7

1.9K 323 10
                                    

'Makasih ya'


Hyunjin dan Felix kompak mengangguk.

'Kita balik dulu ya'  Pamit Felix.

Setelah mengatakan itu, Hyunjin dan Felix naik ke dalam bis. Meninggalkan Seungmin yang masih berdiri di halte.

Tak lama kemudian bis melaju.

Dari kaca jendela Hyunjin bisa melihat Seungmin berjalan meninggalkan halte sendirian. Benar-benar sendirian.

Hyunjin tersenyum, ia merasa lega.

'Jin, gue mau minta tolong. Boleh?'

Hyunjin menoleh kesamping.

'Tolong kerumah. Gue ngerasa ada sesuatu dirumah' nada Felix berubah serius.

'apa?'

Felix mengangkat bahu.

'Boleh?' Tanya Felix sekali lagi.

Hyunjin mengangguk kecil.

¤¤¤¤

Setelahnya turun dari bis, Hyunjin segera mengikuti Felix ke rumahnya.

'Masuk aja'

Hyunjin berjalan melewati ruang tamu rumah Felix.

'dirumah sendirian?'

'Ayah sama Bunda kerja, pulang 2 minggu sekali'

Hyunjin mengangguk tanda mengerti.

'tapi kalau siang ada Bi Ima'

Sekali lagi Hyunjin mengangguk.

'Rumah kamu sepi, kosong'

Ucap Hyunjin pada akhirnya. Felix hampir menyetujui kalimat Hyunjin sebelum ia sadar Hyunjin berbicara dalam konteks yamg berbeda.

'beneran gak ada apapun?'

Hyunjin diam.

'Ah lega gue'

'Jangan lega, rumah yang sepi juga termasuk aneh lix. Terlalu sepi'

Felix tersenyum kecut.

'Jangan takut. Selama gk diganggu, lo aman'

'Syukur deh, mau duduk dulu?' tawar Felix.

Hyujij melirik jam dipergelangan tangan kirinya.
Sudah pukul enam lewat empat puluh menit.

Hyunjin kemudian menggeleng.

'langsung aja'

'yaudah, makasih loh'

Hyunjin hanya menanggapi dengan senyum simpul.

Felix mengantar Hyunjin sampai depan rumah.

Ada satu hal yang tidak Hyunjin sampaikan sebenarnya.

Tentang aura mirip milik Felix yang mengelilingi rumah.

Aura yang hanya dimiliki anak kembar.

¤¤¤¤¤

Hyunjin duduk dipinggir kasur nya. Tangannya memegang handuk. Dan titik titik air jatuh dari helaian rambutnya.

Krieet.

Suara pintu yang berderit mengalihkan atensi nya.

'Lo pulang telat' Ucap gadis dengan mata tajam diambang pintu.

'Masih jam setengah 8 ji' Hyunjin membela diri.

Gadis itu menghelas nafas kasar dan berjalan masuk.

'Dikeringin yang bener, ntar masuk angin' Ucapnya seraya merebut handuk dari tangan Hyunjin.

Badan Hyunjin dipaksa berputar ke samping, membelakangi Yeji yang duduk disampingnya.

'Gimana Felix sama Seungmin?'

Yeji dengan telaten mengeringkan rambut Hyunjin.

'Mereka baik' Jawab singkat Hyunjin membuat Yeji terdiam.

Beberapa kali ia menyambangi kembarannya itu di rumah Nenek. Dan satu fakta yang ia dapat adalah Hyunjin tidak memiliki teman.

Hyunjin aneh.

Itu jawaban yang ia dapat ketika bertanya kenapa ia tak keluar dan bermain bersama teman-temannya. Jawaban yang keluar dari bibir Hyunjin sendiri.

Sejak saat itu Yeji tau kalau Hyunjin adalah anak yang spesial. Nenek memberitahu Yeji untuk selalu memperhatikan Hyunjin.

'Yeji tau kenapa Hyunjin selalu diam? tak punya teman? Tapi sifatnya berubah 180° pas sama Yeji?'

Yeji kecil menggeleng.

'Karena begitulah kembar'

'Hyunjin spesial ji'

Satu kata yang terus terulang-ulang dikepala Yeji.

'Jangan ngelamun'

Yeji menatap punggung Hyunjin lurus-lurus.

'Dih? gue gk ngelamun' Yeji kembali mengeringkan rambut Hyunjin dengan handuk yang dibawanya.

'ji'

'Hmm?'

'Kalau suatu saat salah satu diantara kita meninggal, apa yg bakal lo lakuin?'

Gerakan tangan Yeji berhenti.

Menyisakan hening diantara keduanya.

'Apaan sih pertanyaannya' Gadis itu sedikit meninggikan nada suaranya

'Jawab aja'

Yeji menghela nafas berat.

'Kalau lo yang meninggal duluan, gue bakal nyusulin'

Hyunjin seketika berbalik dan menatap kembarannya dengan mata melebar.

'Kalau gue yang meninggal duluan, gue bakal tetep stay disamping lo sampai lo nyusulin gue'

Hyunjin masih diam. Tidak percaya dengan pendengarannya.

'Kenap-'

'Karena begitulah kembar, jin'


Hyunjin seketika bungkam.

PARESTHESIA ●HwangHyunjin●Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang