30

1.3K 220 10
                                    

Gila.

Satu kata yang menggambarkan keadaan Yeji sekarang.

Dengan air mata yang masih belum mengering dari kedua pipinya.

Rumput yang masih setengah basah menjadi saksi kedua remaja itu berjalan kesana kemari dengan lelah.

Iya, keduanya tersesat.

Belum lagi matahari yang sebentar lagi akan tenggelam, meninggalkan keduanya dalam kegelapan.

"Min, ini lewat mana?" Tanya Yeji dengan frustasi.

Mereka yakin sudah melewati jalan yang benar, namun pada akhirnya mereka tetap kembali ke rumah ini.

Seungmin mengacak rambutnya kasar.

Ponsel lowbat.

Air minum nyaris habis.

Belum lagi lelah yang menumpuk membuat badan terasa remuk redam.

"Seungmin" Yeji menarik lengan Seungmin ketika pemuda itu hampir melanjutkan langkahnya.

Seungmin menoleh.

Mendapati Yeji dengan wajah memerah karena lelah.

"Capek ya, ji?" Pemuda itu akhirnya membawa Yeji untuk duduk diatas akar pohon.

'Sebentar lagi malam'

"iya" Seungmin mengangguk.

"Hah? apa?" Yeji mendongak.

"Bentar lagi malam, iya kan? Itu tadi lo bilang"

Yeji diam.

"Aku gk ngomong apa-apa min"

Seungmin menoleh.

Namun pandangannya berhenti pada sesuatu dibelakang mereka.

Seungmin menarik tangan Yeji hingga gadis itu berdiri.

"Ada apa, min?" Heran Yeji sambil berusaha menyamai langkah kaki Seungmin.

"Lari ji, lari!"

"Lari ji, lari!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


👀

Hening diisi dengan suara pendingin ruangan. Felix disisi ranjang Hyunjin masih setia berceloteh banyak kepada pemuda yang masih terpejam dan tidak ada tanda-tanda untuk bangun itu.

"Kakak lo masih di Malang, nyari Jisung"

Seloroh Felix, tak peduli meskipun suaranya bahkan tak didengar oleh yang berbaring.

"Tenang, dia sama Seungmin" Tambah Felix.

Tarik nafas.

"Lo gak capek tidur terus? Bangun kek jin"

Masih hening.

Felix terkekeh pelan menyadari bahwa ia berbicara sendiri sedari tadi.

Tak apalah, toh hari ini ia menjaga Hyunjin sendirian.

Ryujin ada urusan.

Sedangkan orang tua Hyunjin masih belum juga kembali dari kantor polisi.

Felix mengalihkan pandangan jendela yang sengaja ia buka lebar.

"Tumben hari ini gak hujan"

Siang yang cukup terik itu tidak terasa berkat pendingin ruangan Hyunjin yang bekerja dengan baik.

"Eh gue tinggal bentar ya jin, panggilan alam" Pamit Felix sambil keluar menuju kamar mandi.

Selesai dengan urusan kamar mandinya, Felix kembali ke kamar rawat Hyunjin dengan bersenandung kecil.

Ia bahkan menyapa beberapa perawat yang melewatinya dengan ramah.

Namun senyuman pemuda itu seketika luntur ketika ia melihat beberapa perawat dan dokter masuk tergesa kedalam ruang rawat Hyunjin.

Felix berlari mendekat.

"Ke-kenapa? Hyunjin kenapa?!"

"Dek, tunggu sini ya, kami akan berusaha selamatkan teman kamu"

Felix menggeleng kuat.

"Hyunjin!! Dia kenapa?" Felix meraih kerah dokter muda dihadapannya.

"Kami tidak menemukan detak jantungnya"

Tubuh Felix merosot ketanah.

Tangannya bergetar merogoh ponsel dalam kantong celana.

Ia mencoba menelpon Yeji. 

Nihil.

Nomor gadis itu tidak bisa dihubungi.

"Ji, angkat please" Desisnya lirih.

Ia beralih pada ruang obrolan.

Yeji

Balik ji, Hyunjin....

unread

Felix mengusap matanya yang basah.

Saat ini Hyunjin adalah tanggung jawabnya.

Pemuda itu kemudian mengantongi ponselnya kembali dan bangkit berdiri.

Ia menggeser posisinya ke kaca jendela dan mengintip dari sana.

Hyunjin tengah dikerubungi oleh dokter dan beberapa perawat yang mencoba memasangkan sesuatu pada tubuhnya.

"Jin, jangan pergi dulu" Felix terdengar memohon dengan sangat.

"jin-

Hah?

Felix tercekat.

Apa yang salah dengan matanya?

Baru saja ia melihat.

Pemuda yang harusnya berbaring lemah itu tengah berdiri disudut ruangan.

Hyunjin?

Belum mati, kan?

PARESTHESIA ●HwangHyunjin●Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang