20

1.5K 231 12
                                    

Warn : physical abuse

👀

Sebuah kain basah diletakan diatas dahi pemuda yang tengah berbaring. Suhu tubuhnya menyentuh angka 38 derajat saat Yeji pulang tadi.

Jam dinding menunjukan angka 4 sore yang menandakan Yeji sudah duduk disana selama hampir satu jam. Dan lagi, gadis itu masih mengenakan seragamnya, belum sempat berganti pakaian saat menyadari adiknya tengah diserang demam.

"Lo kenapa, jin?" Yeji bertanya lirih pada pemuda yang masih betah memejamkan matanya itu.

Hening.

Yeji mengurut pelipisnya pelan. Iba menyulut rasa bersalah dalam dirinya. Hatinya sakit mengingat adiknya kini memliki banyak beban dipundaknya.

Tak terasa sebulir air mata menuruni pipinya ketika netranya bertemu dengan milik Hyunjin yang tampak meredup.

"Gue gapapa, jangan nangis" Suara serak milik Hyunjin menyapa rungunya.

Berbanding terbalik dengan ucapannya, tubuh pemuda itu jelas tidak terlihat baik-baik saja.

Yeji menghapus sisa air mata dikedua pipinya. Detik selanjutnya sebuah senyum terukir dibibir tipisnya.

Seberat apapun masalah yang tengah mereka hadapi, Yeji yakin mereka akan menemui titik terang suatu saat nanti.

"Hyunjin kenapa?"

Sebuah suara terdengar dari ambang pintu.Disana, figur mama terlihat sedang membawa sebuah nampan.

"Hyunjin demam, ma" Yeji yang menjawab,

Wanita yang tetap cantik meski usianya sudah tidak terbilang muda itu melangkahkan kaki kedalam kamar. Nampan ditangannya berpindah keatas nakas.

"Pusing?" Mama menyentuh pipi putra bungsunya. Panas.

Hyunjin mengangguk lemah.

"Kita ke dokter, ya?" Bujuknya.

Hyunjin diam. Entah kenapa ia menjadi takut mendengar kata dokter.

"Mau ya jin? Demam lo tinggi banget soalnya" Yeji ikut angkat suara.

Namun pemuda itu justru menggeleng.

Mama menghela nafas kasar sambil mengambil kembali nampan diatas nakas.

"Yaudah. Makan dulu ya?"

Mama menyendok sup didalam mangkuk.

"Nanti aja, ma"

Mama memandang Hyunjin jengkel.

"Gak pernah nurut emang kamu ini!"

Hyunjin dan Yeji tersentak. Mama meninggikan suaranya.

"Mungkin lidahnya masih gk enak buat makan, ma" bela Yeji.

"Terserah kalian aja" Mama meletakkan kembali nampan ditangannya. Detik selanjutnya wanita itu berjalan keluar.

Brak!

Tak ada angin tak ada hujan, pintu tiba-tiba terbanting tertutup sebelum mama berhasil mencapainya.

Disusul nampan diatas nakas yang terbanting keatas lantai disertai bunyi peralatan makan yang pecah.

Belum juga Yeji sempat mencerna apa yang terjadi ketika Hyunjin tiba-tiba berdiri dan berlari kearah Mama.

Pemuda itu berdiri membelakangi Mama seakan menghalangi sesuatu untuk menyentuh wanita itu dengan wajah takut.

PARESTHESIA ●HwangHyunjin●Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang