SP-10

1.7K 190 15
                                    

"Maafkan aku . Sepertinya aku mencintaimu"

Kata kata itu terus terngiang dikepala Seulgi , seakan si pria Park itu terus berbicara didalam kepalanya . Seharusnya Seulgi tahu jika itu bisa saja hanya salah satu bualan Park Jimin yang memang sudah menjadi kebiasaannya . Tapi Seulgi juga tidak bisa berbohong pada dirinya sendiri , bertanya-tanya dan ingin sekali memastikan jika Park jimin berkata dengan jujur . Ya , Semoga .

"Aku akan pergi sekarang . Dan malam ini aku akan tidur disini , jadi pastikan kau tidak kemana mana . Tunggu aku dan kurasa masih banyak yang harus kita bicarakan"  suara Jimin dari luar kamar terdengar ditelinga Seulgi . dan tentu saja Seulgi tak menjawab .

Seulgi tahu yang dimaksud Jimin untuk dibicarakan adalah perkataan nya tadi , karena memang saat Jimin mengatakannya Seulgi terdiam sebelum akhirnya meninggalkan Jimin secara tiba tiba untuk mengurung dikamar nya . Ya pikir saja , kau merasa frustasi karena seseorang tetapi justru orang itu mengatakan cinta . walaupun tidak tahu kata yang ia ucapkan sebuah fakta atau hanya sebuah dusta .

Seulgi membaringkan tubuhnya , menatap langit langit kamar yang beberapa hari ini sudah dia tempati . Jika dipikirkan lagi , tidak bisakah seseorang mengatakan kalau ini hanya sebuah mimpi ? Dan membangunkannya dari mimpi buruk yang mengerikan seperti ini . Dia rindu saat saat masa kecilnya , dimana dia bahagia dengan kedua orang tuanya . Berlarian saat berangkat atau pulang dari sekolah bersama sahabatnya. Rindu sekali saat saat seperti itu .

Bukannya terbangun dari mimpi seperti harapannya , Seulgi justru tertidur dari kenyataan pahit yang dia alami . Terlalu lelah untuk menangis hingga bekas airmata nya saja bahkan  sudah mengering dipipinya .

Belum sampai dua jam Seulgi tertidur , matanya sudah kembali terbuka . Tangannya bergerak mencari ponsel miliknya dengan mata yang masih sedikit mengantuk . Ia mencoba menyadarkan dirinya sendiri dari rasa kantuk saat ponsel nya sudah dinyalakan tak jauh dari wajahnya .

Sepuluh panggilan tak terjawab dari Kim Namjoon , membuat Seulgi menyadarkan dirinya. Pasalnya Namjoon hanya akan menghubungi jika ada hal penting . Dan dia sampai menelpon berkali kali seperti ini ?
Seulgi mendudukan tubuhnya segera , menarik nafas dalam dan mencoba berdeham agar suaranya tak terdengar mengantuk . Tangannya bergerak untuk memanggil kembali si penelepon yang sempat tak terangkat itu .

"Halo , Ada apa oppa ? Maafkan aku , aku baru sempat mengecek ponselku"

"Astaga , kang seulgi . Sesibuk itukah kau hanya dalam beberapa hari setelah dikeluarkan ? Ada hal penting yang harus aku sampaikan" Jawab Namjoon disebrang sana .

"Maafkan ku Oppa , dimana kau sekarang ? Biar aku kesana "

"Tidak usah , aku harus pergi keluar kota sebentar lagi . Begini , sebelumnya aku ucapkan selamat.  Kang Seulgi , akhirnya kau bisa memulai debutmu dalam waktu dekat "

Seulgi terdiam mendengar penjelasan Namjoon . Dia tidak salah dengar bukan ? Debut ? Apa Seulgi menjadi kehilangan pendengaran setelah menangis dan tertidur ?

"Seulgi ? Kau disana ? Apa kau mendengarku? "

Bunyi bip menjadi akhir dari percakapan Seulgi dan Namjoon . Seulgi sempat bertanya beberapa kali pada Namjoon jika pendengaran nya tak salah . Sebelum akhirnya Namjoon kembali menjelaskan. Hingga membuat Seulgi tak sanggup lagi menahan rasa senangnya , berdiri dan membungkuk mengucapkan terimakasih pada Namjoon yang bahkan tak bisa melihatnya . Sesenang itu .

Apa ini hasil dari penantiannya selama empat tahun ? Debut . Kata yang begitu Seulgi tunggu . Bahkan dia didebutkan bersama trainee yang paling terkenal disana . Astaga , rasanya ingin sekali Seulgi menari nari dihadapan semua orang saat ini juga . Sebelum akhirnya dia tersadar sesuatu , yang membuatnya kembali mendudukan tubuhnya .

"Park Jimin ?" Ucap Seulgi pelan . Sungguh pria park itu yang melakukan ini ? Tapi jika menyangkut perjanjian mereka , Seulgi meminta jika dia didebutkan sebagai soloist . Bukan bersama si trainee yang memang menjadi kekaguman nya selama ini. 
Jadi tidak mungkin bukan si Jimin itu yang membuat semua ini ?

Tapi jika dipikir lagi , Jimin yang paling berkuasa saat ini sampai bisa langsung mendebut kan trainee yang bahkan sudah diusir .

___

"Park Jimin . Aku ingin Bertanya"
Jimin hampir saja melonjak kaget dan menjatuh kan kantung yang berada didalam genggamannya . Dia baru saja membuka pintu dan wanita bermata kucing itu sudah berdiri didepan sana dengan berkata seperti itu .

"Astaga , untung saja aku memiliki jantung yang kuat" Ujar Jimin sembari terkekeh . Dia berjalan melewati Seulgi dan berjalan menuju dapur dimana dia akan meletakan isi dari kntung belanjaan yang ada ditangannya . "Bertanya apa ?" lanjutnya lagi saat merasa Seulgi mengekorinya .

"Kau yang melakukannya?" Tanya Seulgi tepat dibelakang Jimin. 

"Melakukan apa ?" Tanya Jimin sambil terkekeh , dengan tangan yang sibuk mengeluarkan beberapa bahan dan makanan disana .

"Park Jimin , kau tahu apa yang ku maksud!" kesal Seulgi . Seulgi menarik beberapa makanan dari tangan Jimin , saat pria itu lebih fokus pada kegiatannya dan memgabaikan pertanyaannya . "Jawab aku Park"

Jimin menatap pada Seulgi yang sudah berada didepannya dan mengangguk . "Baiklah . Tapi maafkan aku tidak bisa mengabulkan untuk debut solo . Hanya saja jika kau bersama nya sepertinya akan menjadi terlihat sempurna . Ya selain menghindari kecurigaan untuk yang lain juga ." Jimin mengusak lembut rambut depan Seulgi dan tersenyum hingga mata yang melengkung itu terlihat .

Membuat Seulgi bergidik melihatnya . Serius , dia seperti melihat Jimin yang lain . Bahkan lebih aneh dari sebelumnya , Jimin yang terlihat sekarang terlihat menjijikan . Walaupun yang sebelumnya juga memang sudah menjijikan dengan sikap brengseknya .

"Aku sudah beli makanan untuk makan malam kita . Dan berbelanja beberapa bahan juga untuk besok . Gantilah bajumu dan kita makan bersama " Ucap Jimin sembari melanjutkan kegiatan yang sempat Seulgi hentikan .

Baju ? Seulgi baru sadar akan satu hal , dia masih mengenakan bathrobe karena buru-buru keluar setelah mandi saat mendengar pintu yang dibuka . Ingin segera melayangkan pertanyaan yang mengganggu pikiran nya sedari tadi pada Jimin .

Seulgi hanya terdiam membulatkan matanya , pipinya sudah memerah . Rasanya malu sekali . "Itu, aku , aku sengaja ingin memakai ini saja tadi ."
Seulgi merutuki dirinya saat kata kata itu malah ia lontarkan dari bibirnya . Bodoh .

"Kenapa ? Ingin menggodaku ? Kau ini lucu sekali , tenang saja aku tidak akan gegabah seperti sebelumnya . Sekarang pakai bajumu , gunakan baju yang tertutup . Bahkan udara mulai dingin, kau bisa kedinginan dan sakit jika seperti itu . Aku tunggu disini , biar aku yang siapkan semuanya"

Seulgi hanya menurut saat Jimin membalik tubuhnya dan mendorongnya perlahan untuk masuk kekamar . Kemudian meninggalkan nya . Seulgi sampai terdiam mematung . Benarkah dia Jimin yang kemarin ? Benarkah dia Park Jimin yang dikenalnya ?

Sikapnya sangat sangat jauh berbeda , bagaimana bisa ?
Jika Park Jimin yang biasanya mungkin sudah menerkamnya sekalipun Seulgi menolak  , ini seperti kesempatan emas disaat Seulgi hanya mengenakan bathrobe ditubuhnya . Membuat Seulgi meraung memohon untuk dilepaskan saat dirinya memimpin .
Tapi apa yang barusan terjadi ? Park Jimin benar benar membiarkannya ? Dia benar benar berubah dan bersungguh sungguh dengan perkataannya . Atau Seulgi sudah tidak menarik dimatanya ? Berniat membuang Seulgi , dan tidak lagi menyentuhnya ? .

'Astaga. Kenapa disini seperti aku yang menginginkan Jimin ?' pikir seulgi berusaha menyadarkan nya dari lamunan .

.
.
.

SERENDIPITY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang