BAB 13

168K 16.5K 1.7K
                                    

Love dulu buat part ini ♥️

Selamat membaca kesayanganku 🤗
****

Kalau mau kemana-mana katakan pada saya, saya hanya tidak ingin kamu kenapa-kenapa tanpa ada saya di sampingmu.
-
-

Tubuh Afiqah berbaring sambil mengigil kedinginan. Setelah membersihkan tubuh di kamar mandi, ia merasa pusing di kepala dan gemetar. Ia tidak menyangka jika daya tahan tubuhnya selemah ini. Bahkan selimut yang menyelimutinya tidak mampu menyembunyikan rasa dinginnya.

"Dek Afi..." Afiqah hanya diam mendengar panggilan itu. Tubuhnya terasa kaku untuk digerakkan.

Arsena panik setelah menaruh nampan di meja, ia menyibak selimut Afiqah. Lalu mengecek tubuh gadis itu yang menggigil kedinginan. Dalam hati ia mengumpat ketika tahu Afiqah Demam. Ia kembali menyelimuti gadis itu rapat-rapat.

"Kamu minum dulu ya..." Afiqah menggelengkan kepala enggan. Tubuhnya terasa lemah dan kepalanya pusing. Arsena dengan sigap mengangkat tubuh gadis itu kepangkuannya membuat gadis itu terkejut. Pria itu memeluknya rapat-rapat hingga tak ada lagi jarak. Kemudian tangan Arsena mengambil teh hangat berniat meminumkannya.

"Ngak mau..." Ujar Afiqah manja sambil menggelengkan kepalanya. Namun Arsena meminum air itu, Afiqah mengernyit melihat tingkah Arsena yang malah meminum teh tersebut. Untuk apa Arsena melakukan itu, belum sempat ia berpikir bibir Arsena terlebih dahulu menciumnya. Hal itu membuat Afiqah terkejut karena Arsena mentransfer air yang diminumnya tadi lewat ciuman. Ia terdiam kaku dan menerima hal itu.

"Teguk.." bisik Arsena sambil menjauhkan diri. Afiqah yang tadinya lemah tiba-tiba menjadi sedikit bertenaga.

"Mau minum sendiri atau pakai cara saya." Ancam Arsena.

Mendengar ancaman itu, Afiqah langsung merebut gelas yang digenggam Arsena lalu meneguknya pelan-pelan. Ia tidak mau mengulangi ciuman tadi. Ia masih ingat bagaimana lembutnya bibir itu menyentuh. Ia tidak ingin merasakan debaran yang seharusnya tidak ia rasakan. Rasanya berbeda sekali dengan apa yang ia rasakan dengan Andreas, pria itu juga menciumnya tapi tidak memberikan getaran seperti pria bermata tajam di hadapannya. Yang bahkan mampu membuatnya lemas hanya karena tatapannya.

"Makan dulu ya..."

"Kenyang."

"Mau disuapi pake mulut atau sendok." Ujar Arsena menangga penolakan dari Afiqah.

"Sendok." Balas Afiqah pada akhirnya ia tidak ingin mengulangi hal itu lagi. Arsena tersenyum melihat Afiqah yang mulai menurut. Dengan telaten Arsena menyuapi gadis itu bahkan mengelap bibir gadis itu ketika ada sisa makanan yang menempel disana.

"Sudah." Afiqah tidak nafsu makan, Arsena menurut yang terpenting sudah ada asupan di perut gadis itu.

"Minum dulu." Arsena membantu gadis itu meminumkan minumannya.

"Kamu ngantuk?" Tanya pria itu. Melihat raut wajah lelah Afiqah.

"Kamu tidur saja dulu.." Arsena merapatkan pelukan pada tubuh Afiqah yang mengigil kedinginan. Gadis itu baru saja selesai makan, ia tidak mau perut Afiqah sakit karena langsung berbaring di kasur. Jadi ia membiarkan gadis itu duduk di pangkuannya. Tangan pria itu menaruh kepala Afiqah untuk bersandar di bahunya. Dengan lembut pria itu mengelus rambut panjang Afiqah. Betapa beruntungnya dia bisa melihat kecantikan gadis itu luar dalam. Tanpa sadar Arsena menyenandungkan lagu di telinga gadis itu.

Hanya dirimu yang ku cinta
Takkan membuat aku jatuh cinta lagi
Aku merasa kau yang terbaik untuk diriku

Walau ku tahu kau tak sempurna
Takkan membuat aku jauh darimu
Apa adanya ku kan tetap setia kepadmau

ARSENA -Sejauh Bumi dan Matahari- Tersedia di GramediaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang