Sebelumnya mau ingetin . Jangan lupa vote dan komentar nya ya . Spam komentar apalagi. Kritik dan saran nya juga boleh .
___
Perjalanan mereka benar benar diisi dengan keheningan, tak ada yang berani mengatakan sepatah katapun . Baik Jimin yang bungkam tanpa ekspresi , ataupun Seulgi yang kesal dengan Jimin yang memaksanya seenaknya , ya walaupun memang sebenarnya bagaimana pun Jimin adalah atasannya . Entah itu tentang agensi , ataupun perjanjian diantara mereka pribadi . Tapi tetap saja Seulgi juga kesal jika Jimin seenaknya pada dirinya , dia sendiri juga berhak atas dirinya sendiri , tidak bisa jika diperintah seenaknya seperti itu .
Mereka benar benar terdiam hingga ke Hotel dimana mereka menginap malam ini hingga entah kapan , Jimin tak mengatakannya . Sebenarnya Seulgi sempat berani membuka suara , lebih tepatnya sebuah protes pada Jimin .
"Hanya satu kamar ? Jimin kau serius ? " Bukannya jawaban yang Seulgi dapatkan melainkan Jimin yang berjalan mendahului nya setelah tersenyum pada wanita cantik dibelakang meja receptionist dan mendapatkan kuncinya . Tentu saja Seulgi tak bisa melakukan apapun kecuali mengekor dibelakang Jimin yang melangkah dengan cepat, membuatnya harus berjalan cepat mengejar ketertinggalannya dari Jimin .
Bukannya tak berani untuk berpisah dari Jimin , tapi dia bahkan tak membawa dompetnya . Jangankan dompet , dia saja hanya membawa baju yang saat ini dipakainya dan juga ponsel yang berada dalam genggamannya . Jadi bagaimana mungkin dia bisa berpisah dari Jimin yang membawanya kemari dalam keadaan seperti ini , kenalan atau hal semacamnya saja dia tak punya . Jika masih dinegaranya mungkin bisa saja , tapi ini bukan negaranya . Berbicara dengan orang lain disini saja sudah cukup sulit .
"Baiklah , berhenti berlagak keren dengan diammu tuan Park . Aku yang berhak untuk marah padamu disini , kau membawa ku keluar dari negaraku lalu memaksaku bersikap seperti itu saat kau bilang ada kamera , dan setelah itu kau diam bahkan saat aku bertanya . Kau pikir kau terlihat keren dengan seperti itu huh ? " Seulgi sudah tidak tahan dengan suasana yang seperti ini , ia juga membutuhkan penjelasan . Dia seperti orang bodoh jika hanya harus diam dan menuruti Jimin tanpa tahu apapun .
"Beristirahatlah dulu . Aku harus pergi , ada yang harus aku lakukan" Jimin kembali berjalan keluar kamar yang bahkan baru beberapa saat ia dan Seulgi masuki . Jimin kembali meninggalkan Seulgi begitu saja tanpa jawaban atas pertanyaan yang Seulgi layangkan .
"Brengsek " Demi apapun Seulgi sudah kesal sekali , tangannya bahkan sudah mengepal dengan cukup kuat . Oke beruntunglah Jimin yang sudah pergi meninggalkannya , jika saja pria itu masih dihadapannya mungkin kepalan tangannya sudah mendarat diwajah tampan itu dan meninggalkan bekas dan rasa yang cukup menyakitkan .
Seulgi sempat terduduk sebentar ditepi kasur , berusaha menenangkan dirinya sendiri . Matanya mengarah kepintu yang tak jauh dari tempatnya berada yang mana sudah pasti Kamar mandi pikirnya . Merendam tubuhnya pasti bisa membantunya mendinginkan kepala akibat pria brengsek yang baru saja keluar dari kamar itu .
"Ah benar , pakaianku . sialan " Baru saja ia berniat bangun dari duduknya Seulgi baru teringat jika tak ada pakaian lain selain yang dipakainya .Tapi dia juga butuh mandi sekarang , bahkan ini sudah malam dan dia merasa tak nyaman dengan itu . "Terserah lah" Ucap nya sembari melangkah ke kamar mandi . Pikirkan soal pakaian nanti.
Air yang sudah dipenuhi busa itu berhasil membuat Seulgi nyaman untuk berada didalamnya , nuansa hotel yang baru Seulgi sadari juga berhasil membuatnya takjub , belum lagi kamar mandinya ini yang terbilang sangat mewah . Baiklah , dia bisa sedikit kurangi rasa kesalnya pada Jimin karena sudah membiarkannya berada ditempat mewah seperti ini dan memanjakan dirinya sendiri , hanya bisa dikurangi sedikit saja . Hanya sedikit yang bisa dikurangi , tak bisa lebih .
Satu , dua , tiga , puluhan menit Seulgi bersantai dan membersihkan dirinya . Sungguh , rasanya nyaman dan menenangkan hingga tak sadar dia bermain air selama itu . Jari jari ditelapak tangannya bahkan sudah menunjukan jika ia terlalu lama berada di air . "Apa aku harus memakai bajuku yang tadi saja ?" Seulgi bertanya pada dirinya sendiri . Jika sudah bertanya sendiri seperti itu sudah berarti dia sedang dalam kebingungan . Yang ia kenakan saat ini hanyalah Bathrobe yang memang sudah tersedia dihotel ini , benar benar hanya itu . tak ada yang lain lagi didalamnya .
Ia tersenyum saat melihat pantulan dirinya sendiri dikaca . "Kubalas kau Park "
_____
Pukul 22.03 , Park Jimin kembali ke hotel dengan mobil yang memang sudah ia sewa untuk nya selama berada disini . Kedua tangannya penuh dengan bag papper dengan berbagai ukuran dan isi . Tanpa basa basi ia menuju kamar yang ia sewa , dimana wanita yang sempat ia tinggalkan berada . Sungguh , beberapa orang yang melihatnya menatap kagum pada Jimin . Bahkan beberapa orang yang sempat melihat nya bersama Seulgi tadi lebih kagum lagi , berpikir Jimin adalah pria manis yang rela membawakan apa yang diinginkan kekasih nya . Membuat iri juga tentunya , apalagi bagi wanita lajang yang melihat .
Padahal jika Seulgi tahu itu mungkin yang akan ddipikirkannya adalah kata 'ingin muntah' . Tidak tahu saja bagaimana sikap menyebalkan seorang Park Jimin .
Tak ada sambutan saat Jimin memasuki kamarnya , yang tertangkap indera nya hanya seorang wanita dengan rambut terlihat baru saja kering dengan bathrobe yang melekat pada tubuhnya tengah berbaring dikasur dengan mata yang terpejam .
Jimin meletakan barang yang ia bawa dan mendekati nya . Tangannya meraih selimut dan menutupi tubuh Seulgi .
Namun beberapa saat setelah itu , saat Jimin baru saja berbalik sebuah gumaman kecil terdengar ditelinga nya , membuat ia kembali berbalik . Dan selimut yang sebelumnya ia gunakan untuk menyelimuti Seulgi sudah terbuka lagi . Jimin menaikan satu alisnya , saat setelah itu Seulgi bergerak asal , membuat bathrobe yang ia gunakan sedikit tersingkap dan semakin menunjukan kulit pahanya . Tak hanya itu , tubuh Seulgi kembali bergerak dan berganti posisi menjadi menyamping dan mebelakangi Jimin .
Jimin tersenyum melihatnya . "Berhenti menggodaku Seul ." Kini Jimin berbalik , kembali menuju barang yang sebelumnya ia bawa . "Aku tahu kau tidak tidur , buka matamu. Aku membawa beberapa pakaian dan makanan . Aku tahu kau pasti tak memesan apapun pada pihak hotel karena menunggu ku dengan pakaian seperti itu "
Wajah Seulgi mengernyit saat mendengar ucapan Jimin . Bisa bisanya pria itu tahu . Sudah bisa dibayangkan bagaimana merahnya wajah Seulgi saat ini , bahkan untuk membuka matapun terlalu memalukan untuknya .
"Masih tidak mau membuka mata ? Baiklah biar kulihat sejauh mana keberanianmu" Ucap Jimin dengan sebuah seringaian dibibirnya , ia duduk dikursi yang menghadap kearah kasur , menatap tubuh wanita yang masih berpura-pura tertidur disana .
Masih tak ada jawaban , namun saat ini pun tak ada pergerakan lagi . Jika Jimin hanya tersenyum dan menatap dengan satu tangan yang ia gunakan untuk menopang dagunya . Berbeda dengan Seulgi yang meremat selimut yang sempat ia singkirkan dari tubuhnya . Rasanya ingin sekali menariknya kembali dan menutup tubuhnya . Atau jika bisa langsung tertidur , atau pingsan saja sekalian . Tapi tidak mungkin bukan , terlalu mustahil . Untuk bergerak sedikit saja rasanya akan sangat memalukan .
"Begini saja ? tak ada yang lain ? Sayang sek-"
Jimin menghentikan kalimatnya . Matanya terbuka sempurna , senyumannya terganti dengan wajah yang terkejut . Benar-benar tak ia bayangkan sebelumnya , Seulgi bangun dari tidur pura puranya itu dan berdiri disamping kasur . Tentu saja tak hanya itu , ikatan bathrobe yang melilit ditubuhnya dilepas dengan cepat . Seulgi membiarkan bathrobe itu terbuka , namun tak melepas sepenuhnya dari tubuhnya .
"Apa masih kurang tuan Park Jimin ?"
Lupakan soal rasa malu . Seulgi puas dengan ekspresi yang bisa ia lihat dari Jimin , pria yang baru saja meremehkannya itu terkejut dengan wajah yang memerah . Memangnya hanya dia saja yang bisa , Seulgi juga bisa membalas jika ingin . Apapun itu .
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [END]
ФанфикHanya ada dua kemungkinan di dunia ini tentang kata 'Kebetulan'. Satu, kemungkinan jika Kebetulan itu sendiri tidak ada di dunia ini. Dan dua, kemungkinan jika Kebetulan itu memang ada. Seperti saat Seulgi datang ke dunia Jimin, entah kebetulan ata...