"Maafkan aku . Sepertinya aku mencintaimu"
Kata kata itu terus terngiang dikepala Seulgi , seakan si pria Park itu terus berbicara didalam kepalanya . Seharusnya Seulgi tahu jika itu bisa saja hanya salah satu bualan Park Jimin yang memang sudah menjadi kebiasaannya . Tapi Seulgi juga tidak bisa berbohong pada dirinya sendiri , bertanya-tanya dan ingin sekali memastikan jika Park jimin berkata dengan jujur . Ya , Semoga .
"Aku akan pergi sekarang . Dan malam ini aku akan tidur disini , jadi pastikan kau tidak kemana mana . Tunggu aku dan kurasa masih banyak yang harus kita bicarakan" suara Jimin dari luar kamar terdengar ditelinga Seulgi . dan tentu saja Seulgi tak menjawab .
Seulgi tahu yang dimaksud Jimin untuk dibicarakan adalah perkataan nya tadi , karena memang saat Jimin mengatakannya Seulgi terdiam sebelum akhirnya meninggalkan Jimin secara tiba tiba untuk mengurung dikamar nya . Ya pikir saja , kau merasa frustasi karena seseorang tetapi justru orang itu mengatakan cinta . walaupun tidak tahu kata yang ia ucapkan sebuah fakta atau hanya sebuah dusta .
Seulgi membaringkan tubuhnya , menatap langit langit kamar yang beberapa hari ini sudah dia tempati . Jika dipikirkan lagi , tidak bisakah seseorang mengatakan kalau ini hanya sebuah mimpi ? Dan membangunkannya dari mimpi buruk yang mengerikan seperti ini . Dia rindu saat saat masa kecilnya , dimana dia bahagia dengan kedua orang tuanya . Berlarian saat berangkat atau pulang dari sekolah bersama sahabatnya. Rindu sekali saat saat seperti itu .
Bukannya terbangun dari mimpi seperti harapannya , Seulgi justru tertidur dari kenyataan pahit yang dia alami . Terlalu lelah untuk menangis hingga bekas airmata nya saja bahkan sudah mengering dipipinya .
Belum sampai dua jam Seulgi tertidur , matanya sudah kembali terbuka . Tangannya bergerak mencari ponsel miliknya dengan mata yang masih sedikit mengantuk . Ia mencoba menyadarkan dirinya sendiri dari rasa kantuk saat ponsel nya sudah dinyalakan tak jauh dari wajahnya .
Sepuluh panggilan tak terjawab dari Kim Namjoon , membuat Seulgi menyadarkan dirinya. Pasalnya Namjoon hanya akan menghubungi jika ada hal penting . Dan dia sampai menelpon berkali kali seperti ini ?
Seulgi mendudukan tubuhnya segera , menarik nafas dalam dan mencoba berdeham agar suaranya tak terdengar mengantuk . Tangannya bergerak untuk memanggil kembali si penelepon yang sempat tak terangkat itu ."Halo , Ada apa oppa ? Maafkan aku , aku baru sempat mengecek ponselku"
"Astaga , kang seulgi . Sesibuk itukah kau hanya dalam beberapa hari setelah dikeluarkan ? Ada hal penting yang harus aku sampaikan" Jawab Namjoon disebrang sana .
"Maafkan ku Oppa , dimana kau sekarang ? Biar aku kesana "
"Tidak usah , aku harus pergi keluar kota sebentar lagi . Begini , sebelumnya aku ucapkan selamat. Kang Seulgi , akhirnya kau bisa memulai debutmu dalam waktu dekat "
Seulgi terdiam mendengar penjelasan Namjoon . Dia tidak salah dengar bukan ? Debut ? Apa Seulgi menjadi kehilangan pendengaran setelah menangis dan tertidur ?
"Seulgi ? Kau disana ? Apa kau mendengarku? "
Bunyi bip menjadi akhir dari percakapan Seulgi dan Namjoon . Seulgi sempat bertanya beberapa kali pada Namjoon jika pendengaran nya tak salah . Sebelum akhirnya Namjoon kembali menjelaskan. Hingga membuat Seulgi tak sanggup lagi menahan rasa senangnya , berdiri dan membungkuk mengucapkan terimakasih pada Namjoon yang bahkan tak bisa melihatnya . Sesenang itu .
Apa ini hasil dari penantiannya selama empat tahun ? Debut . Kata yang begitu Seulgi tunggu . Bahkan dia didebutkan bersama trainee yang paling terkenal disana . Astaga , rasanya ingin sekali Seulgi menari nari dihadapan semua orang saat ini juga . Sebelum akhirnya dia tersadar sesuatu , yang membuatnya kembali mendudukan tubuhnya .
"Park Jimin ?" Ucap Seulgi pelan . Sungguh pria park itu yang melakukan ini ? Tapi jika menyangkut perjanjian mereka , Seulgi meminta jika dia didebutkan sebagai soloist . Bukan bersama si trainee yang memang menjadi kekaguman nya selama ini.
Jadi tidak mungkin bukan si Jimin itu yang membuat semua ini ?Tapi jika dipikir lagi , Jimin yang paling berkuasa saat ini sampai bisa langsung mendebut kan trainee yang bahkan sudah diusir .
___
"Park Jimin . Aku ingin Bertanya"
Jimin hampir saja melonjak kaget dan menjatuh kan kantung yang berada didalam genggamannya . Dia baru saja membuka pintu dan wanita bermata kucing itu sudah berdiri didepan sana dengan berkata seperti itu ."Astaga , untung saja aku memiliki jantung yang kuat" Ujar Jimin sembari terkekeh . Dia berjalan melewati Seulgi dan berjalan menuju dapur dimana dia akan meletakan isi dari kntung belanjaan yang ada ditangannya . "Bertanya apa ?" lanjutnya lagi saat merasa Seulgi mengekorinya .
"Kau yang melakukannya?" Tanya Seulgi tepat dibelakang Jimin.
"Melakukan apa ?" Tanya Jimin sambil terkekeh , dengan tangan yang sibuk mengeluarkan beberapa bahan dan makanan disana .
"Park Jimin , kau tahu apa yang ku maksud!" kesal Seulgi . Seulgi menarik beberapa makanan dari tangan Jimin , saat pria itu lebih fokus pada kegiatannya dan memgabaikan pertanyaannya . "Jawab aku Park"
Jimin menatap pada Seulgi yang sudah berada didepannya dan mengangguk . "Baiklah . Tapi maafkan aku tidak bisa mengabulkan untuk debut solo . Hanya saja jika kau bersama nya sepertinya akan menjadi terlihat sempurna . Ya selain menghindari kecurigaan untuk yang lain juga ." Jimin mengusak lembut rambut depan Seulgi dan tersenyum hingga mata yang melengkung itu terlihat .
Membuat Seulgi bergidik melihatnya . Serius , dia seperti melihat Jimin yang lain . Bahkan lebih aneh dari sebelumnya , Jimin yang terlihat sekarang terlihat menjijikan . Walaupun yang sebelumnya juga memang sudah menjijikan dengan sikap brengseknya .
"Aku sudah beli makanan untuk makan malam kita . Dan berbelanja beberapa bahan juga untuk besok . Gantilah bajumu dan kita makan bersama " Ucap Jimin sembari melanjutkan kegiatan yang sempat Seulgi hentikan .
Baju ? Seulgi baru sadar akan satu hal , dia masih mengenakan bathrobe karena buru-buru keluar setelah mandi saat mendengar pintu yang dibuka . Ingin segera melayangkan pertanyaan yang mengganggu pikiran nya sedari tadi pada Jimin .
Seulgi hanya terdiam membulatkan matanya , pipinya sudah memerah . Rasanya malu sekali . "Itu, aku , aku sengaja ingin memakai ini saja tadi ."
Seulgi merutuki dirinya saat kata kata itu malah ia lontarkan dari bibirnya . Bodoh ."Kenapa ? Ingin menggodaku ? Kau ini lucu sekali , tenang saja aku tidak akan gegabah seperti sebelumnya . Sekarang pakai bajumu , gunakan baju yang tertutup . Bahkan udara mulai dingin, kau bisa kedinginan dan sakit jika seperti itu . Aku tunggu disini , biar aku yang siapkan semuanya"
Seulgi hanya menurut saat Jimin membalik tubuhnya dan mendorongnya perlahan untuk masuk kekamar . Kemudian meninggalkan nya . Seulgi sampai terdiam mematung . Benarkah dia Jimin yang kemarin ? Benarkah dia Park Jimin yang dikenalnya ?
Sikapnya sangat sangat jauh berbeda , bagaimana bisa ?
Jika Park Jimin yang biasanya mungkin sudah menerkamnya sekalipun Seulgi menolak , ini seperti kesempatan emas disaat Seulgi hanya mengenakan bathrobe ditubuhnya . Membuat Seulgi meraung memohon untuk dilepaskan saat dirinya memimpin .
Tapi apa yang barusan terjadi ? Park Jimin benar benar membiarkannya ? Dia benar benar berubah dan bersungguh sungguh dengan perkataannya . Atau Seulgi sudah tidak menarik dimatanya ? Berniat membuang Seulgi , dan tidak lagi menyentuhnya ? .'Astaga. Kenapa disini seperti aku yang menginginkan Jimin ?' pikir seulgi berusaha menyadarkan nya dari lamunan .
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [END]
FanfictionHanya ada dua kemungkinan di dunia ini tentang kata 'Kebetulan'. Satu, kemungkinan jika Kebetulan itu sendiri tidak ada di dunia ini. Dan dua, kemungkinan jika Kebetulan itu memang ada. Seperti saat Seulgi datang ke dunia Jimin, entah kebetulan ata...