BAB 18

161K 14.3K 574
                                    

Jangan kau pedulikan luka dan laraku. Karena itu semua adalah jaminan agar kau tak kekurangan tawa dan bahagia.

****

LOVE DULU BUAT PART INI

****

"Bagaimana bunda ramah bukan?" Tanya Arsena pada Afiqah. Tujuannya mengajak Afiqah main ke rumah orangtuanya adalah untuk mendekatkan hubungan dua orang itu. Ia tidak ingin dua wanita yang paling ia cintai di hidupnya itu tidak mengenal satu sama lain.

Afiqah mengangguk mengiyakan pertanyaan Arsena. Ibu pria itu sangatlah baik dan ramah bahkan tak sungkan menunjukkan perhatiannya. Ia sampai malu karena hanya bisa diam dan tersenyum canggung pada wanita paruh baya itu.

"Bagus kalau begitu. Kita mampir masjid sebentar untuk sholat Maghrib." Lanjut Arsena membelokkan motor matiknya ke pintu masuk masjid Agung.

Afiqah menatap langit senja kemerahan. Entah kenapa rasanya lebih nyaman bersama Arsena pria itu seperti membawa ketenangan untuk hatinya. Bahkan di saat adzan berkumandang suasana malah semakin hangat dan romantis.

"Ayo turun." Melihat Afiqah yang melamun dan masih duduk di kendaraan membuat Arsena gemas. Pria itu mengangkat Afiqah dari sana. Hal itu membuat mata Afiqah membola karena terkejut. Ia menatap Arsena kesal. Bagaimanapun ini masih di area sekitar masjid.

Ia takut jika ada banyak orang yang memandangnya aneh. Apalagi seragam mereka yang berbanding terbalik, Arsena yang memakai seragam polisi dan dirinya yang mengenakan seragam SMA putih abu-abu. Pasti akan ada banyak orang yang memandangnya sebagai orang yang tidak benar berpacaran di tempat umum bahkan melakukan hal yang tidak seharusnya di lakukan di tempat umum. Atau yang lebih buruk mereka memandangnya sebagai perempuan tidak benar yang berpacaran dengan om-om.

"Apa yang kamu pikirkan sayang?" Bisik Arsena sambil menyentuh kening Afiqah. Gadis itu langsung mundur ke belakang karena sentuhan itu.

"Ih..ihh..Mas jangan suka pegang-pegang sembarangan.." dengus Afiqah.

Arsena terkekeh mendengar itu. "Kenapa emangnya?" Gurau Arsena.

"Pokoknya ngak boleh!!!" Dengan kesal Afiqah berbalik membelakangi Arsena. Gadis itu berjalan meninggalkan Arsena dengan muka bersemu merah karena malu. Ia kesal karena pria itu malah menggodanya. Padahal ia malu setengah mati.

"Wah kesayangan saya marah ya sama saya."

"Enggak!!" Seru Afiqah sambil bersedekap melangkah ke masjid yang entah kenapa jaraknya lumayan jauh dari masjid.

"Bohong? Bohong dosa loh?"

"Engakk kok!! Bapak jangan  ngarang ya!" Bantah Afiqah kembali.

Arsena mempercepat langkahnya agar sejajar dengan Afiqah lalu menaruh kepalanya pada bahu gadis itu sambil berbisik.

"Love you..." Setelah itu Arsena mengangkat kepalanya kembali kemudian berlari memasuki masjid meninggalkan Afiqah yang speechless di tempat. Gadis itu bahkan diam tanpa bergerak sedikitpun. Pernyataan cinta Arsena tadi terasa begitu indah dan mendebarkan di hatinya. Apa semua ini begitu indah karena bersamaan dengan dengungan adzan? Apa karena dia mulai jatuh cinta dengan pria itu. Atau karena kedua hal itu. Afiqah menggelengkan kepalanya karena memikirkan hal itu. Lebih baik ia masuk ke dalam masjid untuk sholat.

****
"Ayo naik." Perintah Arsena kepada Afiqah ketika gadis itu hanya menatap motor matik miliknya.

"Kamu malu naik motor kesayangan saya ini? Kamu pasti lebih senang menaiki motor pacar kamu yang besar itu bukan?" Arsena seakan tahu apa yang dipikirkan gadis itu.  Namun sebaliknya Afiqah menggeleng seakan apa yang Arsena tuding itu salah.

"Bukan kok, Afi hanya berpikir bapak ngak malu naik motor matik terlalu imut buat badan bapak yang gagah." Afiqah memelankan kalimat terakhirnya, ia seakan sadar jika ia memuji pria itu.

"Saya kenapa dek Afi?" Goda Arsena seakan ingin istri kecilnya itu mengulang kalimat terakhirnya.

"Bukan apa-apa kok." Dengan kesal Afiqah mengambil helm yang Arsena pegang lalu memakainya. Gadis itu langsung duduk dengan siap di belakang Arsena tanpa mengatakan apapun. Sudut bibir polisi itu terangkat begitu senang melihat ekspresi Afiqah yang berubah-ubah. Ia berharap hanya padanya gadis itu bersikap seperti itu.

"Khusus buat kamu, kamu bebas untuk memeluk tubuh saya yang gagah ini." Arsena menekan kata gagah pada pengucapannya seakan menggoda Afiqah, tentu saja gadis itu merasa malu. Bahkan Afiqah tak segan memukul bahu Arsena keras dengan tangannya.

"Pak Ojek ayo jalan nanti Afi kasih bintang dua loh!" Ucap Afiqah sambil mengalihkan perhatian. Ia enggan untuk membahas hal yang tadi.

"Siap nyonya Afiqah Anggara Putra. Dikasih bintang duapun Abang bahagia asal itu dari hati nyonya." Balas Arsena, lagi-lagi hal itu tanpa sadar membuat Afiqah tak mampu menahan senyum. Rasanya lepas sekali beda jika ia bersama dengan Andreas. Ia lebih bisa menjadi sosok dirinya sendiri dan tidak membatasi diri.

"Peluk dulu dong Abang gojeknya..." Goda Arsena ketika ingin menstater motornya.

"Ngak mau peluk Abang gojek." Arsena terkekeh mendengar itu, Afiqah masih malu-malu tapi mau. Tapi ia berjanji untuk membuat gadis itu tidak akan sungkan kembali padanya.

Motor mereka melaju membelah jalan raya. Ditemani langit malam yang nampak berbintang begitu juga dengan angin malam yang berhembus. Tanpa pelukan, tanpa kehangatan rasanya cukup menyenangkan asal bersama dengan orang yang bisa membuat kita bahagia. Itulah yang Afiqah rasakan. Ternyata bahagia itu cukup sederhana tidak perlu cinta yang menggebu-gebu.

*****
"Bisa buka helmnya?" Tanya Arsena ketika melihat gadisnya sulit untuk membuka helmnya.

Pria itu dengan sigap membantu melepaskan. Tepat saat itu bunyi ponsel Afiqah berdering. Membuat kedua insan itu saling menatap satu sama lain. Afiqah dengan cepat membuka ponselnya, ternyata Andreas menghubunginya. Hal itu tak lepas dari pengamatan Arsena. Pria itu hanya diam dan tersenyum kecil memaklumi.

"Angkat saja." Hanya itu yang Arsena ucapkan. Ia tidak ingin ikut campur, ia tidak ingin Afiqah bertindak tidak sesuai dengan hatinya. Karena cinta yang ia mau datangnya bukan dari paksaan. Bahkan semalam ia hanya diam ketika gadis itu menangis karena pria berengsek itu. Ia tidak mencoba bertanya apa yang Andreas lakukan. Namun yang ia lakukan adalah membuat gadis itu berhenti menangis, ia tidak ingin melihat air mata di wajah Afiqah. Ia hanya akan mau mendengarkan jika gadis itu mau terbuka dengannya dan menceritakan sendiri keresahan hatinya. Bukan karena paksaan darinya.

"Boleh?" Afiqah meminta izin. Bagaimanapun ia ingin belajar untuk menghormati pria itu. Walau ia tahu seharusnya ia tidak melakukan hal ini. Pasti hati pria itu terluka karenanya. Tapi akan lebih menyakitkan lagi jika ia terus bersembunyi di belakang pria itu. Lagipula rasa cintanya pada Andreas tidak sedalam dulu lagi, ia hanya sekedar memberikan kesempatan pada pria itu agar Andreas tidak kecewa lalu dengan pelan-pelan ia akan mengatakan yang sebenarnya pada Andreas jika ia sudah menikah.

"Jangan kau pedulikan luka dan laraku. Karena itu semua adalah jaminan agar kau tak kekurangan tawa dan bahagia jika denganku." Perkataan itu menohok hati Afiqah namun ia tak mampu menolak panggilan Andreas yang terus berbunyi di ponselnya.

"Maaf." Dari semua kata hanya itu yang mampu Afiqah ucapkan lalu ia berbalik mengangkat panggilan itu.

****

SPAM NEXT DISINI?

1000 KOMEN BARU LANJUT!!!

ADA YANG MAU DISAMPAIKAN KE AFIQAH?

ADA YANG MAU DISAMPAIKAN KE ARSENA?
ADA YANG MAU DISAMPAIKAN KE ANDREAS?

Lanjut atau stop?

Instagram @wgulla_
@arse_fa
@arsen_aanggara
@afi_qahshafa
@andreaswijaya87

ARSENA -Sejauh Bumi dan Matahari- Tersedia di GramediaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang