa , Seulgi juga bisa membalas jika ingin . Apapun itu .

.

.

.

SERENDIPITY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang