BAB 60

88.1K 6.6K 176
                                    

Dear friends, Kalian udah follow akim wattpad aku belum 😭😭

*****

Yang terpenting adalah kamu bahagia bersamaku.
-
-

Afiqah membuka mata, yang pertama kalinya ia lihat adalah Arsena. Suasana rumah sakit membuatnya bingung. Kenapa ia disini? Bayangan ia jatuh dari motor dan darah yang mengalir di kakinya. Seketika ia teringat akan bayinya. Ia langsung panik memegang perutnya. Badannya masih terasa sakit walau tidak sesakit tadi.

"Mas bayiku..." ujar Afiqah sedih, ia memegang tangan Arsena erat, bayangan akan kejadian itu sungguh menakutkan. Ia tidak bisa membayangkan jika ia harus kehilangan anaknya.

"Tenang dek, bayi kita selamat." Jawab Arsena menenangkan. Dokter bilang istrinya tidak boleh panik. Jika panik maka akan mengganggu bayinya dan kesehatannya.

"Benarkah?" Tanya Afiqah Tak yakin. Karena darah yang ia lihat tadi banyak. Kata orang kalau pendarahan itu bisa membuat keguguran. Arsena mengelus kepala Afiqah lalu mengecup keningnya lembut.

"Iya sayang bayi kita-kan kuat seperti ayahnya." Afiqah bernapas lega. Ia bersyukur anaknya selamat. Afiqah mengelus perutnya lembut. Ia berterimakasih kepada Allah yang menjaga anaknya dengan baik.

"Alhamdulillah mas."

Disaat itu Afiqah baru menyadari jika wajah Arsena terluka. Gadis itu menarik kepala Arsena dengan kepalanya. Afiqah menyentuh luka itu perlahan. Ada luka di sepanjang wajah pria itu di dekat bibir. Tapi Arsena masih terlihat tampan di matanya.

"Mas habis jatuh?" Tanya Afiqah khawatir.

"Iya." Kemudian Afiqah menangkup wajah Arsena. Ia mengecup luka-luka Arsena. Lalu meniupnya pelan. Hal itu membuat Arsena terpaku.

"Biar cepat sembuh." Afiqah tersenyum sambil mengatakan itu. Arsena masih tidak fokus. Ia diam mencerna apa yang dilakukan Afiqah yang nampak sedikit lebih agresif dari biasanya. Bibir itu masih terasa lembut di kulitnya.

"Mas." Panggil Afiqah melihat suaminya hanya diam saja.

"Iya." Jawab Arsena gelagapan.

"Enak mana mas di cium aspal atau di cium Afi." Arsena terkekeh mendengarnya, matanya memandang bibir Afiqah lekat-lekat. Ya jelas enak cium istrinya dari pada Aspal yang bikin bibirnya Jontor.

Rasanya Arsena ingin mencium bibir gadis itu. Ia memajukan wajahnya ingin mencium bibir lembut Afiqah. Namun suara deheman membuat Arsena mundur. Ia sedikit kesal karena gagal. Selalu saja orang ini yang mengagalkannya.

"HM...HM.."

"Ini mas bonekanya. Tas bajunya Pangeran taruh sini." Ujar Pangeran menyerahkan boneka serigala ke Arsena sambil menaruh tas yang di tenteng. Pangeran sudah kembali dengan tampilan yang lebih fresh dari sebelumnya walau lukanya masih sakit. Pria itu mengenakan celana pendek dan kaos yang di selimuti jaket hitam.

"Wah ada Nana." Seru Afiqah membuat ke dua laki-laki itu menoleh. Bingung dengan Nana yang Afiqah maksud.

"Nana itu siapa dek?" Tanya Arsena perasaan tidak ada siapa-siapa. Jangan-jangan gadis itu berhalusinasi karena kecelakaan. Arsena jadi khawatir.

"Itu boneka yang di pegang mas Arse."

"Ha?"

"Siniin mas." Arsena menyerahkan boneka itu.

ARSENA -Sejauh Bumi dan Matahari- Tersedia di GramediaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang