BAB 38

124K 10K 301
                                    

Love dulu buat part ini ♥️♥️♥️

***

Sekuat apapun seorang pria ia masih membutuhkan bahu untuk bersandar.

***

"Besok kamu berangkat sekolah ngak dek?" Tanya Arsena ketika pria itu keluar dari kamar mandi.

Arsena langsung membersihkan diri ketika Afiqah terus mengatakan dirinya bau ketan. Padahal ia merasa tidak bau, tapi ya mau bagaimana lagi selain mengikuti keinginan istrinya.

"Afi masih mau di rumah."

"Berangkat aja dek, mas takut kamu jadi anti sosial gitu. Mas temenin deh sampai pulang."

"Ngak mau mas. Afi malu, udah ngak punya muka lagi."

Arsena menghela napas kemudian duduk di samping Afiqah. Tangan pria itu merangkul pundak Afiqah mendekatkan pada bahunya. Namun gadis itu malah menghindar.

"Mas ngak usah deket-deket bau." Mendengar itu Arsena melotot tak percaya dengan apa yang dikatakan Afiqah.

"Mas wangi kok." Afiqah menghindar dari Arsena. Bergeser menjauh, tapi Arsena malah mendekat.

"Mas Arse!!" Gadis itu mencoba memperingatkan. Tapi Arsena seolah tuli dengan itu. Dia malah makin mendekat, karena penasaran dengan tingkah absurd Afiqah.

"Kamu kenapa sih dek? Mas salah apa? Sampai ngak mau Deket sama mas." Pria itu masih mencoba mendekati Afiqah bahkan mencoba menarik Afiqah ke dalam pelukannya.

Kesal dengan perbuatan Arsena, Afiqah bangkit berniat untuk lari. Rupanya Arsena juga ikut berlari mengejar gadis itu. Mereka berlari mengelilingi kamar, napas Afiqah tersengal. Ia kemudian berlari ke atas kasur, namun tiba-tiba terjatuh hingga berbaring karena tersandung guling. Melihat itu Arsena langsung mengurung gadis itu di bawahnya. Mata mereka saling menatap satu sama lain. tak ada jarak yang memisahkan mereka. Arsena menelan ludah melihat bibir indah Afiqah. Timbul rasa ingin mencium gadis itu. Baru saja Arsena ingin mencium, ponselnya berdering.

Pria itu menghela napas kesal, kemudian bangkit. Sedang Afiqah bernapas lega, hampir saja mereka akan melakukan sesuatu. Ia sedang tidak ingin berdekatan dengan Arsena, bahkan tadi ia menahan napas. Ia ingin menolak tapi ia takut, apalagi melihat tatapan Arsena yang seperti predator pasti pria itu tidak akan melepaskannya dengan mudah.

Afiqah memperhatikan Arsena dari jauh. Ia merasa ada yang aneh dengan pria itu. Apalagi melihat kerutan di kening pria itu, dan raut wajah panik yang terlukis di sana. Afiqah penasaran, ia bangkit dari rebahan nya ingin mendekati pria itu. Tapi baru beberapa langkah, ia merasa mual. Aneh sekali kenapa ia tidak bisa berdekatan dengan Arsena. Mau tidak mau Afiqah hanya bisa berjarak dengan pria itu.

"Ada apa Mas Arse?" Tanya Afiqah ketika Arsena menaruh ponselnya di saku.

"Bunda masuk rumah sakit. Ternyata bunda selama ini punya penyakit jantung, tapi tidak pernah mengatakannya padaku." Afiqah menahan napas syok. Ia ikut khawatir, bagaimanapun ia sangat menyayangi ibu dari suaminya itu. Siapa yang tidak menyukai sosok Reina yang tulus, ramah dan baik hati. Sosok mertua idaman semua wanita.

"Ayo kita ke rumah sakit mas." Arsena mengangguk lalu mengambil kunci mobil. Kebetulan di luar sedang hujan dan dia tidak mungkin menggunakan motor matiknya.

Afiqah ingin sekali memeluk pria itu atas segala kesedihannya. Tapi kondisi badannya yang aneh ini membuatnya tak mampu, ia juga tadi mual-mual. Apa dia sedang hamil? Mengingat mereka pernah melakukan itu.

ARSENA -Sejauh Bumi dan Matahari- Tersedia di GramediaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang