26

1.4K 226 28
                                    

"Hallo ma, mama hiks. Hyunjin ma" Yeji terisak ditelepon.

Seungmin disampingnya merangkul pundak Yeji menguatkan.

Sementara Felix berbalik dan menyeka air mata yang sudah menganak sungai dikedua pipinya.

Tidak kuat melanjutkan, Seungmin akhirnya mengambil alih ponsel Yeji untuk menjelaskan keadaan Hyunjin.

Pukul 2 dini hari ketika Siyeon dan mamanya datang.

Sementara Mama papa Hwang serta Irene sudah ditangkap untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

Lorong rumah sakit yang sunyi menjadi saksi ketiga remaja itu memanjatkan do'a dalam diam.

Hyunjin kritis.

Pemuda itu mengalami malnutrisi dan overdosis obat-obatan.

Tubuhnya menjadi sangat kurus. Kantung mata menghiasi wajah lelah pemuda itu.

Yeji menjadi orang paling bersalah disana.

Andai saja sejak awal dia tidak mengatakan keadaan Hyunjin pada Mama dan Papa nya.

Andai saja ia bisa melarang mama dan papa membawa Hyunjin ke Irene.

Andai saja ia menjemput Hyunjin lebih awal.

Andai saja ia melakukannya,



akankah Hyunjin baik-baik saja?

"Parah, yeon. Mama gatau dia bisa sembuh lagi atau gak" Mama Siyeon keluar dari kamar rawat Hyunjin.

Siyeon menatap prihatin pada Yeji.

"Yang sabar ji" dia memberi pelukan singkat pada Yeji sebelum undur diri untuk mencari tempat bermalam.

"Lo tidur, ji. Tante sama Om lagi perjalanan kesini. Mereka Cuma diperiksa sebagai saksi" Seungmin melepas jaket dan melipatnya untuk kemudian diletakkan dibawah kepala Yeji sebagai bantal.

"Hyunjin, min" lirihnya.

Seungmin menengadahkan wajahnya, mencegah air mata untuk menetes.

Pandangannya beralih pada Felix yang masih berdiri didepan menyender dinding.

"Lo juga sini" Seungmin menarik Felix untuk duduk dikursi panjang.

Ketiganya diam.

Gerimis turun melewati kaca jendela.

Lengkap sudah, Mereka enggan menyapa pagi.

👀

"Kenapa semua orang nyebut gue gila, sung?"

Jisung yang tengah memotong sawi itu pun menghentikan kegiatannya.

"Mana gue tau" Jawab Jisung sekenanya.

"Seriusan sung, temen-temen gue bahkan bawa gue kerumah Siyeon" Hyunjin menumpukan kepalanya pada meja makan sederhana milik Jisung.

"Siyeon siapa? Ngapain?" Jisung kembali melanjutkan kegiatan memasaknya.

"Siyoen temen sekelas gue, mama nya Siyeon psikiater"

Jisung tidak memberi komentar.

Pemuda itu sibuk menuang minyak  dan mulai menumis bahan-bahan untuk membuat nasi goreng sederhana,menu sarapan hari ini.

"Menurut gue, menurut gue loh ini... Mungkin temen-temen lo salah paham"

Hyunjin masih pada posisi semula.

"Salah paham gimana?" Tanya nya.

"Ya mungkin lo ada salah ngomong?"

Sejauh yang Hyunjin ingat, ia bahkan jarang berbincang dengan teman-temannya.

PARESTHESIA ●HwangHyunjin●Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang